Otak manusia terlalu kecil untuk memanggul segala beban kehidupan, maka dari itu kita butuh yang namanya curhat. Dengan menceritakan masalah, harapannya beban di kepala bisa sedikit berkurang. Segala hal yang bikin pikiran kusut yang nyangkut di kepala dapat terurai sejalan dengan masukan-masukan dari si pendengar.
Namun adakalanya momen curhat jadi sesuatu yang malah bikin sebel, yaitu ketika keluh kesahmu tercurah kepada orang yang salah. Kamu pasti pernah, kan, lagi curhat malah dijawab, “Yaelah cuma gitu doang, gue malah ….” Sebuah momentum yang ngehe banget. Bukannya dikasih saran, malah dibikin sebel.
ADVERTISEMENTS
Nggak ngasih solusi, malah bikin sebal. Mending dari awal bilang aja kalau nggak mau dicurhatin
Kata orang curhat itu menenangkan, tapi kenyataannya kadang sebaliknya. Sering kali kita dibikin sebal oleh teman sendiri. Niat awal curhat pengin bikin dada plong, malah jadi dongkol gara-gara kalimat “Yaelah gitu doang, gue malah ….”
Bingung aja gitu, mereka ini paham nggak sih kalau kita sedang butuh dukungan? Kenapa malah dibanding-bandingin sih? Yang kita butuhin itu didengarkan. Nggak ngasih solusi sebenarnya juga nggak apa-apa, yang penting ada yang dengerin aja biar kita nggak ngerasa sendirian.
ADVERTISEMENTS
Kesannya jadi malah kita yang lemah gimana gitu. Niat hilangin beban, malah nambah beban pikiran
Reaksi kalimat seperti itu mungkin terkesan sepele, tapi bagi orang yang sedang dalam masalah itu bisa jadi sesuatu yang buruk. Terusan dari kalimat itu pasti cerita pengalaman yang serupa (dan dianggap lebih berat dari masalah kita). Nggak jelas tujuannya buat apa. Kalau klaimnya biar kita ngambil hikmah dari cerita itu rasanya kok momennya nggak pas.
Kita sedang nggak butuh itu, yang ada malah cerita itu bikin beban kita nambah. Kita malah kepikiran, jangan-jangan diri kita yang lemah? Nah, malah nambah beban.
ADVERTISEMENTS
Apa untungnya banding-bandingin masalah yang udah pernah dilewati ke temen sendiri? Aneh betul!
Teman yang suka bilang, “Yaelah gitu doang, gue malah ….” itu maunya apa sih? Kesannya jadi malah meremehkan kita. Dia merasa dirinya kuat bisa melewati masa-masa sulit lantas memamerkannya kepada kita? Membandingkan masalah yang udah pernah dilewati ke teman yang sedang kesulitan itu nggak keren atau kelihatan kuat sama sekali. Jatuhnya malah caper!
Membanding-bandingkan di waktu yang sangat nggak tepat. Ucapan mereka nggak ubahnya seperti karung beras yang diletakkan di kepala kita. Nyatanya masih banyak teman kita yang seperti itu. Makanya mulai sekarang kita mesti menetapkan satu orang yang benar-benar mau mendengarkan, syukur-syukur mau kasih saran. Ketika orang itu udah ketemu, kalau ada apa-apa mending ke dia daripada orang lain yang belum jelas sikapnya. Takutnya malah dibandingin lagi.