Pernah nggak boys, kamu memperhatikan bagaimana kebiasaan menyapamu dengan teman. Saling menyapa adalah kebiasaan yang sangat mafhum dilakukan manusia ketika saling bertemu. Kalau di Indonesia kebiasaan menyapa antara cowok dan cewek saja sudah sangat berbeda. Cowok lebih cenderung berjabat tangan atau menepuk punggung satu sama lain ketika bertemu. Sedangkan cewek berjabat tangan dan saling menempelkan pipi atau biasa kita sebut cipika-cipiki.
Ketika kebiasaan saling menyapa cewek dilakukan oleh cowok, kayaknya bakalan ada yang aneh deh. Cowok yang melakukan cipika-cipiki pasti akan dipandang sebagai cowok yang aneh oleh masyarakat. Tapi ternyata, di beberapa negara, kebiasaan menyapa para cowok disana bahkan lebih parah dari cipika-cipiki. Ini bakalan super geli kalau dilakukan oleh cowok Indonesia. Seperti apa sih kebiasaan mereka? Kita simak bareng-bareng yuk!
Hongi dari New Zealand, sapaan dengan menempelkan hidung dan kening
Sapaan hongi biasanya dilakukan oleh suku Maori di New Zealand. Bukan hanya sekedar sapaan, menempelkan kening dan hidung secara bersamaan ini punya filosofi yaitu saling berbagi nafas kehidupan. Tapi jangan sampai kamu melakukannya dengan teman cowokmu boys kamu pasti langsung kena gampar. Hehe 😀
Kunik, hampir mirip eskimo kiss juga sih. Coba bayangin kamu melakukan ini sama teman kantormu? 😀
Kunik adalah kebiasaan dari suku Inuit di Greenland, Canada, dan Alaska. Sapaan ini mirip dengan eskimo kiss yaitu dengan saling menggosokan hidung kita. Kunik biasanya dilakukan cuma dengan orang-orang yang disayangi saja lho boys. Kalau kamu sayang sama sahabatmu kira-kira boleh nggak ya dipraktekan?
Saling cium hidung di Oman nggak bakalan dikira gay lho. Tapi kalau di Indonesia jelas kamu dikira menyimpang
Saling mencium hidung bagi orang-orang Oman adalah hal yang wajar. Bahkan kebanyakan ini dilakukan oleh cowok-cowok di sana. Mereka tidak mengartikan saling mencium hidung ini sebagai hal yang intim jika dilakukan dengan orang asing. Mungkin karena hidung mereka mancung-mancung ya boys.
Saling menjulurkan lidah (melet) bukanlah pertanda ejekan di Tibet
Kalau kamu melet-meletin lidahmu ke orang-orang di Tibet kamu nggak akan pernah disangka sedang mengejek orang lain. Sedangkan kalau kamu lakukan di Indonesia mungkin kamu dikira orang gila. Di Tibet, menjulurkan lidah atau melet berarti sambutan selamat datang. Bukan sekedar kebiasaan, ternyata ada filosofi dibalik menjulurkan lidah di Tibet. Masyarakat mempercayai bahwa Raja Lang Darma di abad 9 Masehi adalah jelmaan iblis dan memiliki lidah berwarna hitam. Sehingga saling menjulurkan lidah juga bertujuan untuk membuktikan bahwa kita bukan keturunan Lang Darma.
Cowok yang saling cium pipi di Armenia bukan berarti mereka gay juga
Di Armenia kehidupan masyarakat sangat dekat, mereka terkadang tidak memedulikan jarak pribadi antara dua orang. Saling mencium pipi bahkan berpelukan bagi kaum laki-laki di sana adalah hal yang wajar. Sementara kebanyakan orang di dunia ini akan menilai bahwa orang-orang di sana aneh dan menyukai sesama jenis. Masyarakat Armenia bertegur sapa dengan berjabat tangan dan mencium pipi untuk menunjukan rasa hormat dan kasih sayang.
Meludah, kalau yang ini dilakukan di Indonesia kamu bisa kena amuk massa
Suku Massai di Kenya dan Tanzania saling meludahi satu sama lain untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Bahkan kepada yang lebih tua, mereka saling meludah. Justru kepada yang lebih muda terkadang mereka hanya meludahi tangan mereka sendiri baru kemudian bersalaman. Wah kalau yang ini sih benar-benar nggak bisa dipraktekan di Indonesia, kamu bisa dianggap menghina orang yang lebih tua nih.
Sudah tahu kan, ternyata ada yang lebih parah dari cipika-cipiki. Kalau kita cowok Indonesia sih cukup dengan bersalaman atau berpelukan bila perlu saja. Kalau kalian nekat mempraktekan hal-hal di atas boleh saja sih boys, tapi resiko ditanggung sendiri ya. 😀