Festival Film Indonesia telah sukses diselenggarakan pada Selasa (22/11). Sederet film Tanah Air dinominasikan dan beberapa di antaranya berhasil menyabet piala. Salah satunya yaitu film Before, Now & Then atau Nana (judul Indonesia) yang meraih Piala Citra sebagai Film Panjang Terbaik FFI 2022. Wah, selamat, ya!
Film yang disutradai oleh Kamila Andini ini mengisahkan seorang perempuan bernama Nana (Happy Salma) yang berhasil melarikan diri dari huru-hara konflik di kampungnya. Namun sayangnya, konflik tersebut merenggut nyawa sang ayah dan membuatnya kehilangan suami dan anaknya.
Ia juga harus lari dari komplotan laki-laki yang berusaha menikahinya. Lima belas tahun berlalu, Nana sudah hidup sebagai istri dari suami kaya raya. Namun kenangan pahit itu berubah telanjur menjelma jadi trauma masa lalu yang menghantui pikirannya.
Berikut ini 4 fakta menarik lainnya tentang film Before, Now & Then yang sudah Hipwee rangkumkan untukmu.
ADVERTISEMENTS
1. Terinspirasi dari novel berjudul Jais Darga Namaku karya Ahda Imran
Film Before, Now & Then diadaptasi dari bab pertama sebuah novel berjudul Jais Darga Namaku karya Ahda Imran. Novel tersebut dirilis pada tahun 2018. Bagian pertamanya berfokus pada cerita perjalanan hidup Raden Nana Sunani di Jawa Barat pada tahun 1960-an.
Raden Nana Sunani adalah ibu dari Jais Darga. Cerita mereka dalam novel tersebut juga merupakan kisah nyata. Dalam konferensi pers pada Januari 2022 lalu, Jais mengungkap kalau film ini dipersembahkan kepada mendiang ibundanya yang sudah wafat tiga tahun lalu.
Saat film ini memenangkan Piala Citra FFI 2022 pun, Jais turut naik ke panggung untuk menerima penghargaan. Ia ikut terharu film yang mengangkat kisah hidupnya dan sang ibu mendapat respons positif yang luar biasa dari industri film Indonesia.
“Saya bukan siapa-siapa di dunia perfilman. Ini saya gemetar berada di atas ini. Terima kasih support-nya film Indonesia dan terima kasih FFI. Mami, ini dari kami untuk mami, ini hadiah terindah,” katanya, dilansir dari kumparan.
ADVERTISEMENTS
2. Para pemerannya berbahasa Sunda di sepanjang film
Film yang dirilis tahun 2022 ini menggunakan bahasa Sunda di sepanjang dialognya. Bahasa Sunda yang digunakan pun sesuai dengan latar waktu tahun 60-an yakni Sunda lemes atau halus. Itu merupakan bahasa yang digunakan ketika berbicara kepada orang yang lebih tua atau untuk menghormati lawan bicara.
Happy Salma sebagai tokoh utama film ini sebenarnya adalah aktris berdarah Sunda. Awalnya, berdialog dalam bahasa Sunda tak jadi soal baginya. Namun, ia mengaku tetap kesulitan lantaran selama ini lebih sering menggunakan bahasa Sunda sehari-hari dan yang lebih santai.
“Walaupun saya orang Suda, tapi bahasa Sunda yang saya kuasai adalah bahasa Sunda di tahun saya lahir, karena itu bahasa ibu saya ya, ternyata banyak berbeda dengan bahasa yang digunakan Nana, yang setting-nya tahun 50-an, 60-an,” katanya, dilansir dari CNN Indonesia.
Menariknya, Happy Salma menambahkan kalau pemeran Mak Ino, Laura Basuki yang nggak punya darah Sunda justru lebih cepat lancar berbahasa Sunda halus daripada dirinya.
ADVERTISEMENTS
3. Sarat akan nilai women empowerment
Gambaran soal pemberdayaan perempuan begitu terasa di sepanjang film ini. Nana digambarkan hidup dalam masyarakat patriarkal. Sebagai perempuan, ia hanya hidup sekadar untuk melayani kebutuhan suami barunya dan keluarga kecil mereka tanpa punya kesempatan untuk aktualisasi diri. Padahal dalam dirinya juga sedang berkecamuk bayang-bayang ketakutan atas kehilangan mantan suami dan kematian ayahnya.
Ia pun hanya bisa menyesuaikan diri dengan norma masyarakat saat itu. Segala ungkapan perasaan dan pemikiran Nana terpaksa harus dipendam sendiri karena begitulah ‘kodrat’ perempuan diceritakan kala itu.
Nana sedikit menemukan kebebasan setelah bertemu dengan Mak Ino. Persahabatan mereka mulai terjalin dan Nana merasa bebas menumpahkan keluh kesah hidup dan trauma masa lalunya kepada Mak Ino.
ADVERTISEMENTS
4. Tayang perdana di Berlinale Film Festival 2022
Sebelum tayang di negara sendiri, film ini bahkan sudah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia lewat penayangan perdananya di 72nd Berlin International Film Festival 2022. Festival film bergengsi itu berlangsung dari tanggal 10-20 Februari 2022.
Before, Now & Then bersaing dengan 17 film lainnya untuk memperebutkan penghargaan Golden Bear untuk kategori Film Terbaik. Namun, kali ini film tersebut belum bekesempatan menyabet piala. Meskipun begitu, Laura Basuki berhasil memenangkan penghargaan Silver Bear untuk kategori Best Supporting Performance dalam festival film tersebut.
Selain festival ini, Before, Now & Then juga ikut bertengger dalam nominasi dan memenangkan penghargaan Jury Prize di Brussels International Film Festival. Prestasi membanggakan lainnya juga didapatkan film ini lewat penghargaan sebagai Film Terbaik dalam ajang Asia Pacific Screens Award.
Itulah tadi deretan fakta menarik seputar film ini. Setelah banyak menoreh prestasi di kancah internasional, film ini akhirnya bisa disaksikan di negeri sendiri. Before, Now & Then sudah bisa kamu tonton lewat Prime Video sejak 1 Agustus 2022. Siapa nih yang udah nonton film ini?