Mempertanyakan Tuhan memang sebuah hal yang tabu di lingkungan kita. Seakan kita dituntut diam dan harus tak boleh penasaran dengan hal-hal yang mungkin mengganjal. Salah satunya soal penggunaan pronomina orang ketiga laki-laki pada Tuhan. Dalam bahasa Arab terdapat kata ‘Huwa’. Bagi kamu yang beragama Islam, terutama yang sering baca Alquran, kamu pasti sering menemukan kata tersebut. Salah satunya pada petikan ayat pertama dari Surah Al-Ikhlas. Kata ‘Huwa’ mempunyai arti ‘Dia’. Kalau nggak percaya, cek juga versi terjemahannya.
Rasa penasaran tentang penggunaan pronomina orang ketiga untuk laki-laki pada Tuhan sangat mungkin menghinggapi orang-orang yang juga tahu bahasa Arab. Kata ‘huwa’ berarti ‘dia laki-laki’. Sedangkan untuk bahasa Arabnya dari ‘dia perempuan’ adalah ‘hiya’. Penasaran? Langsung disimak aja yuk, pembahasan yang disuguhkan oleh Hipwee Boys kali ini!
ADVERTISEMENTS
Penggunaan kata pronomina orang ketiga laki-laki itu ternyata gara-gara bahasa Arab tak punya pengistilahan yang netral
Alasan mengapa Tuhan dalam Alquran menggunakan kata ganti orang ketiga laki-laki karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut sudah sesuai dengan kaidah dan sastra Arab. Bahasa Arab menggunakan dua jenis kata ganti: orang ketiga laki-laki (huwa) dan orang ketiga perempuan (hiya).
Beda dengan bahasa Indonesia ‘kan? Kita di sini bisa dengan mudah menyebut Tuhan dengan sebutan orang ketiga ‘Dia’. Begitupun tentang sebuah kata tambahan yang menjelaskan kepunyaan. Kita dalam bahasa Indonesia bisa dengan mudah menambahkan kata ‘-nya’. Menurut Al-Shia, jadi hal yang natural setiap buku atau kitab yang menggunakan bahasa Arab, termasuk kitab Ilahi, untuk mengikuti kaidah-kaidah bahasa tersebut dan gramatikanya.
ADVERTISEMENTS
Penggunaan kata pronomina kata ganti laki-laki berlaku dalam bahasa Inggris untuk menyebut Tuhan
Bahasa Inggris pun ternyata memberlakukan pronomina kata ganti orang ketiga laki-laki pada Tuhan. He, him dan his. Alquran, Alkitab, atau kitab-kitab agama lain pun jika ada dalam versi bahasa Inggris bakal memakai kata ganti orang ketiga dia laki-laki.
Sebagian besar orang-orang asli Inggris merupakan penganut Nasrani. Dan pada Alkitab, mereka merujuk Tuhan sebagai “He“. Menurut Alkitab, manusia pertama yang sempurna, diciptakan berdasarkan gambaran Tuhan (Genesis 1:26). Dan, manusia pertama adalah Adam. Itulah salah satu alasan mengapa Tuhan dicitrakan sebagai zat yang maskulin.
ADVERTISEMENTS
Walaupun Tuhan menggunakan kata ganti orang ketiga laki-laki, tapi bukan berarti menunjukkan Tuhan berjenis kelamin
Penggunaan kata dan bahasa semiotika memang bukan sesuatu yang sederhana dan mudah. Seperti yang sudah dibahas dari dua bahasa sebelumnya, kita mungkin bisa bertanya-tanya, “Apakah iya Tuhan berjenis kelamin?” Namun itu belum cukup, apalagi banyak bahasa yang belum dibahas, seperti Tiongkok, Perancis, Latin atau sistem tata bahasa dunia yang lahir setelah Masehi.
Untuk kasus dalam Bahasa Indonesia, bahasa kita merupakan hasil adaptasi dari bahasa Melayu yang sudah ada sebelum Islam datang ke daratan Malayu. Penggunaan kata pronomina “dia” yang merupakan kata yang genderless, merupakan hasil adaptasi yang dilakukan oleh bahasa Melayu pada ajaran yang dibawa para pedagang Islam ke Indonesia. Dalam bahasa Arab, semua kata mengandung salah satu sifat, apakah itu feminin atau maskulin. Jadi, kalaupun kata ganti orang ketiga Tuhan bersifat feminin, bukan berarti Tuhan itu perempuan.
Begitulah sedikit penjelasan tentang penggunaan pronomina kata ganti orang ketiga laki-laki ketika menyebut Tuhan. Semoga kamu nggak kebingungan lagi lewat secuil informasi ini.