Hasil Penelitian Tentang Pekerjaan yang Paling Pas Bagi Cowok Setelah Menikah. Jauh Perkiraan Kita!

Kebanyakan cowok ketika sudah menikah, berharap memiliki pekerjaan yang jauh lebih baik demi mengamankan tanggung jawabnya sebagai suami untuk menafkahi istri dan anak-anaknya dari segi finansial. Hal yang tentu menjadi ketakutan cowok ketika dia nggak bisa melengkapi kebahagiaan keluarga yang baru dia bangun. Entah jadi apapun, selama masalah finansial ini bisa tertutup, aman.

Tapi berdasarkan survei yang dilakukan Today pada 2000 responden yang sudah berkeluarga, mengenai kondisi dan kontribusi cowok dalam hubungan rumah tangga. Hasilnya cukup mengejutkan. Kesimpulannya adalah bagi cowok, pekerjaan terbaik adalah menjadi seorang ayah.

ADVERTISEMENTS

Seperti yang dilakukan para orangtua cowok (kakek atau ayahnya), sebenarnya cowok merasa lebih bahagia bila bisa menggantikan popok anaknya

Gantiin popok./

Gantiin popok. via www.pexels.com

Dari survei pada 2000 orang tersebut, sebanyak 54 persen cowok mengaku sering menggantikan popok anak-anaknya. Hal yang juga sama dilakukan oleh orangtua mereka sebelumnya. Lagipula, mengganti popok anak nggak ada salahnya kok. Justru ini menjadi bukti bahwa cowok juga bertanggung penuh secara moral untuk keluarganya. Kalau dia nggak bisa atau nggak mau menggantikan popok anaknya, itu berarti dia belum siap menjadi seorang ayah.

ADVERTISEMENTS

Cowok modern membagi urusan finansial bersama ceweknya dengan porsi yang seimbang. Masalah menafkahi sekarang bukan cuma urusan cowok

Berbagi pekerjaan.

Berbagi pekerjaan. via www.pexels.com

Hasil lainnya dari survei tersebut adalah dengan adanya 48 persen urusan keuangan keluarga nggak melulu ditanggung oleh cowok atau suaminya. Mereka membagi masalah finansial secara seimbang, 50:50. Mungkin cuma hal ini masih belum bisa berterima dalam masyarakat Indonesia yang nggak belum membuka diri pada keadaan keluarga modern. Bagi orang-orang zaman dulu, yang namanya suami itu ya menafkahi keluarganya, bukan malah di rumah—meski sebenarnya bekerja bisa dari mana aja.

Bahkan seorang konsultan dari Yale School of Medicine dan penulis buku Fatherneed: Why Father Care Is as Essential as Mother Care for Your Child, Kyle Pruett mengatakan, “Kebanyakan keluarga saat ini dibangun atas dasar cinta, bukan gender.” Artinya, apapun yang dilakukan cowok dalam membahagiakan keluarga bukan cuma diukur dari seberapa banyak uang yang dia bawa pulang ke rumah. Semua karena cinta.

ADVERTISEMENTS

Cowok modern bukan dinilai oleh masyarakat dengan seberapa banyak uang yang dia bawa ke rumah, melainkan seberapa lama waktu yang dihabiskan bersama anak

Menghabiskan waktu bersama anak.

Menghabiskan waktu bersama anak. via www.instagram.com

Masyarakat yang modern pun akan menilai kehidupan berumah tangga itu berbeda, nggak seperti zaman dulu lagi. Memang, masalah finansial selama ini menjadi sumber permasalahan bagi keluarga muda atau bahkan anak-anak muda zaman sekarang yang ngebet pengen menikah tapi belum siap secara finansial. Tapi dewasa ini, masalah materi untuk keluarga bukan lagi menjadi tanggung jawab sepenuhnya bagi cowok. Dalam survei tersebut, cewek pun bisa mengambil bagian untuk menanggung nafkah untuk keluarganya. Ya, lagi-lagi, hal ini masih belum bisa diterima oleh masyarakat kita. Masyarakat yang masih memegang teguh pendirian dari leluhurnya. Cowok, ya kerja di luar rumah. Cewek, ya kerja di rumah.

 

ADVERTISEMENTS

Menghabiskan waktu bersama anak jauh lebih digemari cowok zaman sekarang. Mungkin cowok zaman dulu pun menginginkan hal serupa

Siapa yang nggak pengen menghabiskan waktu bersama anak?

Siapa yang nggak pengen menghabiskan waktu bersama anak? via www.pexels.com

Sejatinya setelah menikah, cowok pengen banget bisa mengikuti perkembangan sang buah hatinya sendiri. Mungkin karena zaman dulu cowok terlalu tabu untuk berdiam diri di rumah—meski sebenarnya bisa aja kerja dari rumah—maka dari itu, cowok zaman sekarang lebih leluasa untuk menghabiskan waktu di rumah bersama buah hatinya. Ini juga menjadi masalah budaya di masyarakat kita.

Masih dari data yang dihasilkan, sebenarnya cowok sejak tahun 1980-an sudah menginginkan waktu lebih lama bersama anak-anaknya di rumah, sementara cewek sudah mulai memiliki pikiran terbuka. Artinya, pada tahun itu cewek sudah memiliki keinginan untuk menjadi wanita karier yang nggak melulu bergelut dengan pekerjaan rumahan. Dari sini bisa kita simpulkan, sebenarnya cowok juga pengen memiliki kontribusinya sebagai bagian dari keluarga, dengan mengurus anak-anaknya di rumah. Kalau memang tugas dan waktu bisa dibagi bersama istri, kenapa nggak?

Kesimpulan yang diambil dari survei ini adalah bagaimana seorang cowok bisa merasa bahagia menjalani tugasnya sebagai seorang ayah. Bukan cuma cewek, cowok pun menjadikan “ayah” sebagai pekerjaan terbaik dalam hidupnya. Sebab di sini cowok bisa turut hadir dalam kehidupan masa kecil sang buah hati. Hal yang nggak selamanya bisa dia dapatkan ketika masih anak-anak pada zaman dulu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senois.