Keramahan Indonesia sudah terkenal hingga ke manca negara. Orang-orang asing sering bilang “Semua orang senyum di Indonesia”. Iya, senyum emang mudah. Bukan cuma sama bule, ke sesama warga Indonesia pun kita juga doyan buat bertanya kabar, tersenyum dan berlaku ramah. Tapi apa jadinya kalau kamu terlalu ramah hingga hampir setiap saat selalu ‘menebar pesona’ senyumanmu? Berikut ini mungkin adalah beberapa hal menyenangkan (dan kurang menyenangkan) kalau kamu terlalu murah senyum:
P.S. Bacanya sambil senyum, dong…
ADVERTISEMENTS
1. Karena murah senyum orang-orang disekitar senang untuk mulai bercakap dengan kamu. Seperti magnet, aura positifmu menarik banyak orang.
Mereka menanyakan kabar, pukul berapa sekarang atau jadi gak sungkan kalau mau menanyakan alamat.
Lagi senyum-senyum di atas motor yang terparkir
Orang lewat : Mas, bisa antar saya ke Pasar Baru?
Kamu : Maaf, Pak. Saya bukan ojek. (Dengan sopan dan senyum)
Orang lewat : Oh bukan, ya? Maaf. Sorry, ya. Tapi bisa gak?
Kamu : Emmm, bisa pak, bisa…
ADVERTISEMENTS
2. Di mata orang lain kamu tergambar sebagai pribadi yang ramah dan menyenangkan.
Hingga akhirnya semua orang pengen cerita soal hidupnya sama kamu. Yang punya banyak hutang pun gak sungkan buat memebeberkan masalahnya.
ADVERTISEMENTS
3. Senyum melambangkan keterbukaan, jadi mereka berharap kamu mau mendengar opini, keluhan, curhat, gosip atau perihal apapun yang ingin mereka sampaikan.
Kamu ramah ‘kan? Ya, udah dengerin aja.
ADVERTISEMENTS
4. Padahal kamu juga pengen didengar tapi karena gak mau dianggap sombong, ya udah dengerin aja… *senyum setengah tulus*
Berbisik di dalam hati:
Aku kan juga pengen didengar!!!! Emang lo aja yang punya masalah?
ADVERTISEMENTS
5. Dalam beberapa kesempatan kamu bakal disangka ingin mengutarakan sesuatu. Padahal kamu hanya lagi bersedekah senyum.
Kalimat yang sering kamu dengar:
“Iya, ada apa ya?” atau “Ngapain lo senyum-senyum?”
Ratapan hati seorang tukang senyum:
“Senyum tak butuh alasan, bisakah aku senyum dengan ikhlas???”
ADVERTISEMENTS
6. Dipergaulan yang lebih kasual, kamu bisa disangka ‘tebar pesona’ karena terlalu banyak senyum dan ramah pada semua orang.
Padahal kamu emang pada dasarnya ramah dan senyum bisa membuat kamu bahagia.
7. Ketika senyum dengan orang yang baru kenal, kamu malah dianggap lagi flirting. Maklum, dia belum paham kalau kamu emang ramah pada semua orang.
Yang lihat jadi salah tingkah, “Eh, gila nih orang baru kenalan aja udah ngasih kode. Apalagi kalau udah lama kenalan”.
8. Sementara saat lagi niat flirting beneran, senyumanmu ditafsir sebagai angin yang berhembus. Dia gak tahu kalau kamu naksir sebab dia udah sering lihat kamu ‘tebar pesona’ ke semua orang.
Kalau dia senyum-senyum sih udah biasa, kambing dibedakkin juga disenyumin…
9. Orang-orang jadi kaget kalau kamu murung, karena mereka sudah terbiasa melihat wajahmu lengkap dengan seuntai senyuman.
Teman kantor : Eh, kamu kok diam aja, tumben.
Kamu : Emangnya aku harus ceria terus? (mulai mengembangkan senyum)
Teman kantor : Nah, gitu dong. Bye!
10. Sayangnya, terlalu banyak aura positif bikin kamu sering ‘gak sengaja’ senyum di saat yang gak tepat.
Kamu : Eh, mana pacar lo?
Teman : Sial, bro. Gue diselingkuhi.
Kamu : Oh ya… Wahhh… *muka sumringah, senyum menyungging tinggi*
Teman : Lo kok seneng sih?
11. Mereka gak tahu apa kalau senyum itu bikin capek? Melebarin bibir hingga mendekati telinga itu melelahkan, sungguh!
Reaksi kalau sudah seharian sedekah senyum ke semua orang:
12. Tapi mau dikatakan apa lagi? Kamu percaya kalau senyum itu termasuk ibadah.
Menebar senyuman dan tampil dengan wajah berseri-seri itu ibadah juga, lho. Kan gak ada salahnya menularkan kebahagiaan pada orang lain, ujung-ujungnya kamu juga yang bahagia.
Yuk, mulai sekarang lebih sering sedekah senyum 🙂