Fenomena Arisan Brondong; Ini Salah Siapa? Suami yang Gagal Berikan Kepuasan Seksual?

Lagian, eke udah nggak tertarik tuh, sama yang begitu-begituan~

Ada yang masih ingat dengan kalimat di atas? Ya, itu kalimat yang dilontarkan tante Misye kepada tante Lolita yang sedang kumpul untuk arisan sembari memamerkan tas barunya dari Paris. Ini adalah cuplikan dialog dari film Arisan Berondong yang sempat nge-hits pada tahun 2010 silam. Buat kamu yang masih ingat dengan film ini, mungkin banyak pertanyaan yang mengembang di otak kalian. Apalagi para cowok. Heeem!

Pertanyaan yang paling umum pasti adalah buat apa sih mereka mengadakan arisan seperti itu? Apa tujuannya? Duit dari mana? Siapakah mereka ini? Berikut ulasannya!

ADVERTISEMENTS

Mayoritas, pembuat acara arisan brodong ini adalah ibu-ibu paruh baya dengan gaya hidup yang begitu glamour. Eits, ternyata istilahnya bukan sosialita loh!

Ilustrasi geng The Have.

Ilustrasi geng The Have. via lauraann822.blogspot.co.id

Sebenarnya, sosialita menurut Robert L. Peabody dalam Aprillins.com diartikan sebagai seseorang yang berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menghabiskan sebagian banyak waktunya untuk menghibur sekaligus mendapatkan hiburan. Sementara Miss Jinjing atau Amelia Masniari, seorang pengamat gaya hidup sekaligus penulis buku Rumpi Sampai Pagi mendefiniskan sosialita sebagai seorang yang punya peran atau kontribusi terhadap kegiatan atau kehidupan sosial di sekitarnya.

Tapi dewasa ini, istilah sosialita udah mengalami pergeseran makna ke arah yang cenderung negatif. Sehingga banyak orang menyebutkan bahwa arisan brondong ini diprakarsai oleh mereka atau ibu-ibu usia 30-40 tahun ke atas yang tergolong sosialita. Seorang The Have  yang memiliki kehidupan glamour, gaya hidup mewah, dan segala keperluan yang lebih dari cukup.

ADVERTISEMENTS

Kalau hidup mereka udah enak, kenapa mesti bikin kegiatan buang-buang uang seperti itu? Atau karena kebanyakan duit?

Mewah~

Mewah~ via pinterest.com

Apa sih yang kurang dari kehidupan mereka ini? Padahal, wanita-wanita sosialita atau kelas atas ini udah punya segalanya. Apapun yang mereka mau pasti dapat terpenuhi. Tapi kenapa mesti bikin acara seperti ini? Bahkan, ada pula dari ‘geng’ The Have ini yang pernah membuat acara di dalam sebuah pesawat mewah ketika melakukan perjalanan atau traveling lintas benua. Bikin acara begini nggak gampang dan nggak murah loh. Apa nggak sayang itu duit, ya? 🙁

ADVERTISEMENTS

Arisan brondong ini sistemnya sama seperti arisan bulanan di RT-mu. Bedanya, bukan uang yang jadi hadiahnya, melainkan cowok ganteng alias daun muda~

Hebriiiing, Cyiiiin~

Hebriiiing, Cyiiiin~ via candypot.jp

Sama seperti kebanyakan arisan pada umumnya, arisan brondong ini juga memiliki sistem serupa. Bayar dengan uang, uang terkumpul, dikocok, keluar nama, dapat hadiah, dan dilanjutkan dengan pesta. Sedikit mengadopsi dari sistem ini, arisan brondong nggak cuma memberikan hadiah berupa uang. Uang emang menjadi hadiah, tapi itu semata hanyalah sebagai kedok atau formalitas aja. Sebab hadiah utamanya adalah seorang cowok, darah muda, dengan kriteria yang sangat dikagumi oleh para gadis remaja di sekolah atau di kampus. Ganteng, wangi, rapi, good looking, dan ‘kuat’. Ya, sekarang cewek mana sih yang bisa menolak ‘berkah’ seperti itu? Nggak terkecuali para ibu-ibu sosialita ini.

Meski menurut Amelia Masniari, arisan brondong ini nggak seperti yang terkembang di masyarakat. Sebenarnya mereka cuma mengadakan arisan biasa, yang mana di acara tersebut dihadiri para brondong. Lalu, berkenalanlah mereka. Nah, dari perkenalan inilah, bisa aja mereka melakukan kegiatan lebih seperti kencan, yang akhirnya berujung pada hubungan seksual. Yup, hubungan seksual yang menjadi pusat perhatiannya.

ADVERTISEMENTS

Mungkin arisan ini menjadi penyalur hasrat seksual bagi mereka yang kurang puas dengan suaminya. Semacam penikahan yang hanya sebatas formalitas belaka

Menurut seorang seksolog Zoya Amirin seperti dikutip dari pojoksatu.id, salah satu yang menjadi motivasi mereka dalam menggelar ajang mewah ini karena mereka nggak mendapatkan kepuasan batiniah/biologis dari sang suami di rumah.

Bisa jadi. Sebab, kita nggak pernah tahu bagaimana hubungan rumah tangga yang mereka bina bersama suaminya. Apakah mereka menikah karena terpaksa? Ataukah mereka menikah hanya berlandaskan dia, ‘kan, tajir semata? Kita nggak pernah tahu. Satu yang jelas dan sepertinya telah disepakati bersama, motivasi utama mereka adalah sebagai penyalur hasrat seksual karena kurangnya pemuasan dari sang suami. Kalau menurutmu, bagaimana, Boys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senois.