Kekasihku, aku tulis surat ini bukan untuk menumpahkan segala kesal akan lelakumu yang masih saja mencemburui mantan pacarku. Apalah arti kenangan kalau sejatinya aku sudah bersedia melupakan semuanya dan bersanding denganmu saat ini? Semoga kamu tidak salah dalam menafsirkan resahku ini. Karena sesungguhnya aku mengharapkanmu lebih dari yang kamu tahu.
ADVERTISEMENTS
Aku yang telah memaafkan masa laluku dan telah membuka lembaran hidup baru, apakah belum berarti apa-apa bagimu?
Ketika aku telah memutuskan untuk menjalin hubungan denganmu, itu berarti aku telah melupakan semua tentang mantanku. Meski kenangan memang sulit untuk dilupakan, setidaknya aku telah mencoba untuk memaafkan masa laluku. Memilih hidup baru denganmu, itu berarti aku sudah siap untuk membuka lembaran kehidupan yang baru. Seharunya, segalanya bisa kita mulai dari nol, dari benih-benih cinta baru yang siap saling melengkapi. Apakah masih belum berarti apa-apa bagimu?
ADVERTISEMENTS
Ketika kamu memikirkannya terus menerus, itu hanya akan menambah rasa sakitmu sendiri. Padahal, dia tak memikirkan kita.
Kamu yang selalu cemburu dengan mantanku, cobalah tenangkan pikiranmu sejenak. Cobalah untuk bertanya pada hatimu, apakah mantanku itu juga memikirkan kamu yang kini telah berjalan bersamaku? Mungkin iya, dia memikirkanmu juga. Tapi, semakin kamu memikirkannya, memikirkan rasa cemburumu yang seperti tiada akhir itu, semakin sakit pula hatimu dibuatnya. Cobalah untuk lebih memfokuskan hatimu hanya untukku, seperti yang telah kulakukan padamu.
ADVERTISEMENTS
Kalau dia tahu bahwa kamu selalu cemburu dengannya, dia akan merasa bahwa dia adalah pemenang.
Pernahkah kamu berpikir bahwa dia tahu tentang rasa cemburumu itu? Kalau sampai dia tahu, mungkin saat ini dia tengah tertawa bahagia, menertawakan kesedihan kita, menertawakan hubungan kita yang mulai goyang karena kenanganku dengannya. Betapa bahagianya dia. Betapa nelangsanya kita.
ADVERTISEMENTS
Percuma kamu membuang waktumu untuk kesal dan benci pada mantanku. Alangkah baiknya kita habiskan waktu bersama, bukan?
Bukan ingin mengguruimu, Kekasihku, tapi apakah dengan kamu menaruh kesal dan benci pada mantanku, itu tak membuang-buang waktumu? Banyak waktu yang kita perlukan untuk memantaskan diri, sebelum akhirnya kita melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Bukankah berjalan beriringan akan lebih memudahkan kita untuk melewatkan perjalanan panjang yang terjal dan penuh cobaan? Sudahlah, jangan sia-siakan waktumu lagi untuk menaruh kesal dan benci pada mantanku. Mari, menghabiskan waktu bersama denganku, Kekasihku.
ADVERTISEMENTS
Mungkin kamu melihat bahagianya masa laluku bersamanya. Tapi aku yakin, kita bisa membuat kenangan yang lebih cerah dari bahagia
Semua masa lalu memang memiliki tawa dan dukanya sendiri dan memiliki suka citanya sendiri, tapi kalau kita terus menerus meratapi masa lalu, apalah artinya masa depan? Kita harusnya bisa belajar dari masa lalu. Memang, aku tahu kamu cemburu dengan kenangan kami yang kamu kira bahagia. Tapi kali ini percayalah, bersamamu, kita bisa melewati dan mengukir kenangan yang jauh lebih indah dari masa lalu. Aku yakin, kebersamaan kita akan melahirkan kenangan-kenangan yang lebih cerah dari bahagia.
ADVERTISEMENTS
Toh, aku tak pernah memikirkannya, bahkan untuk kembali bersamanya. Cuma kamu yang kini jadi prioritasku
Kalau aku masih memikirkannya, aku tak akan mungkin memilihmu sebagai pendamping hidupku saat ini, nanti, dan (semoga) sampai maut memisahkan kita. Percayalah, aku sudah tak pernah memikirkannya, apalagi menginginkannya sekali lagi. Sudah cukup, sudah kututup semua masa laluku dengannya. Masa lalu yang hanya akan membuatmu sakit. Masa lalu yang seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk bangkit dan melangkah lebih baik. Karena kamu tahu, kamulah yang kini menjadi prioritasku.
Demikianlah, Kekasihku, semoga kamu mengerti betapa aku mengharapkan kamu yang bisa menerima dengan ikhlas masa laluku. Dariku, lelaki yang mencintaimu dengan penuh.