Peran orangtua dalam kehidupan ini jelas menjadi kunci atas keberhasilan maupun kegagalan bagi anak-anaknya. Pengalaman dan pengetahuan adalah modal orangtua untuk membesarkan dan mendidik anaknya, serta bisa menjadi jalan mau jadi apa kita setelah tumbuh dewasa. Khususnya bagi para anak cowok, pasti kalian pernah mendengar satu pepatah kuno yang begitu melekat dalam ingatan kalian hingga saat ini. Ya, cowok nggak usah pacaran dulu, sebelum mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Sering dengar, bukan?
Nah, kali ini Hipwee Boys pengen membedah kebenaran mitos ini dalam realita yang ada. Bukan sepenuhnya menentang, tapi nggak selamanya filosofi orang zaman dulu itu selalu benar. Bukankah peradaban itu terus berkembang, ya? Berikut ulasannya!
ADVERTISEMENTS
Meski zaman sudah maju, nyatanya cewek masih sangat pasif dalam urusan mencari pasangan
Meski marak sorak-sorai para feminis menuntut kesetaraan gender, nyatanya cewek masih jarang bisa menjadi pihak yang memilih dalam urusan asmara. Untuk urusan yang lain, cewek memang sudah bisa menjadi subjek. Nah, maka dari itu, susah bagi cowok untuk menjadi sukses dulu, baru kemudian akan dengan mudah mendapatkan cewek impiannya. Mau bagaimana juga, cowok harus usaha dan kerja lebih keras. Kerja memantaskan diri, dan usaha untuk menggaet hati cewek. Kalau cowok nggak ada usaha untuk mendapatkan hati cewek, mana ada cewek yang dengan agresif akan mengejar-ngejar cowok? Kalaupun ada, itu juga jarang banget.
ADVERTISEMENTS
Pada perkembangannya, banyak cowok maupun cewek yang lebih menyukai untuk berjuang bersama daripada menunggu
Rasanya saat ini kita mudah untuk mematahkan wacana leluhur yang menyebut cowok harus mapan atau sukses dulu untuk mendapatkan pasangan. Dewasa ini, peradaban manusia telah berubah. Banyak hal masa kini yang nggak presisi jika disandingkan dengan keadaan masa lalu. Pada praktiknya, cowok maupun cewek—katakanlah pasangan muda—lebih menyukai untuk berjuang bersama. Memulai segala usahanya dari nol secara bersama-sama. Bukan membiarkan salah satu dari mereka untuk berjuang sendiri.
Ingat pepatah “Di balik lelaki sukses, pasti ada wanita hebat”? pepatah ini benar adanya. Contoh paling konkret dan dekat dengan kita, mantan Presiden ketiga Indonesia, B. J. Habibie. Di balik kesuksesan baliau dalam mengarungi kehidupan ini jelas nggak lepas dari peran penting Bu Ainun yang begitu setia beliau. Bahkan, kisah cinta mereka telah diabadikan dalam film dengan judul sesuai nama mereka berdua pada 2012 lalu dan menjadi cerita inspiratif bagi remaja masa kini.
ADVERTISEMENTS
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, hingga sekarang nggak kunjung memiliki pasangan. Dalihnya, dia lebih bahagia sendiri
Mark Rutte, PM Belanda yang kini telah berusia 50 tahun, sampai sekarang belum juga memiliki pasangan. Ketika ditanya oleh media perihal pasangan hidup, dia mengatakan bahwa sebenarnya dia pengen memiliki istri dan anak-anak, suatu saat. Tapi, dia sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Mungkin, kesibukannya menjadikan dirinya nggak bisa memutuskan untuk berkomitmen dengan lawan jenis. Ini masalah yang wajar, sebab begitu banyak hal yang harus dia kerjakan. Tahu sendiri dong, bagaimana sibuknya seorang pemimpin negara? Nah, inilah yang menjadi faktor menakutkan bagi cowok. Ketika cowok telah asyik dengan karirnya, bisa aja mereka ‘lupa’ untuk mendapatkan pasangan. Masih mau terus-terusan sibuk untuk menjadi orang sukses?
Pada dasarnya, cowok akan lebih bersemangat ketika ada cewek hebat di balik usaha dan kerja kerasnya. Nggak ada cowok yang nggak bersemangat dalam berjuang ketika ada cewek yang begitu dia cintai, selalu setia berdiri di sampingnya. Selalu memberi kasih dan doa dalam tiap langkah cowoknya. Tapi, kalau kamu nggak semangat, bahkan cenderung putus asa, mungkin kamu salah memilih pasangan.
Jadi, jelas, nggak perlu menjadi sukses terlebih dulu untuk bisa mendapatkan pasangan. Mungkin, kalau cewek hanya mau menerimamu ketika kamu sudah sukses, kamu bisa mempertimbangkannya kembali. Apakah dia benar-benar mencintaimu, atau hanya bersedia mencintaimu karena kemapananmu semata.