Meskipun sudah banyak yang mengulas, ihwal baik-buruk, untung-rugi, bahkan sampai kepada halal-haram, perdebatan masalah rokok seolah seperti serial tv, nggak selesai-selesai. Kubu yang berseberangan dalam hal ini (perokok dan non perokok), kerap memunculkan isu baru yang menarik untuk disimak perdebatannya. Hmm. Sudah seperti debat antara penggemar Marvel vs DC Comic saja, ya. 😀
Bicara soal rokok, mari lupakan sejenak soal siapa yang benar dan yang salah. Sebagai gantinya mari kita bahas bersama kisah pilu yang penting untuk kita jadikan sebagai bahan renungan. Nah, belum lama ini ada kisah pilu seorang cewek yang gagal melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya hanya karena rokok. Bagaimana bisa cuma gara-gara rokok, pernikahan yang merupakan manifestasi cinta yang diidam-idamkan muda-mudi ini bisa kandas? Begini kisahnya.
ADVERTISEMENTS
Kisah pilu ini berawal dari curhatan seorang warganet di Facebook; seorang cewek yang ditinggal pergi cowoknya untuk selama-lamanya
Sebuah akun bernama facebook Dewi Sartika, membagikan sebuah kisah pilu yang dialami oleh akun Dela Noor Defasa. Dari postingan tersebut, Della bercerita bahwa tinggal selangkah lagi ia menapaki mahligai pernikahan bersama dengan pria yang dicintainya. Diketahui Della berencana menikah awal Januari 2018 ini.
Nggak hanya setahun atau dua tahun, Della menunggu saat-saat bahagia itu. Bersama kekasihnya Fajar Saputra, Della sudah 7 tahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dan berencana mengikat janji setia selamanya pada 6 Januari 2018. Namun nahas, acara pernikahan yang tinggal selangkah lagi itu harus kandas tepat pada 19 hari menjelang ijab kabul. Nggak ada yang menyangka sang calon suami meninggal dunia, lebih kurang sebulan sebelum pernikahan mereka (19/12).
ADVERTISEMENTS
Ironisnya, calon suami Della meninggal bukan gara-gara rokok yang dikonsumsinya. Melainkan karena dia perokok pasif!
Della Noor Defasa membagikan kisah ini, Rabu (20/12) tahun lalu. Dari curhatannya, Della menyebutkan bahwa penyebab sang kekasih meninggal dunia diakibatkan oleh rokok. Alm. Fajar didiagnosa mengalami masalah dengan paru-parunya, setahun belakangan ini. Dalam curhatan Della, disebutkan bahwa penyakit yang dialami oleh sang calon suami diakibatkan oleh rokok. Ironisnya, Fajar bukanlah perokok aktif, melainkan perokok pasif. Ya, Fajar merupakan korban dari menghirup udara yang tercemar oleh asap rokok orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENTS
Katanya perokok pasif bisa menerima dampak lebih buruk dari perokok aktif. Benarkah?
Seperti yang kita tahu, perokok pasif itu berarti menghirup asap tembakau orang lain. Orang-orang yang nggak pernah merokok tapi tinggal bersama perokok aktif, berada pada peningkatan risiko berbagai penyakit yang berhubungan dengan tembakau dan risiko kesehatan lainnya. Melansir Liputan6.com, secara ilmiah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuktikan adanya hubungan antara merokok pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS), dan sejumlah penyakit, khusunya kanker paru-paru. Satu jam saja perokok pasif berada dalam satu ruangan bersama perokok aktif yang merokok, hampir seratus kali lebih mungkin ia berisiko terkena kanker paru-paru.
Studi kasus-kontrol pada efek ETS kepada risiko kanker paru-paru terhadap populasi Eropa, telah dilakukan selama 7 tahun terakhir oleh 12 pusat penelitian di 7 negara Eropa di bawah kepemimpinan WHO cabang penelitian kanker Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC). Risiko kanker paru-paru pada perokok pasif yang terpapar meningkat antara 20 dan 30 persen, dan memicu risiko penyakit jantung adalah 23 persen.
ADVERTISEMENTS
Sayangnya, baik perokok aktif maupun pasif belum banyak yang memiiki kesadaran ini, bahkan terkadang berlaku seenaknya saja. Bukannya menyalahkan, cuma mengingatkan supaya lebih peka
Nyatanya, meski kerap kali diulas. Pengetahuan tentang bahaya asap rokok ini nggak semuanya diketahui atau meskipun sudah tahu, tapi nggak digubris oleh orang-orang, baik perokok maupun non perokok. Kesadaran inilah yang mengakibatkan banyaknya korban akibat kurangnya kepedulian itu–terlebih para perokok. Bukannya berat sebelah, namun kenyataannya seperti itu; masih banyak para perokok yang kurang mengindahkan kenyamanan orang disekitarnya ketika menyalakan rokoknya. Bahkan nggak jarang pula ditemui perokok culas, yang justru marah jika diingatkan bahwa asap yang mereka timbulkan mengganggu orang lain. Sebel nggak sih? Apalagi kalau terang-terang di tempat itu tertera larangan merokok.
Jika berdasar pada hak, tentu merokok adalah hak individu yang nggak menjadi masalah bagi siapa saja untuk merokok. Namun yang menjadi catatan, selama hal itu nggak mengganggu hak orang lain. Nggak semua bisa berada di sekitar asap dan nggak semua orang memiliki ketahanan tubuh yang bagus. Fajar menjadi salah satu korban oknum perokok semacam yang disebutkan di atas, yang harus menderita sakit paru-paru akibat menjadi perokok pasif.
Tentu nggak semua perokok seperti itu. Banyak yang sudah bijaksana. Nah dengan adanya kisah pilu gagal nikah yang dialami Della dan sedikit ulasan tentang rokok, mari kita sama-sama mawas diri. Bagi perokok, semoga lebih membuka mata dengan lingkungan sekitar. Bagi non perokok atau perokok pasif bisa menyikapi para perokok culas tadi dengan cara yang bijaksana, mengingatkan dengan baik. Kalau sama-sama memahami niscaya perseteruan seumpama penggemar Marvel vs DC Comics ini bisa dikurangi. Btw, kapan nikah? Hehe. 😀