Jangan nonton film-film ini kalau kamu sedang nge-down, ya | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Ada banyak cara untuk memulihkan mood yang berantakan, salah satunya yang cukup ramah di kantong adalah dengan menonton film. Menawarkan sisi hiburan dan relaksasi, menonton film bahkan kerap dipakai untuk menyembuhkan kondisi mental yang buruk. Menurut The Acronym, film memang terbukti menghibur sekaligus memberikan efek positif pada psikologis.
Selain menghibur, menonton film menjadi medium untuk melepaskan stres atau mengekspresikan emosi. Film bertema fantasi juga mampu memunculkan motivasi dan harapan baru. Nggak aneh kalau kamu akan merasa lega, tenang, atau penuh semangat selepas menonton film.
Sayangnya, dampak positif itu nggak bakal kamu dapat jika salah memilih film. Alih-alih menenangkan dan menyembuhkan diri, bisa-bisa kamu malah makin ‘terjebak’ dengan kondisi mental yang buruk. Beberapa film memang sebaiknya dihindari ketika mentalmu sedang jungkir balik. Ketika merasa sedih berkepanjangan, tidak berdaya sepanjang waktu, emosi yang naik turun secara drastis, kesulitan berkonsentrasi, sampai pikiran-pikiran menyakiti diri sering muncul, urungkan niat untuk menonton deretan film ini.
Lantas, apa saja film yang perlu dihindari sementara waktu saat kondisi mental sedang di titik bawah?
ADVERTISEMENTS
Jika kamu sedang berjuang melawan keinginan untuk mengakhiri hidup, pertimbangkan ulang untuk menonton film House of Secrets: The Burari Deaths
Film “House of Secrets: The Burari Deaths” | Credit: IMDB
Film serial yang tayang di Netflix ini sukses mengantongi predikat sebagai film yang gelap dan suram. Pasalnya, film ini menggambarkan kematian 11 anggota keluarga di wilayah Burari, India. Mereka ditemukan gantung diri dengan mata tertutup dan kaki-tangan terikat. Kejadian riil itu tentu saja membuat gaduh seluruh penjuru India. Sejumlah misteri yang melingkupi kematian mereka pun masih menyisakan pertanyaan, sehingga membuat film ini semakin menarik sekaligus mengerikan.
Dalam tiga episode, film yang digarap dalam bentuk dokumenter oleh sutradara Leena Yadav ini mengulas kembali tentang kematian tragis tersebut. Meski tak bayak reka adegan, film ini bisa saja membuatmu semakin nge-drop. Apalagi, kalau kamu sedang berjuang mengusir pikiran-pikiran buruk seperti menyakiti diri atau mengakhiri hidup.
Bagi orang yang kondisi mentalnya prima saja, film ini cukup mengganggu. Potret dari kematian 11 orang ditampilkan, meski tidak cukup gamblang. Pengakuan-pengakuan saksi pun turut memperkaya cerita. Setiap adegan dalam film bisa jadi pemicu yang menyebabkan mentalmu makin limbung. Tontonlah film ini ketika kondisi mentalmu sudah stabil.
ADVERTISEMENTS
Isu diskiriminasi gender bertebaran dalam film Kim Ji-young: Born 1982. Kalau kamu pernah punya pengalaman traumatis serupa, siapkan diri agar kesejahteraan psikologismu tetap aman
Film Korea “Kim Ji-young: Born 1982” | Credit: IMDB
Bukan film cinta-cintaan dan keluarga biasa, film Kim Ji-young: Born 1982 adalah sentilan untuk kondisi sosial, terutama di Korea Selatan. Kendati demikian, isu yang diangkat rasanya relatable dengan siapa pun di negara mana pun. Saat menontonnya, tak sedikit orang yang merasakan efek negatif. Soalnya, mereka memiliki pengalaman buruk yang sama dengan tokoh utama Kim Ji-young.
Film ini menggambarkan rasanya menjadi perempuan di sistem masyarakat patriarki dengan sederhana, tapi tepat. Budaya ini menceritakan tentang perempuan yang tak punya banyak pilihan dan kesempatan. Perempuan yang dianggap baik adalah sosok yang penurut dan mau mengalah demi saudara laki-laki dan keluarga. Karya sutradara Kim Do-young ini membedah posisi perempuan yang rentan mengalami diskriminasi, pelecehan, subordinasi, sampai marginalisasi. Mirisnya, perlakuan itu diterima perempuan sejak lahir, mulai dari lingkungan keluarga, tempat kerja, sampai sosial.
Lantaran sangat ‘dekat’ dengan pengalaman hidup kebanyakan orang, film ini bisa membangkitkan emosi-emosi tak menyenangkan. Ketidaknyamanan ini bakal awet bila tidak segera diatasi. Bila kamu punya pengalaman traumatis yang mirip dengan narasi besar yang dingakat dalam film ini, sebaiknya hindari dulu sampai kamu merasa betul-betul siap. Jangan sampai kesejahteraan psikologismu dipertaruhkan, ya.
ADVERTISEMENTS
Ketika dilanda kecemasan, nonton film Hereditary bisa jadi pilihan buruk. Alangkah baiknya, kamu cari tontonan lainnya
Film “Hereditary” | Credit: IMDB
Film horor memang mempunyai efek relaksasi dan bikin stres hilang. Namun, film Hereditary bukan film horor pada umumnya. Berbeda dengan film horor yang identik dengan setan, iblis, kegelapan, malam, dan jumpscare, film ini malah menawarkan sesuatu yang sebaliknya. Diakui banyak orang, film Hereditary membawa angin segar. Walau minim jumpscare dan nihil hantu, film ini mampu menjadi mimpi buruk bagi penontonnya.
Kehidupan keluarga Annie Graham, seorang seniman miniatur, tampak harmonis. Satu per satu keganjilan yang mencekam muncul setelah ibu Annie meninggal. Kemudian, banyak peristiwa tragis dan tak masuk akal yang dialami Annie, suami, dan kedua anaknya.
Karya besutan sutradara Ari Aster ini ternyata menyuguhkan hal lain yang bikin penontonnya dihantui sepanjang dan sesudah film. Ancaman yang mencekam dan adegan intens yang mengerikan bisa saja memicu kecemasan. Makanya, film ini sebaiknya tidak ditonton dulu saat kecemasan menyerangmu. Sinematografi film ini memang menimbulkan efek yang tidak nyaman. Niatnya sih ingin memulihkan diri, tapi kamu justru bisa berakhir dengan kecemasan yang tak kunjung lepas.
Apa aja film yang bisa kamu makin merasa nggak karuan ? | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
Bertabur adegan kekerasan fisik dan mental, menonton film Joker bukan rekomendasi yang patut diikuti. Apalagi, kalau kamu sedang berjuang bebas dari belenggu depresi
Film “Joker” | Credit: IMDB
Ketika penayangannya, banyak penonton yang mengeluhkan kesehatan mentalnya terganggu usai menonton film Joker. Bagi beberapa orang, film ini mungkin sekadar menceritakan kisah di balik sosok Joker sebelum akhirnya menjadi supervillain. Ternyata, banyak orang yang kecele. Bukan hiburan ringan yang menyenangkan, film ini justru memberikan rasa frustratif dan depresif sekaligus.
Konflik yang dialami tokoh utama, Fleck sangat kompleks, seperti benturan kelas sosial, politik, sampai kesehatan mental. Adegan kekerasan fisik dan mental yang dipenuhi kejahatan dan kriminalitas pun berseliweran.
Gara-gara banyaknya adegan kekerasan, penonton tak hanya perlu kesiapan, tapi juga kedewasaan untuk mengambil pesan di balik setiap adegan film. Jika tidak, kamu bisa terpengaruh hal-hal buruk yang secara eksplisit ditampilkan dalam layar. Selain itu, kamu yang memiliki kecenderungan depresi, alangkah baiknya berlaku bijak. Soalnya, banyak adegan depresif yang bisa memparah kondisimu.
ADVERTISEMENTS
Biar nggak makin terbayang-bayang masa lalu, kamu perlu menghapus film ShutterIsland dari daftar tontonanmu
Film “Shutter Island” | Credit: IMDB
Satu lagi film yang tergolong suram dan tragis. Film Shutter Island yang dibintangi Leonardo DiCaprio ini mengisahkan seorang polisi yang dihantui masa lalu. Kedatangannya ke rumah sakit jiwa di Shutter Island untuk menyelidiki pasien yang hilang ternyata membawa tokoh utama pada kebingungan dan kengerian secara bersamaan.
Gambaran trauma yang dicerminkan oleh tokoh utama besar kemungkinan akan memengaruhi penonton, khususnya yang punya masalah yang sama. Bebas dari bayang-bayang masa lalu memang tidak mudah. Kesedihan, kekecewaan, dan rasa bersalah menjadi momok yang sulit dihilangkan. Nah, film Shutter Island dapat membuat semua perasaan itu kian buruk. Urungkan dulu niat untuk menonton film ini bila tak ingin perasaan dan kondisi mentalmu semakin ambruk.
Itu dia 5 film yang ada baiknya dihindari dulu ketika kondisi mentalmu sedang tidak baik-baik saja. Bukannya malah terhibur, kamu bisa merasakan efek negatif yang memperparah kondisimu. Coba cari alternatif tontotan lain yang lebih ‘ramah’ terhadap kesejahteraan mentalmu, ya.