Dalam urusan pernikahan, tidak hanya cewek, para cowok juga punya bebannya sendiri. Di Indonesia, atau bahkan di luar negeri sekalipun, seolah cowok dituntut untuk bekerja lebih ekstra demi melancarkan setiap detail prosesi pernikahan tersebut. Khususnya finansial, cowok harus memperhitungkan berapa jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk segepok undangan, seserahan, hingga ketering untuk pernikahan.
Kadang cewek tidak sadar betapa urusan mahar dan tetek-bengeknya ini kadang menjadi beban tersendiri bagi cowok. Selain di Indonesia, ada banyak kasus di luar sana di mana sebuah pernikahan jadi gagal hanya gara-gara masalah mahar. Nah, kali ini Hipwee Boys akan membahas tentang masalah mahar. Yuk, langsung disimak pembahasannya!
ADVERTISEMENTS
Seperti di Cina beberapa waktu lalu, seorang cewek membatalkan pernikahannya karena mahar dari cowoknya nggak sesuai dengan harapannya
Yang terjadi di Cina beberapa minggu lalu sempat menghebohkan dunia maya. Di mana seorang pengantin cewek yang sudah bergaun cantik, seketika memutuskan untuk membatalkan acara pernikahannya. Setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata cewek bernama Xiaolin ini kecewa karena duit mahar yang diberikan pihak keluarga cowok nggak sesuai dengan harapannya. Dikutip dari Dailymail, calon ayah mertuanya berbohong mengenai mahar yang akan diberikan. Katanya, dia akan menerima 10.001 yuan, tapi yang dia terima dalam amplop hanya berjumlah 1.001 yuan. Akhirnya, dia nggak mau menikah dengan cowoknya deh. Kisah ini akhirnya menambah rentetan panjang fenomena betapa besarnya beban seorang cowok untuk menikah. Ya, mereka terbebani dengan masalah yang harusnya bisa disederhanakan ini.
ADVERTISEMENTS
Sepenting apa sih mahar itu? Dalam hukum apapun, mahar itu seharusnya nggak memberatkan pihak cowok dan keluarganya!
Lagipula, kalau dipikir-pikir, sepenting apa sih mahar itu? Mas kawin dalam hukum apapun, sejatinya nggak boleh memberatkan pihak cowok. Seperti dalam agama, dan bahkan dalam adat kebudayaan sekalipun. Ya, meski di Indonesia masih ada aja hukum adat yang seolah memberatkan langkah cowok untuk menikahi cewek pujaan hatinya.
Sejatinya mahar atau mas kawin itu merupakan bentuk keseriusan cowok kepada cewek yang akan dinikahinya. Dalam artian sempit, mahar itu merupakan simbol bahwa cowok telah membeli sebuah cinta suci dari pihak keluarga si cewek. Ada pula yang menyebut, mahar itu sebagai ucapan terima kasih dan perpisahan pada keluarga cewek karena telah membesarkannya. Dengan diberikannya sebuah mahar, itu berarti cowok telah berupaya memuliakan dan menghormati si cewek. Yang mana, hal itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas dan tulus.
Â
ADVERTISEMENTS
Mahar itu diberikan cowok pada calon istrinya sebagai bukti cinta tulus dan ikhlas, bukan karena tuntutan keluarga cewek yang bisa aja malah merugikan
Pada dasarnya, mahar atau mas kawin itu haruslah dari hati yang tulus dan ikhlas, seperti diajarkan dalam beberapa agama. Bukan dengan nominal dalam jumlah tertentu. Meski kedua belah pihak keluarga telah menyepakati jumlah mahar, tapi rasanya itu nggak adil deh. Ya, kalau emang cowoknya mampu sih nggak masalah. Tapi kalau keluarga cowok menyepakati cuma karena nggak tega anaknya nggak jadi menikah dengan cewek idamannya, apa itu nggak memberatkan keluarga si cowok juga?
Bahkan, kalau mau membicarakan sejarah tentang mahar ini, kita bisa melihat dari pernikahan putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah dengan Sayyidina Ali, yang pada saat itu Ali hanya mampu memberikan baju besinya sebagai mahar untuk menikah dengan Fatimah. Sebab Ali nggak memiliki apa-apa. Ya, cuma itu yang dia punya, mau bagaimana?
ADVERTISEMENTS
Lagipula, kenapa harus dengan menggunakan nominal sebagai mahar? Bukankah mahar itu harusnya berguna untuk kehidupan selanjutnya?
Pada dasarnya, sistem pemberian mahar atau mas kawin dalam sebuah pernikahan itu harus berguna bagi kehidupan sepasang kekasih yang menikah dalam rumah tangganya. Alangkah sia-sia ketika cowok harus mengeluarkan kocek yang nggak sedikit untuk memenuhi permintaan keluarga cewek dalam sebuah mahar dengan nominal yang besar. Bahkan, rasanya juga mubazir ketika cowok memberikan mas kawin berupa seperangkat alat solat dalam pernikahannya. Bukannya tendensius, tapi kalau seandainya si cewek sudah punya begitu banyak mukena, sajadah, dan sebagainya, lalu buat apa lagi mas kawin yang diberikan oleh calon suaminya tersebut? Mubazir, bukan?
Harusnya, kalau mau menerapkan sistem mahar sesuai dengan kebutuhan dalam rumah tangga, berikanlah mahar yang emang berguna dalam kehidupan selanjutnya. Jangan hanya sesuai dengan kesepakatan kedua pihak keluarga. Toh, yang menikah ‘kan bukan para orangtua itu. Ini pernikahanmu, kamulah yang harusnya bisa bijak dalam mengambil keputusan. Paling nggak, bicarakanlah terlebih dulu dengan cewekmu sebelum melangsungkan pernikahan. Sebagai mahar, cobalah diskusikan sebelumnya, apa yang kira-kira emang dibutuhkan oleh kalian berdua nantinya.