Dalam kisah romansa, semua orang pasti mengenal satu atau dua ungkapan cinta yang dianggap mewakili kondisi semua manusia. Salah satu ungkapan paling terkenal dalam kisah romansa banyak orang tersebut berbunyi, “Laki-laki ingin selalu menjadi yang pertama, tapi cewek selalu ingin jadi yang terakhir”. Apa sih maknanya ungkapan tersebut?
Kalau dilihat sebagai sebuah gugusan kalimat dan dartikan dengan makna literal, pastnya orang yang dapat mengambil penafsiran tersendiri. Namun, pertanyaannya adalah apakah ada makna lain di balik pemaknaan standard yang dilakukan orang-orang? Kali ini Hipwee Boys akan mencoba mengungkapkan pemaknaan yang cukup menarik dari ungkapan tersebut, yuk disimak aja!
ADVERTISEMENTS
Pemaknaan pertama berbicara tentang sifat dasar dari tiap manusia. Cowok dikutuk untuk menjadi makhluk yang egois
Cowok dalam pemaknaan ini diidentikan dengan makhluk yang ingin mementingkan dirinya sendiri. Ada kalanya, tak sekali dua kali, cowok dapat bersikap egoisk ke ceweknya. Memaksakan kehendak, tanpa pikir-pikir kepentingan dari psangannya. Maksudnya adalah bahwa cowok harus dijadikan yang pertama dalam hal apapun dan cewek harus terakhir. Jika dilihat dari beberapa sudut pandang, ungkapan ini bisa saja dilihat sebagai ungkapan yang sangat seksis.
Contoh aja gini, cowok bisa bersikap genit atau tertarik secara visual pada cewek lain yang ditemuinya tapi di lain sisi, cowok bisa sangat cemburu ketika cewek melakukan hal itu. Well, cowok memang makhluk visual, tapi ketika di satu sisi cowok cemburu ketika cewek melakukan hal yang sama, maka jelaslah kalau cowok itu makhluk egois juga.
Puncak bukti cowok adalah kaum yang egois bisa kita lihat di artikel ini (9 Pendapat Cowok Tentang Keperawanan di Malam Pertama. Apa Sebegitu Pentingnya?). Kebanyak cowok ingin cewek yang kelak dijadikan istrinya adalah perawan. Nggak peduli dirinya masih perjaka atau tidak, yang penting calon istrinya nanti masih perawan. Begitulah kebanyakan pikiran cowok. Egois ‘kan?
ADVERTISEMENTS
Ungkapan ini juga berarti bahwa cewek memiliki sifat submisif. Cewek lebih banyak “nerimo”
Cewek kebalikannya. Dalam memaknai ungkapan “laki-laki ingin selalu menjadi yang pertama, tapi cewek selalu ingin jadi yang terakhir”, kita bisa menilai cewek adalah makhluk submisif. Cewek punya kecenderungan menerima dan bahkan menyerah pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi itu buruk adanya. Kembali lagi pada fakta bahwa cewek selalu mengedepankan perasaannya ketimbang logikanya.
Andai seseorang cewek sudah sayang pada suatu hal, apalagi dalam konteks hubungan, cewek pasti bodo amat ihwal logika. Kaum hawa biasanya berpikir, “Yang penting tetap bersamanya”. Contoh konkretnya bisa dilihat pada kasus yang mungkin bisa ada di sekitar kita: seorang cewek yang memilih bertahan bersama cowok cuma karena sudah diperawani. Sedih kan?
Kemudian akhirnya, perilaku yang menonjol seorang submisif adalah nggak sanggup buat berkata ‘tidak’ pada kondisi di mana cewek seharusnya menyatakan tidak. Hal ini jelas dapat melahirkan berbagai masalah di kehidupan cewek. Tidak hanya bagi orang-orang yang menyayanginya tapi bagi dirinya sendiri juga.
ADVERTISEMENTS
Hilangkan ungkapan yang punya makna berbahaya ini. Cuman bikin hubungan makin nggak sehat aja!
Setiap hubungan pasti punya arah dan tujuan. Kalau hubunganmu nggak punya itu, coba dipikir-pikir lagi, buat apa kamu menjaga hubungan? Setiap pasangan juga harus punya satu motto bersama. Jadi kalau sedang goyah, kamu bisa mengingat lagi apa tujuan dan motto hidup dari hubungan kamu.
Ihwal “laki-laki ingin selalu menjadi yang pertama, tapi cewek selalu ingin jadi yang terakhir” tentu bukanlah kalimat yang baik untuk kamu jadikan motto hidup dari sebuah hubungan. Apalagi ketika kamu mengambil pemaknaan yang sama dengan yang dimaknai dalam artikel ini. Bisa jadi hubungan kamu nggak bakal sehat.
Buat para cowok, menjadi egois memang terasa menyenangkan ‘kan? Tapi yakinlah bahwa sikap atau sifat tersebut akan merusak hubungan yang sudah kamu bangun. Kalau kamu mau terus egois, hidup saja sendiri. Pun begitu dengan cewek. Hindari menjadi pribadi yang submisif. Kamu harus berani mengatakan ‘tidak’ untuk sesuatu yang memang seharusnya diputuskan ‘tidak’. Bukan hanyauntuk diri sendiri, tapi juga baik untuk orang lain, terutama pasangan kamu sehingga ia tak bisa semena-mena terhadapmu.