Sunat atau khitan bagi cowok-cowok Indonesia memang sudah nggak asing lagi. Seringnya sunat dilakukan untuk memenuhi perintah dalam agama Islam, atau juga sebagai tradisi suatu daerah. Nggak hanya itu, sunat juga bisa mencegah cowok terserang berbagai penyakit yang kemungkinan menyerang alat kelamin.
Memang sih beberapa cowok ogah-ogahan dan takut buat disunat. Selain karena sakit banget, beberapa cowok takut banget disuntik dan deg-degan setengah mati. Tapi tahukah kamu, sebenarnya perkembangan teknologi sudah membantumu untuk nggak usah merasakan sunat sesakit yang dialami cowok zaman dulu? Cowok pasti bakalan ngilu negbayangin proses sunat berikut ini. Baca sampai habis deh!
ADVERTISEMENTS
1. Nggak pakai bius, semalam sebelum disunat, si anak akan berendam di sungai yang dingin biar si ‘adek’ mati rasa
Sebelum menggunakan obat bius, ada cara yang terbilang unik. Agar nggak terlalu sakit, malamnya mereka akan disuruh berendam di sungai yang sangat dingin sampai mati rasa. Nggak sesimpel disuntik obat bius yang prosenya hanya sekejap mata, berendam di sungai malam-malam sampai berjam-jam itu bisa dibilang perjuangan berat lo. Lalu apakah benar-benar bisa membantu menghilangkan rasa sakit? Ternyata nggak juga seampuh obat bius, Boys. Namanya juga usaha, daripada nggak direndam sama sekali berkali lipat lagi sakitnya, kan~
ADVERTISEMENTS
2. Sunat menggunakan sembilu, alat tradisional dari kulit bambu yang diasah sampai tajam
Membayangkan ‘adekmu’ diiris pisau bedah saja ngilu, apalagi kalau pakai bambu? Di era 1980-an, sunat menggunakan alat tradisional sembilu ini dinamakan sunat dorsumsisi. Proses biusnya juga dengan berendam air dingin, lalu si anak akan berbaring dan dipegangi erat-erat. Kulup pada penis kemudian ditarik dan ditandai untuk menunjukkan seberapa yang akan dipotong. Setelah itu, kulup ditarik kembali ke depan hingga si anak berteriak, kemudian mulailah proses penyembelihan. Si anak kemudian akan menangis meronta-ronta karena kesakitan. Pada saat inilah orang-orang di sekitarnya harus memeganginya erat-erat.
ADVERTISEMENTS
3. Selain sembilu, ada juga yang menggunakan batok kelapa kering sebagai pisaunya. Super ngilu!
Sembilu nyatanya bukan satu-satunya alat yang digunakan buat memotong si ‘adek’. Ada juga yang menggunakan batok kelapa kering yang diasah hingga sangat tajam. Nggak kalah sakitnya deh, pasti. Rata-rata prosesnya bahkan nggak pakai bius-biusan segala. Hanya berendam air dingin biar kebal. Pemotongan dengan pisau batok ini biasanya didampingi alat lain berupa penjepit yang terbuat dari bambu, fungsinya buat menarik kulup.
ADVERTISEMENTS
4. Jangankan antiseptik, zaman dulu menggunakan getah kimpul buat mengobati luka sunat
Namanya juga sunat, selain sakit waktu dipotong, rasa sakit juga tertinggal saat proses penyembuhan luka. Ibarat makanan, ada after taste-nya. Kalau sekarang seringnya habis sunat dikasih antiseptik, antibiotik, pereda rasa sakit, dan sebagainya. Dulu, jangankan obat merah, penyembuhan luka setelah sunat menggunakan getah kimpul atau getah talas belitung. Getah kimpul dipercaya bisa cepat menyembuhkan luka dan menghentikan pendarahan dengan cepat.
ADVERTISEMENTS
5. Sebagian masyarakat Ambon dan Nusa Tenggara melakukan cebur laut setelah sunat. Duh, apa nggak perih?
Tradisi ini terbilang sangat unik. Sebagian masyarakat Ambon dan Nusa Tenggara melakukan cebur laut sehabis sunat. Bukan sekadar main cebur, kegiatan ini dilakukan sehari setelah sunat dan harus di laut yang bersih dari sampah. Tujuannya sederhana, biar lukanya cepat kering. Kebayang nggak sih perihnya kaya apa, berendam air asin dengan luka sunat yang belum kering-kering amat? 🙁
Setelah baca tulisan ini mungkin kamu mulai merasakan ngilu-ngilu perih dan bersyukur hidup di zaman penuh kemudahan seperti sekarang. Kamu bisa pilih bius bahkan bisa memilih pengin disunat dengan metode apa. Yang jelas, lebih cepat dan lebih nggak sakit. Kalau (adik) kamu masih ogah-ogahan disunat, hmmm … jangan ngaku fearless-lah! :p
Ikuti Instagram @wolesjon biar nggak ketinggalan informasi seputar cowok dan dunia hiburan lainnya, kuy!