Terkadang perempuan mendapat perlakuan yang nggak adil gara-gara jenis kelaminnya. Sebab sebagian orang menganggap derajat perempuan lebih “rendah” dibandingkan lelaki. Hal tersebut ditentang oleh para feminis. Mereka berpendapat kalau perempuan dan lelaki mempunyai hak yang sama, jadi kita wajib menghormati keduanya.
Untuk memahami isu ini dengan lebih gampang, sebaiknya kita menonton film-film bertema perjuangan perempuan tepat di Hari Perempuan Internasional yang jatuh tanggal 8 Maret ini. Berikut ini daftarnya, jangan sampai kelewatan!
ADVERTISEMENTS
1. Kim Ji-young, Born 1982
“Kadang aku merasa bahagia, tapi kadang aku merasa terjebak.” -Kim Ji-young
Dirilis pada tahun 2019, Kim Ji-young langsung menjadi kontroversi di Korea Selatan dan negara-negara lainnya. Film yang diadaptasi dari novel terkenal ini dibintangi oleh Jung Yu Mi dan Gong Yoo. Tokoh utamanya adalah seorang perempuan bernama Kim Ji-young. Dia dianggap beruntung karena menikah dengan pria yang baik dan dikaruniai seorang anak. Namun di balik itu semua, Ji-young merasakan kehampaan dalam hidupnya.
Film ini menjelaskan tekanan yang dirasakan ibu rumah tangga. Ji-young harus keluar dari pekerjaannya demi keluarga. Lalu sehari-hari, dia melakukan pekerjaan rumah tangga yang monoton dan melelahkan sampai depresi. Apalagi kalau hidup dalam lingkungan yang patriarkis. Seorang suami bisa dipuji-puji karena bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah. Sedangkan para ibu rumah tangga jarang mendapat apresiasi karena tugas mereka dianggap remeh. Maka kita perlu lebih menghargai dan mendukung mereka.
ADVERTISEMENTS
2. Kartini
“Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan pikiran harus terbang sebebas-bebasnya.” -Kartini
Film yang dirilis pada tahun 2017 ini menggandeng para pemain kawakan seperti Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Acha Septriasa, dan lain-lain. Kartini menyabet sejumlah penghargaan bergengsi seperti Piala Citra dan Piala Maya. Berlatar abad ke-19, film ini mengisahkan beratnya sistem patriarki di Indonesia. Para perempuan nggak diperbolehkan menuntut ilmu tinggi-tinggi. Sebab mereka hanya dianggap “konco wingking” yang tempatnya hanya di dapur, sumur, dan kasur.
Namun Kartini menolak tunduk dalam ketidakadilan tersebut. Walaupun ditentang sana-sini, dia berusaha menuntut ilmu setinggi mungkin dan mengajak para perempuan melakukan hal yang sama. Dari perjuangan Kartini, kita tahu bahwa sistem patriarki bisa membelenggu tubuh, tetapi nggak bisa membelenggu jiwa dan pikiran. Karena itulah kita nggak boleh menyerah begitu saja pada tekanan lingkungan. Tetaplah berjuang dan saling mendukung demi sesama perempuan.
ADVERTISEMENTS
3. Legally Blonde
“Kalau aku berencana jadi mitra di firma hukum saat berusia 30 tahun, berarti aku butuh pacar yang nggak keras kepala.” -Elle Woods
Film Legally Blonde (2001) menjelaskan feminisme dengan cara yang ringan dan menghibur. Disutradarai oleh Robert Luketic, film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Amanda Brown. Tokoh utamanya adalah Elle Woods yang diperankan oleh Reese Witherspoon. Dia merupakan seorang gadis yang cantik, modis, kaya, dan tampak seperti sosialita pada umumnya.
Elle bercita-cita masuk Jurusan Hukum di Harvard supaya bisa bekerja sebagai mitra hukum. Namun dia diremehkan banyak orang. Bahkan pacarnya sendiri menyebut Elle nggak cerdas dan nggak bakal mempunyai masa depan yang baik. Namun Elle tetap berusaha menggapai mimpinya. Dari film Legally Blonde, kita belajar untuk menghargai perempuan dan nggak meremehkan impian mereka. Sesulit apa pun kondisinya, siapapun bisa berhasil asalkan berusaha.
ADVERTISEMENTS
4. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
“Malam ini kau adalah perempuan yang paling beruntung,” kata seorang penjahat yang hendak meniduri Marlina.
“Saya perempuan paling sial malam ini,” balas Marlina.
Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak dirilis pada tahun 2017. Berbagai penghargaan bergengsi telah diberikan pada film ini, termasuk Piala Citra dan Piala Maya. Ceritanya berfokus pada seorang janda bernama Marlina yang diperankan oleh Marsha Timothy. Dia mengalami pelecehan seksual dari para perampok yang mendatangi rumahnya.
Dengan berani, Marlina membalas kelakuan para penjahat itu. Dia memenggal kepala mereka satu per satu untuk memperoleh keadilan. Sosok Marlina digambarkan sebagai perempuan kuat yang nggak mau tunduk begitu saja pada dominasi lelaki. Film ini bakal membuat penonton terkagum-kagum sampai akhir.
ADVERTISEMENTS
5. Suffragette
“Kamu ingin saya menghormati hukum? Kalau begitu, buatlah hukum (untuk perempuan) yang pantas dihormati.” -Emmeline Pankhurst
Dirilis pada tahun 2015, Suffragette menjelaskan kondisi perempuan di Inggris pada zaman dulu. Film ini diperankan oleh deretan aktris terkenal seperti Meryl Streep dan Helena Bonham Carter. Kisahnya berfokus pada gerakan perempuan bernama “Suffragette” yang menuntut persamaan hak antara perempuan dan laki-laki di bidang hukum serta politik.
Pada masa itu, hanya lelaki yang boleh berpartisipasi secara hukum dalam pemungutan suara. Maka sejumlah perempuan memperjuangkan hak mereka untuk memilih. Sayangnya, mereka tetap dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan usahanya digagalkan. Film ini memperlihatkan betapa beratnya nasib feminis pada masa lalu. Namun mereka tetap berjuang sampai rela bertaruh nyawa demi memperoleh keadilan.
Itulah deretan film yang cocok banget untuk merayakan Hari Perempuan Internasional. Masing-masing mempunyai gaya bercerita dan penokohan yang unik, tentunya juga mengingatkan bahwa perjuangan perempuan itu sangat beragam. Baik dalam kehidupan sehari-hari, posisinya sebagai anggota masyarakat, maupun hak-haknya sebagai warga negara, sudah seharusnya perempuan tidak diremehkan atau di-nomordua-kan hanya karena mereka perempuan. Yuk nonton, supaya kita bisa lebih memahami nasib perempuan~