Di zaman yang serba modern ini, setiap orang dituntut untuk terus mengasah bakat dan kemampuannya agar bisa berkompetisi dalam kehidupan yang kian ‘keras’. Segala macam kursus dan pelatihan, hingga beasiswa master dan profesor bertebaran di segala penjuru agar lebih mudah terakses oleh semua kalangan. Tujuannya apa? Mereka pengen semua orang bisa mengikuti arus globalisasi yang kian hari meningkat kian pesat. Intinya adalah bahwa saat ini, persaingan semakin keras dan dalam beberapa okasi, mulai kehilangan nilai dan aturan.
Dengan dalih “biar bisa bersaing”, saat ini marak sekali usaha-usaha yang menjadikan wanita dan seksualitas sebagai senjata utama dalam bersaing. Mungkin saat ini hal tersebut dianggap sah-sah saja, namun apakah iya harus sampai segitunya dalam bersaing. Terlebih lagi, apa nggak aneh kalau cewek digunakan untuk bersaing dalam usaha kuliner? Kalau mungkin usahanya adalah kasino atau bar mungkin masih masuk akal, tapi kalau tempat makan? Apakah itu masuk di nalar? Yuk kita simak aja pembahasan dari Hipwee Boys tentang persaingan bisnis dan para wanita yang sering terjebak di dalamnya!
ADVERTISEMENTS
Mungkin ini yang dinamakan tuntutan atas arus globalisasi. Siapa yang kreatif dan inovatif, dialah yang akan mampu bertahan hidup di atas kakinya sendiri
Ya, ada benarnya. Ketika perkembangan teknologi dan arus informasi yang terus melaju, semua orang dituntut untuk semakin kreatif dan inovatif dalam menunjukkan dirinya dalam panggung dunia. Nggak khayal, banyak dari mereka yang berusaha tampil seaneh dan seunik mungkin untuk memancing perhatian masyarakat. Kalau kamu pasif dan hanya berharap pada mimpi, kamu nggak akan bisa bertahan hidup! Maka dari itu, para pengusaha kuliner ini menyajikan hal yang berbeda dalam konsep rumah makannya. Menjadikan wanita sebagai umpan…
ADVERTISEMENTS
Banyak usaha yang menggunakan konsep wanita dan seksualitas sebagai daya tarik utama. Dua hal ini menjadi bentuk komoditas yang menjanjikan
Dari sekian banyak manusia yang sedang terkena pengaruh paham progresif ini, orang yang bergerak di bidang kulinerlah yang menjadi ‘raja’ di antara mereka. Betapa tidak, mereka membuat sebuah terobosan baru di tahun 2016 dengan konsep rumah makan atau restoran yang menawarkan wanita dan seksualitas sebagai ‘bonus’ bagi para pengunjung.
Beberapa pengusaha rumah makan atau restoran di beberapa negara berkembang mengaku, menawarkan wanita dan seksualitas merupakan inovasi baru yang paling mudah untuk memancing pengunjung. Di Cina, ada sebuah restoran yang ‘menyajikan’ gadis muda nan cantik untuk ‘membantu’ pengunjung memakan santapannya (Maid Café), yang mengadaptasi dari konsep yang pernah ada pada tahun 2011 lalu. Dan, konsep ini diadaptasi oleh banyak kafe di beberapa negara.
Masih dari Cina, pada tahun 2011 lalu, ada sebuah kafe yang menerapkan tema seks pada desain interior ruangnya. Dari gelas, piring, hingga pernak-pernik di temboknya, semua berbau seks. Sementara dari London, ada sebuah coffeeshop yang memberikan kopi dan robot seks sebagai menu tambahan bagi para tamu. Harga segelas kopinya nggak main-main loh; Rp1,3juta!
ADVERTISEMENTS
Wanita adalah estetika terbaik bagi pria. Sebab wanita memiliki nilai marketing yang terbilang ciamik dibanding pria, atau bagaimana?
Semua laki-laki percaya dan sepakat bahwa titik keindahan tertinggi dalam alam semesta ini ada pada wanita. Satu hal ini nggak bisa dimungkiri. Nah, dari sini jugalah, para pengusaha kuliner mendirikan restoran dengan embel-embel wanita. Entah sebagai pelayan makanan, atau lebih dari itu. Sebab mereka melihat peluang yang begitu besar ketika mempekerjakan wanita. Bukan hanya sebagai senjata, para wanita ini dijadikan sebuah komoditas. Mungkin mereka sadar bahwa wanita memiliki nilai marketing yang sangat tinggi dibandingkan dengan hal lain sebagai alat promosi atau penjualan. Atau ada alasan lain selain ini?
ADVERTISEMENTS
Dua hal yang paling digemari pria: makanan dan seks. Jelas, ini menjadi alasan mendasar bagi pengusaha untuk membangun restoran
Makanan dan seks adalah keinginan dasar manusia, dan frasa ini tidak berubah sejak 5.000 tahun lalu.
– Lu, owner Ke’er Cafe
Untuk disederhanakan, ada satu hal yang sangat disukai pria dalam hidup ini. Adalah wanita dan makanan. Sepaket lengkap yang nggak bisa ditolak begitu aja oleh pria manapun. Dalam hemat logika pria, ketika perut kenyang, dan ada wanita yang menemani, semua tampak seperti taman firdaus. Kenikmatan dunia yang nggak akan disia-siakan. Dan hal ini nggak ada pengaruhnya dari usia seorang pria.
Bahkan, di Jerman, Restoran Black Cat yang buka pada pertengahan tahun ini dalam acara Venus Festival—festival perayaan erotis di Berlin—mendapatkan dua tamu pria yang berusia masing-masing 35 tahun dan 42 tahun di hari pertama pembukaannya. Bukti bahwa usia bukan penghalang seorang pria untuk menyalurkan nafsu makan dan birahinya. Sekadar catatan, restoran Black Cat ini memiliki peraturan bagi pengunjung untuk berbugil ria dalam menyantap makanan, serta ditemani beberapa pelayan wanita yang juga berbusana minim.
Dan benar, dari semua restoran dan usaha kuliner yang tersebar di seluruh dunia, para pengunjung yang mayoritas adalah pria itu rela mengeluarkan kocek yang nggak sedikit. Bahkan, mungkin masalah cita rasa atau kualitas menu yang disuguhkan bisa dibilang berbanding terbalik dengan konsep restorannya sendiri. Mereka lebih tertarik dengan pelayanan ekstra yang ditawarkan. Ya, meski pro dan kontra selalu hadir setelahnya, namun dari beberapa pemerintah di negara yang bersangkutan, nggak keberatan dengan adanya ‘lokalisasi berkedok restoran’ tersebut. Coba kalau ada di Indonesia. Pasti ramai. Ramai dihujat. :p