Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa saat ini dunia maya telah menjadi dunia “alternatif” bagi banyak orang. Bahkan, nggak sedikit orang yang memilih untuk hidup di dunia maya. Di sana, dia bisa jadi segala yang mereka mau. Semakin tereduksinya koneksi sosial saat ini, menjadikan ukuran kehidupan dunia maya semakin besar dan semakin masuk ke dalam kehidupan nyata manusia.
Tak hanya urusan keseharian seperti belanja, konsultasi kesehatan, dan bahkan berinteraksi dengan sesama teman, saat ini dunia maya juga menjadi arena yang dihuni orang-orang yang sedang mencari kepuasan seksual. Mulai dari prostitusi online hingga chat seks, saat ini banyak sekali orang yang justru lebih tertarik dengan kehidupan seksual online dibandingkan dengan kehidupan seksual yang sebenarnya. Kali ini Hipwee Boys akan membicarakan tentang fenomena aktivitas seksual online yang akhir-akhir pelakunya semakin bertambah. Seperti apa sih pembahasannya? Yuk, langsung disimak aja.
Mengenai hubungan percintaan yang maya, Jepang sudah mengenal romance gaming sejak 30-an tahun yang lalu. Nggak umum banget yah
Tak usah pergi jauh-jauh ke masa depan. Di masa kini pun fenomena orientasi seksual seperti yang kita bicarakan sebelumnya sudah ada sejak tahun 1980-an. Jepang jadi negara pertama yang memberikan fasilitas teknologi yang menunjang orientasi tersebut.
Salah satu orang yang terlibat romance gaming (sebutan bagi orang yang jatuh cinta terhadap pasangan virtualnya), Ayumi Saito, menceritakan pengalamannya kepada CNN. Cerita yang bisa membuat kita yang (mungkin) masih jauh dari fenomena tersebut mengernyitkan dahi.
Ketika Ayumi berusia 22 tahun, dia putus dengan pacarnya. Dia kebingunan dan oleng gara-gara kejadian tersebut. Namun perkenalannya dengan sebuah aplikasi romance gaming berhasil mengubah polemik di hati. Aplikasi tersebut mampu membuatnya melupakan rasa sakit yang ditinggalkan mantan pacarnya.
Dia mengunduh aplikasi pada gadget-nya dan menjadi satu dari jutaan cewek di Jepang yang mengubah jalan: tadinya beromansa secara nyata menjadi kehidupan penuh fantasi di dunia virtual. “Aku merasakan kesepian. Cowok-cowok Jepang itu pemalu dan nggak pandai dalam memperlakukan cewek. Padahal cewek cukup ingin mendengar ‘I love you’,” kata Ayumi yang setiap harinya bermain aplikasi seperti Metro PD: Close To You.
“Ketika saya lelah di penghujung hari, sebelum saya terlelap tidur, saya merasa nyaman mendengar manis dan gentle-nya kata-kata.
Tak hanya satu atau dua orang saja yang menggandrungi hubungan di dunia maya, tapi diprediksi berjuta-juta
Sebagai informasi, aplikasi simulasi kencan pertama kali muncul di Jepang pada 1980-an. Dikenal dengan nama “bishoujo”, mereka umumnya memiliki target pasar cowok yang punya ambisi mengejar cewek bergaya berkarakter dan bergaya seperti di anime.
Kemudian perkembangannya berjalan pesat. Tak hanya kaum cowok yang dilayani, tapi juga kaum cewek. Menurut laporan CNN, cewek-cewek Jepang benar-benar menemukan cinta mereka pada gadget mereka saat ini. Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa 44,2% cewek yang berusia di antara 18 sampa 34 tahun berstatus single. Dan fenomena romance gaming ditenggarai jadi penyebab fakta tersebut
Sebuah survei lainnya malah makin mempertegas bahwa keberadaan fenoma romance gaming memengaruhi minat tak menikah bagi masayarakat Jepang. Pihak yang melakukan survey pun tak tanggung-tanggung: pihak pemerintah sendiri. Dikutip dari Japan Times, mereka menemukan fakta hampir 40% lajang berada pada umur 20 sampai 30-an dengan alasan tak ingin pasangan yang riil.
Tak bisa dimungkiri, kegiatan seks secara maya merupakan hasil dari kemajuan peradaban manusia. Namun, kegiatan tersebut bukanlah sesuatu yang sehat
Semenjak dunia mengalami kemajuan pesat dalam industri komunikasi, manusia yang dibekali akal dan pikiran dibuat terus berpikir tentang melayani umatnya. Hingga berfantasilah mereka untuk menciptakan sesuatu yang dapat membuat umatnya berfantasi.
Salah satu bentuk perwujudan dari hubungan cinta yang maya adalah phone sex dan chat sex. Fenomena ini pernah tenar di masa berbagai aplikasi messenger seperti MIRC, Mig33, Camfrog, Nimbuzz dan lain-lain merajai chart aplikasi yang paling sering dipakai netizen.
Padahal kalau dipikir-pikir, apa coba yang menarik dari kegiatan tersebut? Bagi orang yang sudah ketagihan, kegiatan tersebut memang bisa sangat menyenangkan. Namun bagi kita yang memiliki orientasi seperti manusia pada umumnya, kegiatan tersebut tak ubahnya onani sembari menonton video adegan cewek yang sedang masturbasi.
Larry Creeks, seorang dokter. mengatakan bahwa kegiatan phone sex merupakan kebiasaan yang mengarah pada penyakit kejiwaan. Ia menyebut sebagai kelainan secara seksual. “Kami meneliti dan melakukan survei lebih dari 500 pria dan 500 wanita penggemar phone sex, dan akhirnya menyimpulkan bahwa ternyata 87% dari mereka memiliki kelainan pada otak,” ujarnya.
Bagaimana pun fenomena berhubungan asmara secara maya bukanlah sesuatu yang baik bagi manusia. Meskipun kasusnya kamu dan panganmu sudah resmi dalam hubungan pernikahan dengan jarak tempat tinggal yang terpaksa memisahkan, phone sex bukan ide yang baik.
Menurut beberapa peneliti, phone sex atau chat sex memang berdampak baik terhadap pasangan. Namun secara tak sadar, hal tersebut malah berdampak buruk terhadap diri secara kejiwaan. Jadi kalau masih mau disebut waras, kegiatan seks secara maya tersebut bukanlah jawaban.