Punya banyak uang di usia muda. Pasti jadi dambaan banyak anak muda. Apalagi kalau dengan tambahan dengan kenikmatan bisa dikerjakan di rumah sembari kuliah atau mengurus keluarga. Belum lagi iming-iming, jalan-jalan ke luar negeri, mobil mewah, atau dapat kapal pesiar. Wow, rasanya enak banget ya? Beberapa kalimat tersebut mungkin pernah kamu dengar dari teman-teman kamu yang tiba-tiba prospek kamu untuk ikutan MLM.
Seperti yang pernah ditulis sebelumnya tentang termakan rayuan MLM, salah satu ciri teman ikut MLM adalah dia yang sudah lama nggak ada kabarnya atau nggak akrab sama sekali dengan kamu tiba-tiba hubungin dan ngajak ketemuan. Nah, kalau kamu tiba-tiba terjebak dalam kondisi seperti itu, pasti pertanyaan dan kalimat ini langsung kamu dengar. Tenang, Hipwee akan ngasih solusi untuk menjawabnya.
ADVERTISEMENTS
1. “Apa kabar?” “Dahsyat!”
Seperti video yang berlatar belakang Menara Eiffel goyang ke kanan dan ke kiri di atas, kamu akan disambut dengan kata-kata bernada optimis yang akan membuat dirimu tergugah. Memang sih hidup harus optimis tapi juga realistis. Jangan asal optimis tapi nggak tahu apa yang diomongin, seperti dalam video tersebut.
“Kita tadi makan di restoran di atas Menara Eiffel, di mana bahkan orang bule saja nggak tahu ada restoran di sana….”
“Menara Eiffel adalah puncak kesuksesan… Bergabunglah bersama kami, Menara Eiffel menjadi milik Anda!”
Manara Eiffel jadi milik anda? Marah nanti orang Perancis.
ADVERTISEMENTS
2. “Kesibukanmu sekarang ngapain? Kuliah aja? Enggak bosen sama hidupmu yang gini-gini aja?”
Sebelum memulai menawarkan bisnisnya, temanmu yang berencana memprospekmu akan bertanya tentang keseharianmu. Yang pastinya kamu menjawab dengan bercerita tentang rutinitasmu. Yang dilanjutkan dengan kalimat simpati yang membuat kamu merasa menjalani hidup yang gini-gini aja. Ini salah satu tanda, bahwa teman kamu yang sudah lama nggak bertemu itu, berniat memprospek kamu untuk ikut MLM. Kalau kamu nggak tertarik dengan bisnis MLM, dari awal kamu harus menjawab pertanyaannya dengan tak kalah optimis. Nyatakan kalau hidup kamu seru dan sibuk. Pokoknya, hidupmu nggak gini-gini aja seperti pertanyaannya.
“Bosen? Nope! Enggak lah, hidupku seru banget tauk!”
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. “Apakah kamu berkeinginan mengubah nasib?”
Setelah menanyakan tentang apa yang kamu lakukan saat ini, teman tersebut kemudan bertanya apakah kamu ingin mengubah nasib. Hampir pasti, tujuh puluh lima persen, teman yang mendadak ngajak ketemuan kamu itu ingin menawarimu ikut MLM. Kalau kamu tak tertarik untuk ikut, jawab saja kalau sekarang kamu juga dalam proses mengubah nasib.
Kamu: lha, aku kuliah ini ya buat mengubah nasib lah!
Teman MLM: Iya, tapi kan butuh waktu dan belum pasti jelas.
Kamu: Emang ikutan MLM bisa langsung berubah? Kok kamu masih gini-gini aja?
Teman MLM: Ya kan butuh proses…
Kamu: Tuh, sama aja dong!
ADVERTISEMENTS
4. “Bayangkan dengan modal segini, kamu bisa dapat kapal pesiar!”
Meski kamu sudah memberi jawaban telak, temanmu yang saat ini sudah jelas ikutan MLM dan berniat mengajakmu ini tak gentar berusaha menarikmu ikut berbisnis dengannya. Dimulai dengan menceritakan pengalamannya yang diakui juga sempat ragu-ragu untuk ikut, sama kayak kamu. Kemudian, dia bercerita lagi bahwa dia memutuskan untuk ikut karena ada keyakinan yang mendorong. Dia bercerita yang awalnya level masih rendah, sekarang sudah berada di tengah. Singkat cerita, pokoknya dia bisa dengan mudah mendapatkan level yang lebih tinggi karena yakin dan percaya pada leader-nya. Kamu yang hanya manggut-manggut mendengar ceritanya pun diberi penjelasan:
“Dengan hanya modal segini, ini sangat kecil lho untuk usaha. Bayangin kamu kalau mau usaha toko kecil-kecilan aja butuh modal berapa banyak. Ini cocok buat kantong kita yang masih mahasiswa. Lumayan buat bayar kuliah sama jajan. Nanti lama-lama, bisa dapat kapal pesiar langsung dikirim ke rumah kamu!”
Iming-iming ‘kapal pesiar’ ini sudah khas banget! Kalau kamu nggak minat, bilang aja kalau kamu nggak ingin punya kapal pesiar di rumah kamu. Bayangin aja parkirnya di mana, motor dua aja susah masuk halaman rumah, apalagi kapal pesiar!
ADVERTISEMENTS
5. “MLM? Apaan tuh MLM saya nggak ngerti?”
Ada banyak jenis MLM, yang mungkin nama perusahaannya belum pernah kamu dengar. Ketika teman tersebut menjelaskan panjang lebar tentang cara kerja bisnisnya yang intinya tentang “bisnis jaringan”, kamu pun bertanya, apakah ini semacam MLM. Entah kenapa kebanyakan dari mereka langsung mengelak dan pura-pura nggak tahu apa itu MLM. Padahal kan, kalau memang benar-benar bermanfaat kenapa mesti malu mengakui dan pura-pura nggak tahu.
6. Kadang kamu akan diceramahi dengan kisah-kisah sedih sekaligus inspiratif…
Salah seorang teman yang nggak begitu dikenal tiba-tiba menghubungi lewat jejaring sosial. Dia mengajakmu bertemu, kamu pun mengiyakan ya itung-itung kumpul sama teman lama yang dulu nggak begitu dekat ini. Dia pun dengan sigap memberi tahu tempat dan jam ketemuan.
“Nanti malam jam 8, di Cafe Jalan Mawar, ya!”
Eh, buset! Belum jawab bisa kapan sudah ngasih jadwal sama tempat aja. Kebetulan nggak ada acara, kamu iya kan lah meskipun tempatnya lumayan jauh dari rumahmu. Sampai di sana, obrolan berlangsung seperti biasa sampai dia bercerita tentang kisah sukses seseorang:
“Dulunya buat anaknya ke sekolah aja dia harus jalan kaki sampai ke sekolahnya yang di depan rumah persis. Lalu dia bisnis dan sukses, sampai bisa nganter sekolah anaknya pakai kapal pesiar. Iya, sekolah di depan rumah pakai kapal pesiar. Dan kamu tahu, sekarang aku ikutan bisnis kayak dia…”
7. Atau seperti selayaknya orang yang sedang PDKT, kamu akan dibuat klepek-klepek…
Kadang kamu juga dibuat ke-geeran karena dia mendekati kamu persis seperti orang pedekate.
“Kamu sudah makan? Makannya jangan banyak-banyak ya supaya hemat. Ada baiknya uang kamu sebagian dibuat bisnis, demi masa depan kamu juga. Kayak aku nih…”
Sebenarnya, nggak ada salahnya dengan teman yang ikut MLM. Tapi kadang yang suka lebay dan cenderung maksa itu yang bikin kita risih.
Dengan berbagai panduan jawaban di atas, kamu nggak perlu takut lagi kalau terjebak teman yang menawari MLM. Kalau kamu nggak tertarik mungkin ini jalanmu untuk menghentikan pertemanan.
Bisnis MLM sebenarnya cukup bagus. Kalau orangnya memang memiliki minat di situ, mungkin bisa benar-benar sukses. Tapi sayangnya, banyak teman-teman yang ikut MLM jadi menyebalkan. Setiap ketemuan yang diomongin MLM terus, ditambah apa yang jadi profesi orang lain sering dibilang kurang menyenangkan.
“Memang sih kerja di bank kelihatan keren, tapi kan pegawai. Engga pingin apa kerja sendiri di rumah nggak harus pulang malam…”
Lah, situ siapa menghakimi pekerjaan kami?! Belum lagi, rayuan-rayaunnya yang lebih terkesan ‘memaksa’ dari pada menawarkan.
Semua pekerjaan, termasuk bisnis MLM, bagus kok asal nggak bikin orang lain sewot.
Salam sukses! Dahsyat! Luar biasa!