Urusan cinta-mencinta, bagi sebagian besar dari kita, bukanlah barang yang asing. Bahkan… taruhlah andai kamu anak 90-an, kamu sangat mungkin mengenal momen lahirnya rasa cinta saat usia dini. Bisa dibilang sedari sekolah dasar kita mengenal rasa saling suka terhadap lawan jenis. Hanya saja, pada masa itu, kita masih begitu lekat dengan budaya malu.
Beda dengan masa kini, anak-anak seperti sudah kelewat batas soal menyalahartikan kata cinta. Dari sudut pandang anak 90-an, mereka sudah jauh melebihi apa yang biasa kita lakukan ketika pacaran. Sepotong video anak SMP ber-smule (aplikasi karaoke virtual) yang belum lama ini beredar, misalnya. Mereka sejenak membuat heboh dunia maya. Namun lantaran masalah seperti itu kini jadi barang yang lumrah, akhirnya mereka cuma one-hit wonder. Kali ini Hipwee Boys mau berbagi info aja, ah, bagaimana gaya berpacaran anak-anak 90-an berdasarkan usianya. Siapa tau bisa jadi contoh juga buat para adik-adik yang terlampau jauh mengartikan pacaran. Yuk simak!
ADVERTISEMENTS
Waktu zaman SD, beberapa di antara kami masih banyak yang belum mengenal kata “kita”. Kalau pun pacaran, paling masih saling malu-malu kucing
Zaman SD itu zaman polos-polosnya kami. Bagi kami anak 90-an, pacaran adalah sesuatu hal yang asing sekali. Saking polosnya, pegangan tangan — antara kami yang cowok dengan mereka yang cewek — dipikir bisa bikin hamil. Hal semacam ini memang beredar di seputar pergaulan anak SD.
Pokoknya, cinta monyet banget. Jangankan nyoba pegang tangan, mau ketemuan aja malu, gara-gara dicie-ciein. Momen pedekatenya pun unik, yaitu main surat-suratan di kelas. Belum ada banyak di antara kami yang mengenal gadget, ya mungkin karena belum ada si. Beda banget ya sama anak zaman sekarang yang sudah sangat melek gadget.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Zaman SMP, kami mulai merasa ada sedikit kemajuan (soalnya mulai kenal drama-drama pacaran. Ya, walau masih terlalu dini rasanya untuk berkata dewasa
Di masa SMP, pengetahuan kami tentang pacaran mulai bertambah. Banyak cowok mulai bisa naik motor, dan bisa sesekali bonceng pacar. Keberadaan handphone pun mulai menjamah kami, sehingga kami sedikit terbantu dalam hal komunikasi, terutama tekstual (maklumlah waktu itu bekal kami nggak cukup buat beli pulsa telpon, dan paling buat SMS).
Belum lagi, pada masa SMP, pacaran kami mulai terasa ada drama-dramanya. Dalam hubungan pacaran, konflik juga berlaku bagi kami. Kadang, tatkala kamu berkonflik, salah satu di antara kami yang pacaran bisa menlontarkan kata, “Kamu yang dewasa dong!”. Dewasa? Hihihi kadang itulah yang bisa bikin kami tertawa-tawa di zaman ini. Bagaimana bisa anak ingusan itu bisa berbicara tentang kedewasaan? Bingung ‘kan? Padahal sama-sama belum dewasa.
ADVERTISEMENTS
Zaman SMA mulai lancar dengan praktik pacaran. Di sisi lain, ada sedikit rasa penasaran sama hal-hal yang lebih pribadi (akui saja~)
Omong-omong soal SMA, pengaruh tayangan televisi memang sedikit banyak telah memengaruhi gaya pacaran kami. Kita tahu sendiri, sinetron-sinetron 90an akhir mulai banyak menayangkan adegan-adegan pacaran di dalamnya. Beberapa di antaranya bahkan mengisahkan percintaan anak SMA. Nggak heran kalau gaya-gaya pacaran anak SMA mulai agak lebih fasih. Dianggap mulai (agak) lebih dewasa, intensitas pacaran pun bisa lebih tinggi. Dramanya pun mulai terasa banget. Beberapa mulai melek internet.
Gaya komunikasi pun makin meluas. Kalau tadi SMP kami lebih mengutamakan pesan tekstual, pada masa SMA, kami kerap curi-curi waktu buat menggunakan komunikasi audio (telpon). Itu pun kalau lagi banyak pulsa dan ada sisa paket gratis telepon. Ngomong-ngomong, pada masa ini, kami mulai penasaran sama hal-hal yang lebih pribadi lagi kan, ngaku deh! 😀
ADVERTISEMENTS
Masa kuliah dan masa kerja sengaja kita jadikan satu, sebab nggak jauh bedanya. Kami juga makin menghargai arti cinta
Ahhh sudah paham sendiri ini mah. Pada masa ini, kami jelas lebih eksper di banding zaman SMA. Kecanggihan teknologi pun makin bersahabat dengan kami. Sehingga memudahkan kami semua untuk bertukar kabar. Ini jelas berefek positif pada kami yang melakukan praktik-praktik LDR, seperti Long Distance Relationship (dan jangan lupa Love Different Religion)… Ups.
Pada masa ini, pacaran nggak cuma sekadar datang ke rumah pacar dan ngobrol-ngobrol di teras. Mainnya ke cafe, bioskop bahkan lokasi-lokasi wisata yang jauh dari kota asal. Rada lebih modern gitulah, soalnya ada pengaruh musim traveling. Tapi, ya, tetap saja: ada harga-ada rupa. Makin modern cinta, makin mahal biaya kencannya. Zaman ini pula yang mendeklarasikan bahwa dengan mudah memutuskan hubungan itu bukanlah hal yang keren. Sebab kita mulai berpikir cinta jelas bukan mainan. Nggak kerasa, lho beberapa tahun lagi bakal nikah~
Itulah gaya-gaya pacaran berdasarkan usianya. Buat kamu anak 90-an, cukup terwakili nggak? Kalau masih ada yang kurang, jangan ragu buat bantu isi di kolom komentar yak!