Dunia perfilman memang selalu menyuguhkan cerita-cerita baru bagi khalayak. Nggak hanya fiksi yang diminati, tapi nonfiksi seperti biografi, biopik, dan sebagainya juga nggak kalah dinantikan oleh masyarakat. Apalagi ketika tokoh yang diangkat berasal dari tanah air sendiri. Beberapa film biopik yang bisa dibilang sukses di pasaran antara lain Habibie & Ainun, Sang Pencerah, Soekarno, dan sebagainya.
Dan saat ini, film biopik yang tengah digarap adalah Sultan Agung The Untold Love Story. Dilansir dari akun Instagram Mooryati Soedibyo yang merupakan Executive Director, film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Dari akun Hanung pun terdapat foto ihwal proses syuting film ini, hanya saja nggak disebutkan judul filmnya. Hanung hanya menuliskan tagar (tanda pagar) #onceuponatimeinjava. Namun proses pengambilan gambar untuk film ini menimbulkan kekecewaan bagi salah seorang Putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, yaitu GKR Bendara. Ia menuangkan kesedihannya tersebut melalui akun Instagram.
ADVERTISEMENTS
GKR Bendara mengunggah foto yang berasal dari cuplikan proses syuting film Sultan Agung
Aduuuh duh duh… hancur hati ku… yg memerankan Sultan Agung kok ya pake parang yg kecil dan warna nya biru pula ???… padahal yg membuat Parang Barong adalah Ibu beliau.
Malah yg memerankan Abdi dalem di belakangnya yg pake Parang lbh besar ????.
Iki piye iki piye jal. .
Check di FB kratonjogja aja ada loh referensinya
.
Baru minggu lalu sy bicara tentang Parang Barong di Pameran Taman Pintar. Sedih saya lihatnya… .
#hancurhatiku #kitapelestaribudaya
Begitulah caption yang ditulis putri bungsu Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas tersebut. GKR Bendara yang terbilang aktif di media sosial ini menunjukkan kesedihan sekaligus kekecewaannya terhadap film yang tengah digarap oleh Hanung tersebut. Dalam foto yang diunggahnya, terlihat salah seorang pemeran yang disebut sebagai Sultan Agung menggunakan batik dengan parang (corak batik klasik) yang kecil dan berwarna biru. Sedangkan Abdi Dalem yang di belakang si pemeran menggunakan motif parang yang lebih besar. Hal ini tentu saja menyalahi aturan. Dan kesalahan ini seharusnya nggak terjadi karena banyak referensi yang menjelaskan tentang penggunaan motif ini.
ADVERTISEMENTS
Putri Raja Yogyakarta ini juga menyatakan kalau parang hanya digunakan untuk kerabat keraton
Di unggahannya yang lain, GKR Bendara menjelaskan bahwa parang hanya boleh digunakan oleh krabat keraton. Aturan tersebut diatur dalam Rijksblad (Pranatan Dalem). Ukuran parang Barong yang besar, yaitu ukuran 12 cm, hanya boleh digunakan oleh Raja. Sedangkan ukuran yang lebih kecil (parang Gendreh) yaitu 8 cm, diperuntukkan bagi Permaisuri. Dan yang paling kecil, parang Klitik yang berukuran 4 cm diperuntukkan bagi Putra Dalem dan Pangeran. Parang Barong sendiri diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma, sosok yang menjadi pemeran utama dalam film biopik ini. Namun sayang, detail penting ini justru luput dari perhatian pembuat fim.
ADVERTISEMENTS
Beruntung, kesalahan ini diketahui saat masih dalam proses syuting. Sehingga masih bisa diperbaiki dengan melakukan pengambilan ulang gambar atau dihilangkan scene-nya pas saat editing nanti
Untungnya, kesalahan penggunaan motif ini diketahui lebih cepat. Bayangkan jika kesalahan ini diketahui setelah film tersebut tayang, tentu permasalahannya akan lebih pelik, kan? Film yang mengangkat tentang Sultan Agung Hanyakrakusuma harusnya nggak boleh melewatkan detail penting ini. Apalagi ini film besutan Hanung Bramantyo yang sudah sejak lama malang melintang di dunia perfilman. Kesalahan tersebut masih bisa diperbaiki dengan cara retake atau menghilangkan scene yang memperlihatkan Sultan Agung yang salah memakai parang. Apalagi motif yang harusnya hanya dipakai Raja justru dipakai oleh Abdi Dalem.
Semoga kritik membangun dari GKR Bendara ini bisa menjadi masukan agar film Sultan Agung ini menjadi film yang sangat bagus. Apalagi lokasi syuting yang diunggah oleh Hanung sangat menggambarkan masa di mana Sultan Agung masih hidup. Semoga keren hasilnya!