Bagi para pekerja dan pencari pundi-pundi rupiah, gaji besar sesuai standar kehidupan tentunya adalah harapan agung yang jadi angan-angan setiap orang. Ya, memangnya mana ada sih orang kerja, tapi mau digaji yang buat biaya hidup sehari-hari aja masih kurang? Kecuali kalau kamu memang udah kaya tujuh turunan kayak Rafathar~
Untuk menanggapi hal semacam itu, tentu dibutuhkan berbagai strategi yang tepat demi mengelola keuangan agar nggak cuma sekadar keluar dan masuk. Strategi dalam hal ini berarti hal-hal aplikatif sebagai bentuk perjuangan menghadapi permasalahan tersebut. Kayaknya orang-orang Jogja harus banget baca nih biar nggak disuruh “narimo ing pandum” terus~
ADVERTISEMENTS
1. Langkah pertama, kurangi agenda ngopa-ngopi dan nongkrong nggak jelas kalau cuma buat sebatas konten Instagram. Ora mashoook~
Maraknya bisnis warung kopi sebagai tempat nongkrong ini bagi sebagian orang jadi problematik tersendiri. Mulai dari bikin bingung mau nongkrong di mana, sampai rasa penasaran yang tinggi sehingga punya keyakinan harus cobain satu demi satu coffeeshop yang ada. Masalahnya, ini bukan berita bagus bagi orang-orang dengan penghasilan nggak seberapa.
Contohnya nih, Jogja dengan UMR yang ‘hehehehe’ aja hampir setiap beberapa ratus meter pasti ada aja warung kopi. Belum lagi ditambah circle pertemanan yang menuntut harus kumpul-kumpul, soalnya kalau nggak kumpul nggak bakal ditemenin lagi. Lha yo, modaro wae, seminggu pertama ngopa-ngopi, berikutnya ngombe banyu keran. Tapi nggak masalah, kebahagian orang Jogja, kan, nggak dinilai pakai uang~ Hihihi.
ADVERTISEMENTS
2. Coba pakai kendaraan pribadi yang ramah kantong, meski citranya sering terpinggirkan alias dicap sebagai sobat misqueen~
Untuk bagian ini, sebenarnya nggak hanya buat orang Jogja aja, tapi banyak kok masyarakat di luar sana yang ternyata masih memiliki penghasilan pas-pasan di tengah gempuran modernisasi saat ini. Meski sering terpinggirkan dan disebut-sebut sebagai kendaraan rakyat jelata, tapi nggak ada salahnya pakai dua jenis motor tersebut; Beat dan Supra.
Selain irit, juga bisa mempermudah mobilisasi ke mana pun kamu pergi. Daripada cuma karena malu terus milih naik ojol yang jatuhnya malah lebih mahal cuma buat nurutin gengsi, nggak ada faedahnya. Mamam tuh gengsi~
ADVERTISEMENTS
3. Nggak perlu meladeni mulut-mulut kelas menengah ke atas, capek sendiri. Kuat dilakoni, ra kuat dilawan wae! Jangan malah ikut seminar-seminaran yang bayarnya mahal~
Mau bagaimanapun, kalau dirasa upah yang didapat nggak sebanding dengan biaya hidup karena kemajuan zaman, ya, jawabannya bukan hanya menerimanya dengan lapang dada. Apalagi malah rela ngeluarin duit banyak buat ikut seminar tentang gimana caranya bertahan dengan gaji yang nggak seberapa itu, wkwkwk.
Alih-alih usaha gimana caranya biar standar gaji dinaikkan, malah bikin orang susah jadi makin susah. Ya diketawain dengan mereka yang UMR-nya nggak sampai dua jeti~