Pernahkah kamu merasa ciut hanya karena muncul untuk bergabung di obrolan grup WhatsApp, namun berakhir garing karena nggak ada yang nanggepin? Kamu pun akhirnya kapok dan dalam hati berjanji untuk nggak lagi-lagi turut berkomentar dan bersuara dalam chat atau obrolan grup lagi. (Atau bahkan langsung keluar dari grup tersebut?)
Kalau memang begitu adanya, tenang, kamu nggak sendirian. Di mana ada keresahan, di situlah warganet saling bertukar pikiran dan berkeluh kesah. Dimulai dari kicauan seorang selebtwit @seterahdeh yang curhat soal kekesalannya di grup WhatsApp, ternyata banyak juga warganet yang mengalami hal serupa. Geregetan juga sih bacanya, karena banyak benernya. 😀
ADVERTISEMENTS
1. Berawal dari cuitan @seterahdeh yang begitu jujur ini, membuka tabir banyak warganet untuk ikutan curhat~
ADVERTISEMENTS
2. Ternyata ada yang berpendapat kalau yang diacuhkan di grup WhatsApp hanyalah mereka yang eksis dan dominan dalam pergaulan
ADVERTISEMENTS
3. Ternyata hal itu juga diamini oleh warganet lain. Dia hanya merasa sebagai ‘yang tidak diinginkan’ dan datang di waktu yang salah
ADVERTISEMENTS
4. Nah, ini nih tipe orang mawas diri, mencoba melihat ke dalam diri sendiri; apakah ada yang salah. Tapi sambil baper di pojokan~
ADVERTISEMENTS
5. Pilihan yang banyak dipikirkan oleh mereka yang sakit hati karena nggak ditanggapi akhirnya berkisar soal leave group. Tapi tetap ada dilema dalam hal ini
ADVERTISEMENTS
6. Di tengah-tengah curhatan warganet yang sakit hati akibat tindakan teman-teman di grupnya, justru ada yang mengusulkan hal gemilang. Tapi yakin nggak saling cuekin lagi?
7. Ada analisis lain. Cueknya anggota grup terhadap kamu mungkin karena mereka nggak berencana mepet kamu
8. Hingga diskusi panjang ini pun melahirkan sebuah usulan untuk pengelola WhatsApp sendiri. Menurut kamu bagaimana?
9. Eh, ada yang menemukan teman senasib nih. Kayaknya bahagia banget sampai ngata-ngatain …
10. Tapi sebenarnya kita nggak perlu baper berlebihan menanggapi hal ini. Karena bisa bikin kepercayaan diri makin menurun
11. Pada dasarnya kita nggak bisa menjustifikasi orang yang nggak pernah nimbrung sebagai kaum apatis dan antisosial. Buktinya ada yang begini
12. Sampai kalau kelewat baper tapi pengen kelihatan santai, bikin meme yang menggambarkan perasaan. Memang sakit sih 🙁
13. Nah, jangan terlalu cuek dengan orang yang jarang muncul di grup. Siapa tahu sekalinya muncul memang ada sesuatu yang penting banget yang sedang terjadi
Sebenarnya grup di WhatsApp memang nggak bisa disamakan dengan pertemanan di dunia nyata. Terkadang beralihnya komunikasi ke dunia virtual bisa mengaburkan semuanya. Sebaiknya sih saling peduli satu sama lain, jangan sampai sengaja cuek dengan orang tertentu. Perasaannya pasti sakit deh!
Mungkin kamu adalah orang yang humoris, tampan, atau idola semua anggota grup kalau kamu nggak pernah benar-benar mengalami hal-hal di atas. Paling nggak, kamu jadi nggak merasakan bagaimana gamangnya dicuekin di grup WhatsApp. Di satu sisi orang bisa refleks introspeksi diri dan merasa lawakannya memang kurang lucu, atau tanggapannya memang ambigu, ataukah obrolannya mengada-ada. Tapi di sisi lain ada perasaan marah bercampur lelah, bagaimana mungkin sih sebegitu banyak mata yang membaca chat-mu nggak ada seorang pun yang merasa pengen membalasanya? Hmm, kalau terus-terusan bisa bikin kecemburuan sosial sampai mengakibatkan seseorang jadi rendah diri.