Film horor Asia lebih seram | Credit: Hipwee via www.hipwee.com
Siapa yang udah nonton Pengabdi Setan 2, Skuat?
Walaupun menonton film horor bisa memberikan berbagai dampak traumatis–misalnya takut ke toilet–bagi sebagian orang, nyatanya bagi orang lain, menonton film horor bisa dijadikan ajang melepas stres yang selama ini numpuk karena berbagai alasan. Apalagi, setelah pandemi yang sudah berlangsung selama dua tahun belakangan ini.
Melansir dari World of Buzz, sebuah studi yang dilakukan oleh Research Program for Media, Communication and Society Culture di Aarhus University, Denmark, pada April 2020 mengungkap bahwa film horor telah membantu individu mengatasi situasi pandemi lebih baik.
Tanpa kita sadari, saat menyaksikan sosok hantu yang mengerikan, suasana gelap yang mencekam, hingga suara-suara aneh yang bikin kita tegang itu memantik emosi tersendiri. Menonton film horor bisa diibaratkan seperti menaiki roller coaster. Kadang kamu dibuat santai, beberapa detik setelahnya terperanjat dengan adegan yang mengagetkan. Yup, begitulah asyiknya nonton film genre yang satu ini.
Meski demikian, kamu penasaran nggak sih, kenapa orang tuh suka banget sama film horor? Terus pakai bilang hantu dari Asia jauh lebih seram lagi. Emangnya iya?
ADVERTISEMENTS
Menjawab kenapa sebagian orang suka menonton film horor, padahal kita tahu hanya akan ditakut-takuti
Ilustrasi menonton film | Credit: Felipe Bustillo on Unsplash
Salah satu alasan kenapa banyak yang suka genre horor adalah demi bisa menangkal rasa bosan. Mengutip Huffington Post, orang yang ingin mencari sensasi berbeda, mayoritas tertarik pada film yang menakutkan. Margee Kerr, seorang sosiolog dan penulis Scream: Chilling Adventures in the Science of Fear mengungkap bahwa film yang merangsang rasa takut akan memicu detak jantung seseorang menjadi tinggi dan membuat tubuh seakan perlu mengeluarkan energi.
“Beberapa orang mungkin merasakan manfaat positif dari hal itu. Mereka merasa benar-benar hidup. Sama seperti apa yang dirasakan setelah kelas yoga intens atau melakukan sesuatu yang memusatkan semua perhatian ke tubuh,” papar Margee Kerr.
Di sisi lain, orang yang kurang menyukai genre ini akan menafsirkannya sebagai serangan panik dan kehilangan kendali atas tubuhnya.
Kita seringkali mendengar kalau film horor Asia itu lebih menyeramkan daripada film Barat, mungkin karena lebih relate dengan kehidupan yang kita jalani
Negara-negara di kawasan Asia, seperti Jepang, Korea, Thailand, Indonesia, dan lainnya masih memiliki budaya dan adat istiadat yang kental. Makanya, nggak heran kalau kebanyakan film horor yang ditampilkan punya cerita yang mengisahkan mitos atau klenik turun temurun.
Tak bisa dimungkiri kalau mitos tentang makhluk supranatural di Asia, terutama Indonesia, sudah menjadi makanan sehari-hari. Misalnya, orang tua zaman dulu sering mengingatkan anak-anak untuk tidak keluar rumah dengan cara menakut-nakuti pakai hal mistis.
“Jangan main lebih dari magrib kalau nggak mau diambil sama kolong wewe,” begitu katanya.
Hal inilah yang membuat gambaran soal hantu menjadi sangat menyeramkan. Selain itu, cerita yang dibuat juga berhubungan dengan kehidupan kita. Misalnya saja film Munafik (2016) dari Malaysia, di mana salah satu adegan bikin sebagian penonton jadi kepikiran saat ingin melakukan ibadah.
Rumah produksi barat masih terbilang skeptis, yang memang sesuai dengan kepribadian masyarakatnya. Meskipun di Asia juga terdapat orang yang juga tak percaya, pada praktiknya unsur klenik kerap jadi perbincangan menarik meski sudah berada di zaman modern. Ditambah lagi dengan suasana di film Barat yang berbeda dengan kondisi sekitar kita. Jadi, orang-orang di Asia belum tentu relate dengan ceritanya. Beberapa latar lokasi di film horor Jepang, Korea, Thailand biasanya identik dengan lorong sekolah yang panjang dan mencekam yang sebelas duabelas dengan sekolah kita.
ADVERTISEMENTS
Ada teknik-teknik yang berbeda yang digunakan untuk memunculkan kengerian di masing-masing film
Horor barat selama bertahun-tahun menjadi genre yang lumayan gado-gado. Jenis tayangan mencakup mulai dari slasher, alien, survival hingga thriller. Sementara itu, horor Asia biasanya lebih spesifik berfokus pada unsur supranatural, baik itu kutukan atau hantu pendendam.
Kalau diperhatikan dari visual, hantu yang ditampilkan di film Asia jauh lebih beragam. Kuntilanak, pocong, anak kecil di film Ju-On, Sadako, Nishir Dak di India rata-rata mempunyai visual wajah yang menyeramkan dan unik. Wajar jika penampilan tersebut bikin merinding dan mudah diingat. Film barat sering dibilang apik dalam segi menghadirkan jumpscare lewat suara yang menggelegar. Sedangkan film Asia, biasanya menyisipkan bunyi secara perlahan dari derap kaki sampai hembusan angin.
Salah satu adegan ikonik yang mungkin diingat banyak orang ada di film Ju-on: The Grudge (2002). Hantu anak kecil laki-lakinya memang terlihat biasa saja, tetapi kemunculannya ini yang bikin penonton jadi parno. Apalagi, saat dia menampakkan diri di setiap lantai lift yang dilewati oleh karakter wanita. Artinya, ada pendekatan secara halus di sana yang memengaruhi esmosi penontonnya.
Horor barat seringkali mengandalkan citra yang mengejutkan dan membuat sebagian penonton menjadi risih. Salah satu contoh terbaiknya ada pada film The Texas Chainsaw Massacre, 1974. Film ini menceritakan pria yang memakai topeng dari kulit manusia untuk membunuh sekelompok remaja. Sepanjang film, dihadirkan beberapa adegan kematian dengan cara yang tragis. Selain itu, ada juga Halloween dan Friday the 13th dengan kemasan serupa. Bahkan, film terbaru A Quiet Place memakai keheningan untuk menciptakan ketidaknyamanan psikologis penonton.
ADVERTISEMENTS
Sebenarnya seramnya suatu film itu hanya preferensi, tergantung dari perspektif penonton yang mengingat
Kenapa film horor Asia lebih seram | Credit: Hipwee
Berkat film horor Asia yang disukai oleh banyak kalangan, industri hiburan Hollywood sempat mencoba untuk membuat ulang dengan konsep yang sedikit dibedakan. Beberapa remake horor Asia mendulang kesuksesan, sedangkan yang lain justru dinilai merusak citra yang pertama. Sebut saja The Ring yang merupakan remake dari film horor Jepang Ringu, The Grudge dari versi film Ju-On, Shutter horor dari Thailand, hingga The Uninvited yang diproduksi ulang mengikuti A Tale of Two Sisters dari Korea Selatan.
Meski demikian, harus diakui jika seramnya suatu film tergantung dari perspektif masing-masing karena sifatnya yang relatif. Ada yang suka dengan pendekatan halus pakai emosi seperti kebanyakan film horor di Asia. Ada pula yang lebih memilih cerita dengan konsep mengejutkan. Keduanya sama-sama memiliki tempat tersendiri di hati penggemarnya. Yang terpenting adalah bagaimana karakter tokoh hantu di dalam film bisa menampilkan sisi unik sehingga bisa diingat oleh mereka yang menyaksikan.
Nah, kalau menurut kamu sendiri, horor manakah yang dianggap paling seram?