Baru-baru ini nama Marissa Haque kembali muncul ke permukaan. Bukan karena prestasinya melainkan karena ia terlibat twitwar dengan akun Twitter @lunaticedric yang notabene adalah menantu dari Christine Pandjaitan. Seperti yang kita tahu, suami Marissa, Ikang Fawzi, pernah menjalin hubungan dengan penyanyi senior tersebut. Marissa menuduh Christine masih belum bisa move on dari suaminya hingga menciptakan lagu tentang masa lalunya tersebut. Tak terima mertua disindir, Valentine, menantu Christine Pandjaitan menanggapi twit Marissa dengan emosi hingga mereka berdua terlibat perang twit.
Bukan baru sekali Marissa berkoar-koar di media sosial Twitter seperti kemarin. Ia juga pernah disorot media karena menyindir Chico Hakim, mantan suami artis Wanda Hamidah. Sutradara kondang Joko Anwar juga pernah terlibat adu twit terkait Pilkada DKI dengan aktris yang saat ini juga berprofesi sebagai dosen tersebut. Beberapa waktu lalu, presenter program gosip di TransTV, Feni Rose juga sempat kena semprot Marissa lantaran acaranya mengungkit-ungkit masa lalu Ikang dengan Christine. Ia meluapkannya melalui akun media sosial Instagram pribadinya.
Hobi twitwar Marissa tersebut membawa dampak negatif pada image -nya sendiri di hadapan masyarakat Indonesia, khususnya pengguna media sosial. Marissa dinilai sebagai orang yang sensitif, suka nyinyir, dan baperan di dunia maya. Padahal dirinya mengaku sangat mengedepankan pendidikan dan gila belajar. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan gelar yang berhasil disandangnya, dari pendidikan S1 sampai S3. Bahkan ia sampai mengenyam pendidikan S2 sebanyak 4 kali lho! Seharusnya sih semakin orang berpendidikan, cara berpikirnya pun juga semakin cerdas dan rasional. Seharusnya ya..
ADVERTISEMENTS
Sarjana Hukum, yang sempat mondar-mandir di dunia hiburan dengan membintangi beberapa judul film
Marissa Grace Haque adalah aktris, politisi, sekaligus dosen yang lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962. Ia adalah anak pertama dari pasangan Allen Haque yang berdarah campuran Belanda-Perancis dan Nike Suharyah yang berasal dari Madura. Dua adiknya, Soraya Haque dan Shahnaz Haque juga dikenal publik karena popularitasnya di dunia hiburan. Marissa menikah dengan rocker legendaris Ahmad Zukfikar Fawzi atau yang akrab dipanggil Ikang Fawzi pada 12 April 1987 dan dikaruniai 2 putri, Isabella Muliawati Fawzi dan Marsha Chikita Fawzi. Marissa mengenyam pendidikan S1 di Universitas Trisakti Jakarta, Jurusan Hukum. Sebelum akhirnya terjun ke dunia hiburan, ia sempat menjadi asisten pengacara selama satu tahun.
Kecintaannya pada dunia seni sudah dapat dilihat sedari ia masih bersekolah. Saat itu selain mengenyam pendidikan formal, ia juga mengisi waktu luangnya dengan kegiatan dari menyanyi dan menari di sanggar Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra. Lama kelamaan ia juga tertarik pada dunia modelling yang membawanya pada kiprahnya di dunia hiburan. Ia pun membintangi beberapa judul film di antaranya Kembang Semusim (1980), Tinggal Landas Buat Kekasih (1984), Matahari Matahari (1985), Yang Kukuh Runtuh (1985), dan Biarkan Bulan Itu (1987). Dari talentanya yang luar biasa tersebut, ia juga pernah meraih penghargaan dalam Piala Citra dan Festival Film Asia Pasifik.
ADVERTISEMENTS
Ketertarikannya di dunia seni peran juga dibuktikan dengan memproduksi sejumlah film dan sinetron
Tak puas dengan hanya memerankan tokoh di film-filmnya, Marissa juga mencoba peruntungan dengan memproduseri beberapa judul film layar lebar seperti Sepondok Dua Cinta (1990) dan Yang Tercinta (1991) serta sejumlah sinetron seperti Salah Asuhan (1993) yang berhasil meraih Piala Vidia sebagai mini seri terbaik di Festival Sinetron Indonesia 1994. Popularitas Marissa baik sebagai aktris maupun produser membawa namanya melambung tinggi sehingga banyak dikenal publik sampai sekarang.
ADVERTISEMENTS
‘Banting setir’ ke ranah politik dengan bergabung di beberapa partai, nama Marissa semakin meroket
Setelah berkiprah di dunia seni peran, Marissa seolah menantang dirinya sendiri untuk terjun ke dunia politik. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Kemudian bersama suaminya, Ikang Fawzi, ia bergabung menjadi anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 2007 dan menjabat sebagai Ketua Bidang Lembaga Keuangan Mikro Syariah.. Lalu pada 2012, dirinya berpindah ke Partai Amanat Nasional (PAN). Di tengah berkarier sebagai politisi, ia juga dinobatkan menjadi Duta Badak Jawa. Peduli pada lingkungan, ia pun bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Daun, untuk menyuarakan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup.
ADVERTISEMENTS
Mengenyam pendidikan di beberapa universitas ternama di dalam negeri dan luar negeri, gelar di belakang namanya pun nggak main-main!
Tak puas dengan hanya bergelar Sarjana Hukum dari Universitas Trisakti, Marissa melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di beberapa universitas ternama lho! Ia sempat berkuliah master di Magister Humaniora Unika Atmajaya, Universitas Ohio Amerika Serikat, Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, dan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Kecintaannya pada dunia pendidikan tidak hanya sampai di situ, terakhir ia juga menyelesaikan gelar doktor di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PS-PSL). Kabarnya disertasinya hingga 700 halaman! Berkat jerih payah studinya tersebut ia memperoleh gelar yang tidak sedikit, namanya pun menjadi DR.Hj Marissa Grace Haque Fawzi, SH, MHum, MBA, MH, MSi. Wow!
ADVERTISEMENTS
Sedihnya, gelar sepanjang gerbong kereta pun tidak selamanya bisa jadi jaminan seseorang mampu berpikir rasional ya..
Agaknya apa yang saat ini dialami Marissa menjadi salah satu tantangan atau risiko seseorang berpendidikan tinggi, untuk bisa selalu menjadi harkat dan martabatnya ya. Pasalnya, ketika seseorang tidak mampu memenuhi ekspektasi publik atas dirinya, rekam jejak pendidikan kerapkali disangkutpautkan. Seperti Marissa, mengenyam pendidikan di beberapa universitas hingga mempunyai gelar melimpah nampaknya tidak bisa jadi jaminan ia akan selalu disanjung dan mampu menjadi panutan bagi orang lain. Akibat hobi twitwar-nya itu, banyak netizen geram dan menyayangkan karena sebelumnya ia dilihat sebagai orang yang cukup intelek. Seseorang bernama Meicky Shoreamanis Panggabean hingga harus menulis surat terbuka untuk aktris ini.
Pada dasarnya memang tidak ada manusia yang sempurna dan tidak pernah berbuat salah sekalipun orang tersebut profesor terjenius di dunia. Namun yang jadi permasalahan adalah ketika kesalahan tersebut sampai merugikan orang lain dan dibagikan ke lini masa. Karena biar bagaimanapun, kebencian yang disebarkan secara luas dengan tujuan mempermalukan seseorang, tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang positif, dilihat dari sisi manapun. Jadi, berhati-hatilah ya Guys!