Hal-Hal yang Sering Kamu Rasakan Sebagai Keturunan Tionghoa yang Lahir dan Besar di Indonesia

Indonesia itu negeri kaya. Tidak hanya kaya akan budaya namun juga suku. Beragam suku hidup berdampingan di negara kita tercinta, tidak terkecuali etnis Tionghoa yang sudah ada sejak dari dulu mewarnai perjalanan bangsa kita menjadi bangsa yang besar. Ya, mereka yang berkulit lebih putih dengan mata lebih sipit itu selalu dicap sebagai kaum pengusaha berada atau dianggap memiliki sifat yang kikir. Tapi apa semua itu benar adanya?

Barangkali kamu bertanya-tanya dalam hati dan ingin tahu apa sih yang sebenarnya dirasakan oleh suku Tionghoa atau peranakan Indo-Chinese yang tinggal di Indonesia? Yuk, baca penjabaran Hipwee berikut ini!

ADVERTISEMENTS

1. Suku Tionghoa itu selalu lekat dengan citra orang pelit atau orang kikir. Padahal gak semuanya bener, lho.

pelit katanya

Pelit katanya via bandung.bisnis.com

Kamu : “Eh, kembalian gue mana? Kurang goceng nih.”

Sahabat : “Ah elah, dasar cina lu tong.”

Kamu : “Eh, nyet, emang kalo gue utang goceng ama lo, gak bakal lo minta?”

Sahabat : “ehehehe”

Kamu : “Nah sama aja ‘kan lo, wuu gue kepret juga nih jadi abu.”

Ya, suku Tionghoa selalu dikaitkan dengan sifat pelit atau kikir. Bahkan, banyak anggapan miring yang mengatakan bahwa mereka bisa kaya karena selama ini selalu menimbun apa yang mereka miliki dan tidak pernah mau membagikannya kepada orang lain.

Suku Tionghoa juga manusia kok, wajar kalo ada dari beberapa mereka yang punya sifat kikir, tapi bukan berarti semua dari mereka bersifat serupa ‘kan? Itu sama aja dengan anggapan bahwa orang Batak itu galak dan orang Jawa yang hobi membicarakan orang di belakang. Apa kamu mau digeneralisasi dengan anggapan negatif yang melekat pada sukumu? Enggak ‘kan? Nah, itulah yang mereka rasain selama ini.

“Hemat mungkin iya, tapi gak semua orang Tionghoa itu pelit kok. Buktinya tiap tahun baru imlek banyak juga kok suku Tionghoa yang bagi-bagi kue keranjang.”

Ita – Cewek Asli Tionghoa

PS : Hipwee tunggu kiriman kue kranjangnya ya :p

ADVERTISEMENTS

2. Suku Tionghoa juga selalu dianggap pandai berdagang atau pintar menawar.

Tionghoa

Tionghoa via 1.bp.blogspot.com

*Saat berkumpul bersama teman-teman*

Teman : “Eh, aduh gue pusing nih ngerjain laporan penjualan bulanan. Rumus ngitungnya gimana sih ni?”

Kamu : “Lah, mana gue tahu.”

Teman : “Ah, masa sih lo gak tahu? Lo ‘kan orang Tionghoa, pasti ‘kan sering nih ngitung beginian ‘kan lo punya toko elektronik juga tuh.”

Kamu : “Gue emang orang Cina tapi ‘kan gue sarjana Sastra. Nanya engkong gue aja ye. Ntar deh gue bbm in.”

Btw, engkongnya gaul bangets pake bbm~

Padahal gak semua dari mereka pandai berdagang atau menawar. Banyak kok keahlian di luar bidang perekonomian yang lebih menonjol. Inget ‘kan sama Susi Susanti, Alan Budikusuma, Liem Swie King, Hendrawan, dan Liliyana Natsir yang gemilang di bidang olahraga bulutangkis? Atau bahkan mbak Agnez Mo yang udah berhasil jadi penyanyi level international. Mereka semua berdarah tionghoa lho dan gak semuanya pinter dagang juga.

ADVERTISEMENTS

3. Belum lagi ketika suku Tionghoa harus rela dicap galak dan keras.

Kamu : “Eh, yuk, maen ke rumah gue yuk.”

Temen : “Ah ogah ah, takut gue.”

Kamu : “Lah, takut ame siape? Rumah gue enggak angker juga deh kayaknya.”

Temen : “Gue takut ama engkong lu, galak kayaknya. Hehehe”

Suku Tionghoa juga selalu diidentikkan dengan sifat galak, apalagi bagi mereka yang berusia paruh baya hingga usia lanjut. Mungkin sebenarnya bukan karena mereka galak sih, tapi lebih tepatnya karena mereka terbiasa mendidik anak dan cucunya dengan tegas dan penuh disiplin.

Tuh, beda ya mas, mbak, galak sama disiplin. :p

ADVERTISEMENTS

4. Tionghoa dicap punya otak encer, biasanya sih karena sering dapet ranking tertinggi di kelas dan gak kenal lelah ikut les macem-macem.

pinter-pinter

Siapa pun bisa pinter kalau rajin belajar via www.telegraph.co.uk

Jadwal les anak Tionghoa kelas 5 SD

Senin les biola

Selasa les sempoa

Rabu les berenang

Kamis les Bahasa Inggris

Jumat les matematika

Nah, ini kembali lagi ke keadaan perekonomian sih, kalo memang perekonomiannya mampu (apapun sukunya) pasti anak-anaknya juga akan diikutkan ke berbagai les demi menambah ilmu, skil, dan kemampuan. Anak-anak yang berasal dari suku Jawa, Batak, Sunda, Bali juga banyak kok yang pada rutin les setiap harinya.

“Kalau orang Tionghoa dianggap pinter semua sebenarnya nggak juga sih, tergantung orangnya juga. Mau suku apapun kalau pada rajin ya pasti bisa pinter. Hehe”

Mei, 25 tahun, Tionghoa

ADVERTISEMENTS

5. Orang Tionghoa juga dikenal sebagai pribadi yang ulet, rajin, dan tekun. Tapi apa semuanya begitu?

seulet Jackie Chan

Seulet Jackie Chan via www.tumblr.com

“Makanya kayak orang cina dong pada ulet-ulet sama rajin semua tuh!”

atau

“Wah, Koh Acin tu emang gigih ya orangnya. Ulet banget.”

Yap, itu semua tidak tergantung dari kepribadian orang masing-masing. Apapun sukumu kalau kamu rajin ya rajin aja.

“Kurang setuju sih ya dengan anggapan itu, bukan orang Tionghoa pun juga banyak kok yang ulet dan rajin. Tergantung dari usahanya mencapai prestasi aja sih.”

Yusuf – 23 tahun, Tionghoa

ADVERTISEMENTS

6. “Orang Tionghoa itu nyari kerjanya gampang, bos-bosnya ‘kan orang Tionghoa juga. Pasti diterimalah.” Sering gak dengar pernyataan tersebut?

mereka nyari kerja juga butuh berjuang kok

Mereka nyari kerja juga butuh berjuang kok via showbiz.liputan6.com

A : “Aku pingin daftar nih di perusahaan X.”

B : “Eh, jangan di sana, pasti gak diterima deh, yang diunggulin ‘kan etnis Tionghoa.”

A : “Hah? Emang iya? Kok gitu?”

B : “Iya, soalnya ‘kan bosnya juga suku Tionghoa gitu deh.”

A : “Oh, gitu ya.”

Ah, sama aja sih sebenarnya, gak cuma suku Tionghoa aja kok, suku lain pun juga sama aja. Di tempat lain yang memiliki atasan dengan suku tertentu biasanya yang diunggulkan juga karyawan yang sama dengan etnis si atasan. Mungkin karena kebetulan para bos perusahaan besar itu beretnis Tionghoa makanya kesannya jadi orang Tionghoa jadi gampang nyari kerja, padahal mereka juga butuh perjuangan dari bawah, lho.

7. Kamu pun sering dikira jago berbahasa mandarin oleh teman-teman. Harap maklum aja, mungkin temanmu gak paham bedanya dialek tionchu, khek,hokkian dengan bahasa mandarin.

Temen : “Eh, gue ajarin bahasa mandarin dong. Lu pasti jago tuh.”

Kamu : “Dari mana gue jago mandarin? Kursus mandarin juga kagak.”

Temen : “Ya kali lu ngobrol ama engkong lu di rumah pake bahasa mandarin. Hehehe.”

Kamu : “Lu ama nenek lo di rumah ngobrol pake bahasa sansekerta gak?”

Temen : “Kagak sih. hehe”

Kamu : “Nah, ya udah sama tuh.”

Yap, tidak semua orang yang berdarah Tionghoa bisa menggunakan bahasa Mandarin. Itu semua tergantung dari latar belakang keluarga mereka masing-masing. Seperti halnya suku lain, tidak semua orang Jawa bisa berbahasa krama inggil dan tidak semua orang Sunda bisa berbicara dengan bahasa Sunda halus. Bahkan banyak banget kan orang Batak yang mengaku gak bisa bahasa Batak?

“Tidak semua orang keturunan Tionghoa bisa bicara Mandarin, karena banyak hal, salah satunya karena tidak dibiasakan menggunakan bahasa Mandarin dari kecil. Kecuali memang Tionghoa yang beragama Budha yang masih taat dan kental berbahasa Mandarin biasanya akan mengajarkannya kepada anak-anaknya.”

Yohanes Tan, Tionghoa tulen

Pelajari dialek dan bahasa yang dituturkan etnis Tionghoa Indonesia, yuk.

8. Pasti temenmu iseng-iseng juga nanya nama mandarinmu apa atau paling gak pengen tahu margamu

marga lu ape?

Marga lu apa sih bro? via www.tumblr.com

Temen : “Eh, nama asli lu siapa?”

Kamu : “Ya nama gue Indra Sanjaya, lu pikir nama gue selama ini palsu?”

Temen : “Enggak, maksud gue nama itu, nama cina. hehe”

Kamu : “Oh, nama cina gue Kobo Chan.”

Temen : “Hah? serius lo?”

Kamu : “Enggaklah.”

Temen : “Sialan.”

Contoh kasus lain:

Temen : “Eh, eh, marga lu apaan sih?”

Kamu : “Marga gue Chan emang kenape?”

Temen : “Wah, berarti lu sodaraan ya ama Jackie Chan?”

Kamu :

9. Kalau kamu kebetulan punya toko temenmu pasti penasaran, “Kamu kalo ngitung kembalian pakai sempoa atau pakai kalkulator?”

pakai sempoa

Kalau ini pakai sempoa via hurek.blogspot.com

Temen : “Eh, di toko besi punya bokap lo, pake kalkulator apa sempoa?”

Kamu : “Bro, bro, udah tahun 2015 nih bro, sempoanya udah masuk museum!”

10. “Jago juga gak makan pake sumpit?” 

Padahal kamu sewaktu makan pake sumpit bentukannya kaya begini :

sumpit oh sumpit

sumpit oh sumpit via www.tvguide.com

11. Karena keseringan dicap sebagai pedagang atau pengusaha, mau gak mau kamu juga sering dianggap punya dompet paling tebal saat nongkrong bareng teman.

kayaaa

kayaaa via giphy.com

A : “Eh, si X tu kaya banget lho. Tionghoa ‘kan dia, papanya jadi pengusaha sukses. Si B sama C juga pasti berduit juga tuh.”

B : “Ah elah, belum tentu, tau darimana lo?”

A : “Lha ‘kan mereka juga orang Tionghoa, pasti kaya dong.”

B : “Sotoy ah, lo kira etnis Tionghoa keturunannya paman Gober?”

Yaelah, kalau mau bekrja dan berusaha keras semua orang juga bisa kaya. Jangan lupa berdo’a juga.

12. Dikira pasti punya toko besi atau elektronik dan nantinya bakal meneruskan bisnis menjadi penjaga toko

huhu

Huhu pedih via weheartit.com

“Huhu.. pedih, padahal ‘kan gak juga, aku kuliah sastra maunya jadi penulis.”

13. Namun, biar bagaimanapun mereka tetep bangga tinggal di Indonesia karena lahir dan besar di sini, Indonesia adalah rumah.

Indonesia adalah rumah

Indonesia adalah rumah via www.astroawani.com

Lahir dan besar di sini membuat mereka bangga menjadi orang Indonesia. Indonesia merupakan tanah kelahiran. Bahkan, mereka juga sudah terbiasa dengan adat dan budaya yang ada di Indonesia. Mereka bangga menjadi salah satu bagian dari adanya ragam suku di Indonesia.

“Kan walaupun peranakan kita juga udah lama banget tinggal di Indonesia. Jadi ya Indonesia itu adalah kampung halaman dan bangga pastinya jadi orang Indonesia.”

Ami, Tionghoa warga Solo

14. Dan bukankah mereka juga salah satu dari sekian banyak ragam suku di Indonesia, supaya negeri ini makin kaya?

kita sebagai pelengkap

Membuat Indonesia makin kaya budaya via www.contohindong.com

Kehadiran mereka di Indonesia membuat negeri ini makin kaya. Tidak hanya kaya ragam suku, kita juga jadi mengenal berbagai ragam budaya. Ya, kita patut bersyukur dengan keberagaman ini. Banyaknya rasa, suku, dan agama di negara ini juga membuat kita makin belajar menjadi manusia. Bahwa kita harus saling berbagi dan bertoleransi antar agama maupun antar etnis.

Selamat merayakan tahun baru imlek ya! Semoga Indonesia lebih bisa menjadi satu, lebih makmur dan berhenti mengkotak-kotakkan manusia. 🙂

Gong xi fat cai, teman-teman.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta anjing, penikmat kumpulan novel fantasi, dan penggemar berat oreo vanilla.