Banyak orang sepakat kalau persalinan merupakan momen yang bisa bikin calon ibu tegang. Bagaimana nggak, si calon ibu bakal mengalami momen di mana dia akan melahirkan darah dagingnya sekaligus mempertaruhkan nyawanya. Namun, siapa bilang ketegangan hanya dirasakan calon ibu? Di sekitar si calon ibu, ada suami yang juga sama-sama nggak kalah tegang.
Biasanya, si suami diminta atau dengan kesadarannya sendiri ikut masuk ke ruang persalinan untuk menemani sang istri bertarung melawan rasa sakit dan bahkan maut. Hipwee Boys telah berbincang asyik dengan seorang ayah dari dua anak asal Tasikmalaya, Dani Jatnika (37 tahun), tentang pengalamannya dalam menemani proses persalinan sang istri. Seperti apa sih rasanya menemani istri di ruang persalinan? Bagi kamu yang penasaran, langsung simak saja, yuk!
ADVERTISEMENTS
Tentang perasaan menyaksikan momen langka tersebut, setiap cowok pasti bakal merasa campur aduk
Rasanya nggak akan ada orang yang bisa lebih merasa tegang di sekitar lingkungan si calon ibu, selain suaminya sendiri. Begitulah kira-kira perkataan yang terangkum dari mulut Dani pada awal obrolan. Menurutnya, menyaksikan persalinan merupakan pengalaman yang membuat perasaannya berkecamuk.
Dua anaknya yang lahir, dia saksikan langsung dengan sepasang matanya sendiri. Semua prosesnya berjalan normal, tanpa tindakan caesar yang biasanya dilakukan saat kondisi bayi sungsang. Menurutnya, setiap persalinan sama-sama memberikan ketegangan. Namun, Dani mengatakan pengalaman menyaksikan anak pertamanya lahirlah yang paling nggak bisa dilupakan.
Dani mengaku, dia mengalami suasana haru biru saat menyaksikan proses persalinan.
“Perasaanku waktu itu campur aduk. Ada perasaan grogi, takut kalau ada kenapa-kenapa, tapi juga di satu sisi senang dan nggak sabar menyambut kelahiran darah daging kita (dia dan istrinya) sendiri.”
ADVERTISEMENTS
Untuk mejadi pria sejati, setiap cowok harus merasakan pengalaman menyaksikan persalinan istri. Sensasinya nggak bisa diutarakan
Selama nggak berada jauh dari istrinya, cowok wajib menemani istrinya waktu persalinan. Bagi mereka (suami-suami) yang jauh dari istri pun harusnya sengaja pulang untuk menyaksikan momen mengharukan sebagai sepasang insan.
“Cowok wajib banget buat menemani istri waktu persalinan. Itu sebuah tanggung jawab seorang suami. Sebagai cowok, kita harus tahu bagaimana perjuangan istri kita ketika momen melahirkan,” kata Dani.
ADVERTISEMENTS
Sebelum bayi keluar, memang sangat menegangkan. Menyita perasaan dan membuat kita terasa dekat dengan sebuah momen awal kehidupan
Tanda-tanda seorang calon ibu akan segera melahirkan biasanya datang ketika munculnya rasa mulas. Menurut Dani yang menyampaikan apa yang dirasakan istrinya, mulasnya lebih dari sekedar orang mulas pengen buang air besar atau PMS.
“Kemudian, ada istilah pembukaan. Biasanya makin deket tuh rentang dari satu pembukaan ke pembukaan lain juga bisa beda-beda waktunya.”
Menurut Dani, istrinya mengaku bisa tiba-tiba kehilangan rasa mulas ketika sedang mengejan. Bidan yang menanganinya pun nggak memperbolehkan istrinya mengejan ketika rasa mulas sedang hilang. Bisa berbahaya bagi keselamatan. “Kamu harus menyaksikan bagaimana besarnya perjuangan istrimu ketika mengejan akibat mulas yang luar biasa. Nggak pernah, kan, kamu mengejan sampe keluar keringet. Banjir keringet malah.”
Ketika ditanya soal peran apa saja yang diambilnya ketika momen menjelang kelahiran, Dani berkata,
“Aku, ya, pegang tangan istriku. Keringat yang ngebanjirin wajah istriku pun aku elap. Kata-kata penyemangat dan bacaan surah-surah Alquran pun nggak lupa.
Istriku juga bilang kalau kehadiran suami itu penting. Kata dia, ada semacam semangat tambahan. Butuh banget, apalagi waktu itu mengejan yang keluar tenaga banyak. Sampe keringetan.”
ADVERTISEMENTS
Detik-detik menjelang dan setelah bayi lahir, perasaan campur aduk di hati seorang suami makin berkecamuk
“Terus waktu itu, aku lihat momen di mana sebagian kepala si bayi keluar. Lalu, karena mulesnya tiba-tiba hilang, si bayi masuk lagi. Kata bidan, bakal bahaya kalau nggak mules tapi mengejan,“ kata Dani yang takjub dengan detik-detik tersebut.
Cowok itu nggak ada apa-apanya ketika menyaksikan momen tersebut. Begitulah kata Dani. Suami cuma bisa ikut menyemangati dan mendampingi. Pun begitu dengan tenaga medis saat momen lahiran. Bidan, kata Dani, pun nggak beda jauh.
“Kekuatan ada pada istriku sendiri. Bidan hanya ikut bantu mengarahkan dan mengawasi. Tapi, aku akui kalau tenaga medis penting sih buat ‘penyelesaian akhir’. Jadi, ketika kepala dan pundak si bayi sudah keluar sebagian, bidan membantu menariknya. Berojol deh.”
Menurut Dani, tubuh si bayi berwarna merah dan licin karena darah. Sisa ketuban pun ke luar.
“Aku sempet dibikin bengong sih waktu itu. Nggak percaya aja dengan momen yang baru saja aku alami. Dalam hati aku bilang, ‘Itu anakku’.”
“Awalnya si bayi nangis tapi nangis yang nggak bersuara. Terus si bidan ikut bantu supaya si bayi nangis. Disentil telapak kaki si bayi, dan akhirnya nangisnya bersuara.”
Setelah diurus oleh bidan, si bayi kemudian Dani azani. Momen tersebut, kata Dani, jadi momen paling mengharukan. Dia sampai menitikkan air mata haru atas anugerah yang telah dilimpahkan Tuhan kepadanya.
ADVERTISEMENTS
Pesan buat calon ayah, ketika kamu bisa menyaksikan momen persalinan, kamu bisa lebih menghargai kaum perempuan, terutama istri dan ibumu
Penyaksian sebuah persalinan, sedikit atau banyak, pasti bakal membuat seorang cowok bisa lebih menghargai kaum perempuan. Sebab pada momen tersebutlah seorang cowok bisa dinilai nggak ada apa-apanya. Menyaksikan persalinan, kata Dani, nggak hanya bikin kita bakal makin sayang pada istri, tapi juga pada ibu sendiri.
“Kentara bangetlah kalau kamu jadi saksi waktu peristiwa tersebut. Bayangkan saja, garis hidup dan mati sangat tipis. Nyawa jadi taruhan.”
Terakhir, Hipwee Boys sebenarnya penasaran dengan fenomena mendokumentasikan momen persalinan. Ketika ditanya, apakah dirinya mendokumentasikan momen tersebut, Dani dengan tegas menjawab nggak. “Rasanya nggak etis buat ukuran kita yang hidup di budaya ketimuran ini. Nggak ada niat sama sekali buat mendokumentasikan,” tegas cowok kelahiran 1980 tersebut.
Dani memang nggak mendokumentasikan, tapi dia punya dalih bahwa cukuplah peristiwa tersebut diingat di kepalanya. “Itu nggak perlu didokumentasi pun udah kerekam di kepalaku. Nggak bakal bisa lupa sama kejadian itu. Mendokumentasikan juga kurang baik. Bisa bikin kita sibuk sendiri. Akhirnya istri berpegangan pada orang lain, suster atau bidan, bukan suaminya sendiri,” tutup Dani.
Bagaimana, Guys? Sudah cukup menjawab, kan, rasa penasaran kita? Semoga dengan sedikit cerita di atas tadi, kamu bisa lebih siap dalam menghadapi proses persalinan istrimu sendiri kelak.