Sastra dan film sebenarnya dua buah karya nggak bisa dipisah jauh-jauh, bisa kangen. Kedua karya ini sama-sama punya plot dan memberikan sajian cerita sebagai sebuah hiburan yang bisa dinikmati banyak orang. Banyak film yang memang sengaja diadaptasi dari novel untuk mencoba memvisualisasikan apa yang ditulis oleh novelis.
Sayangnya, hampir rata-rata buku atau novel yang kemudian difilmkan gagal mengakomodasi ekspektasi penonton. Apakah ini salah sineasnya atau salah penontonnya? Aslinya nggak perlu saling menyalahkan sih, karena memang ada beberapa faktor yang bikin kebanyakan film adaptasi novel itu gagal di mata pembacanya. Simak paparan Hipwee Hiburan berikut!
ADVERTISEMENTS
1. Kita selalu menganggap imajinasi kitalah yang terbaik. Sedangkan film adaptasi novel adalah bagaimana kita melihat imajinasi sutradara terhadap cerita itu
ADVERTISEMENTS
2. Film adalah proses visualisasi cerita dalam novel. Prosesnya pun kadang terkendala oleh pendanaan dan sumber daya, nggak heran kalau banyak yang gagal memenuhi ekspektasi
ADVERTISEMENTS
3. Bisa jadi, kamu sudah terlanjur jatuh cinta dengan karya sastranya. Saking nge-fansnya, kamu pun nggak bisa menerima cerita versi lain kalau nggak dari penulis aslinya. Fans die hard pokoknya!
ADVERTISEMENTS
4. Semangat yang digambarkan oleh penulis dan sutradara bisa saja berbeda. Penulis membuat karya sepenuh hati, sineas ingin komersialisasi
ADVERTISEMENTS
5. Film memiliki durasi yang begitu terbatas. Sulit untuk memberikan visualisasi dari setiap kalimat yang tertulis di novel, sementara kamu berharap detail adegan yang pernah kamu putar di kepalamu sendiri. Serba salah juga sih
ADVERTISEMENTS
6. Aktor dan aktris yang digambarkan dalam film menurutmu nggak sesuai? Wajar sih, karena kamu mempersepsikan penampilan tokoh secara bebas. Sementara sineas harus pakai sumber daya yang paling cocok dari casting pemain
7. Film adalah hasil dari berbagai kepentingan yang bersatu. Kepentingan atas karya, idealisme sutradara, hingga tujuan bisnis produsernya. Kalau kepentingan satu sama lainnya tumpang tindih, ya, jelas kacau
Nggak perlu ngegas dulu, memang banyak kok film yang dianggap ‘mengecewakan’ oleh banyak fans novel meski secara unsur film mereka cukup baik. Tapi nggak sedikit juga film-film adaptasi novel yang justru jauh lebih laris dan terbilang lebih berhasil dari novelnya seperti Fight Club (1990), Clockwork Orange (1971), The Lord of The Ring (2001). Setidaknya berikan apresiasi pada kru film yang sudah berusaha keras buat memvisualisasikan imajinasimu menjadi sesuatu yang nyata yang bisa kamu nikmati juga.