Atlet dan pelatih biasanya memiliki hubungan emosional yang dekat. Proses persiapan panjang menuju pertandingan membuka kesempatan bagi terciptanya kedekatan tersebut. Bagi seorang atlet, pelatih merupakan tokoh panutan yang akan selalu didengar. Superioritas yang dimiliki oleh pelatih ini sayangnya dimanfaatkan oleh Peter Wemali, pelatih lari di Uganda yang melakukan pemerkosaan terhadap atlet binaannya sendiri.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Misteri Peter Wemali
Peter Wemali belakangan diketahui memiliki kewarganegaraan Kenya. Ia datang ke Uganda sebagai dukun, yang mengaku memiliki kekuatan sihir untuk menyembuhkan orang. Keahlian Wemali ini tersohor hingga ke para atlet, yang ingin cidera mereka disembuhkan dengan mudah melalui kekuatan sihir. Rotich Simba, perwakilan persatuan atlet regional Senbei, Uganda menyatakan ketidak tahuannya bagaimana Wemali dapat beralih profesi sebagai pelatih.Ketiadaan aturan yang jelas di Uganda menyebabkan Wemali dapat melatih meski tanpa lisensi
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tragedi Training Camp Kupchorwa : “Hamil lalu aborsi di usia kehamilan 3 bulan bisa membuatmu berlari lebih cepat”
Sejak tahun 2012 lalu, Wemali direkrut sebagai kepala pelatih atlet di kamp pelatihan atlet Kupchorwa. Disini para atlet dilatih untuk mempersiapkan pertandingan lari Africa Cross Country Championship. Mulai saat itu, banyak keberatan diajukan atlet yang dilatih disana atas keberadaan Peter Wemali. Pada 21 Januari lalu, para atlet menulis petisi yang menyatakan bahwa Peter Wemali menjual persediaan makanan mereka.
Hal yang lebih mengejutkan, Wemali ternyata memiliki cara unik untuk meningkatkan performa atlet perempuan. Seorang atlet yang menolak disebutkan dalam wawancara dengan Daily Monitor mengatakan,
“Dia (Wemali) mendorong atlet perempuan untuk hamil dan menggugurkan kandungan pada usia kehamilan 3 bulan. Katanya itu akan membuat kami berlari lebih cepat. Dia mengancam akan mengeluarkan kami dari camp jika kami menolak dia melakukan hubungan seksual. Hal ini tidak bisa kami laporkan ke siapapun, karena disini tidak ada pelatih perempuan yang bisa diajak bercerita”.
Kegelisahan atlet perempuan ini pernah disampaikan ke kapten tim, Moses Kipsiro. Setelah menuntut ke Federasi Atlet Uganda agar Wemali dipecat dan menyampaikan skandal ini ke media, Kisiro justru harus menelan pil pahit. Ia dikeluarkan dari tim nasional Uganda yang akan berangkat ke World Half Marathon Championships di Copenhagen, Denmark.
ADVERTISEMENTS
Protes Atlet Melawan Otoritas
Setelah semua usaha yang dilakukan tidak didengar, para atlet lari Uganda akhirnya melakukan aksi protes. Mereka memilih pergi dari kamp dan melanjutkan pelatihan secara mandiri di rumah. Diantara para atlet yang keluar dari kamp sebagai aksi protes terdapat pemenang medali perunggu di kejuaraan maraton junor tinkat dunia, Jacob Araptany, yang menjadi kebanggan Uganda.
“Kami tidak bisa terus berada disini. Situasi di kamp Kupchorwa tidak akan berubah bagi atlet wanita selama Wemali masih bekerja sebagai pelatih. Pemerintah tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Wemali, tapi mereka malah diam saja menyalahkan kami yang memilih bicara ke media.”
Tidak hanya atlet perempuan, atlet laki-laki juga memilih untuk hengkang dari kamp. Seorang atlet lelaki yang menolak disebut namanya menyatakan,
“Kami tidak bisa diam saja dan membiarkan mereka terus berlaku keji ke saudara-saudara perempuan kami. Jika keadaan tidak berubah, bukan tidak mungkin kami akan beralih ke klub lain”.
ADVERTISEMENTS
Aksi Diam Federasi Atlet Uganda
Sementara Federasi Atlet Uganda justru berkilah bahwa berita yang tersebar mengenai Wemali adalah berita burung semata. Patrick Odokonyero, perwakilan Federasi Atlet Uganda menyatakan dalam wawancara dengan Daily Monitor bahwa,
“ Ketakutan atlet untuk kembali ke kamp ini hanya disebabkan oleh salah informasi.”
Senin dua pekan lalu, Wemali akhirnya dihentikan sementara berdasar keputusan kementerian olahraga Uganda. Namun penyelidikan mengenai aksi biadabnya belum juga menunjukkan perkembangan.