Di era modern ini, sudah semakin jarang kita menemui pria yang sopan dan santun terhadap wanita. Mungkin kamu pernah melihat seorang pria yang alih-alih memberi tempat duduknya kepada seorang wanita yang berdiri di dalam transportasi publik, dia justru pura-pura tidur. Mulai dari hal-hal yang ringan seperti itu hingga yang ekstrim seperti berita-berita pemerkosaan akhir-akhir ini menjadikan alasan kenapa banyak yang berpendapat bahwa wanita semakain tidak dihormati.
Hal-hal semacam itu sudah semakin banyak sekarang, oleh karenanya nggak jarang banyak yang menganggap bahwa sudah tidak ada lagi yang namanya sopan-santun laki-laki kepada para wanita atau yang biasa disebut sebagai chivalry. Katanya sih, hal tersebut dikarenakan bahwa wanita haknya semakin setara, sehingga tidak perlu diperlakukan dengan sedemikian rupa. Tapi apa benar sih kesetaraan hak wanita yang kemudian menghilangkan sopan-santun pria?
ADVERTISEMENTS
Jawabannya adalah mungkin. Mungkin beberapa pria takut untuk bersikap santun karena takut dikira punya motif lain
Pertama, wanita sekarang jauh lebih curigaan dibanding wanita 30 tahun lalu. Tak jarang pria pun enggan untuk berbuat baik, sopan, dan santun terhadap wanita karena alasan ini. Membawakan barang bawaan yang berat, membukakan pintu ketika ada wanita yang hendak lewat setelahmu, dan sebagainya sering dikira memiliki motif tersendiri sehingga pria enggan melakukannya. Bahkan banyak juga wanita yang ketika di beri uluran tangan dalam hal-hal seperti di atas justru akan berkata “aku bisa sendiri kok” dan berujung pada pria menjadi was-was karena takut dikira meremehkan atau sedang menggoda. Boro-boro mengulurkan tangan, kadang baru menyapa sedikit saja sudah langsung dijawab dengan “Maaf, gue udah punya pacar mas…”.
ADVERTISEMENTS
Ada juga sudut pandang pria yang mengatakan bahwa mungkin saja wanita memang semakin mandiri dan tak butuh perlakuan “khusus” dari pria
“Katanya menuntut kesetaraan gender, kalau begitu aku nggak perlu memperlakukan mereka dengan perlakuan khusus dong.”
Begitulah pendapat sebagian besar pria ketika ditanya tentang kesetaraan hak wanita.
Memang sih, di era modern ini wanita sudah semakin mandiri. Dan mungkin juga bahwa munculnya kemandirian wanita yang tinggi di era baru ini dikarenakan adanya kesetaraan hak wanita yang terutama muncul sebagai lawan dari budaya patriarki, budaya yang cenderung meninggikan pria dan mengecilkan pentingnya peran wanita. Di Indonesia, budaya patriarki sendiri cukup kuat sehingga wanita yang “mandiri” dan menentang sistim lama ini belumlah banyak. Seandainya pun ada, mereka pasti mendapat banyak hambatan dan celaan dari kaum pria konservatif di Indonesia.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan menyetarakan hak wanita di Indonesia juga semakin berkembang dari waktu ke waktu. Wanita dapat menempati posisi yang tinggi di ranah politik dan masyarakat yang mengisyaratkan bahwa hak-hak wanita memang sudah hampir setara dengan pria. Di sisi lain, kesetaraan posisi wanita tersebut sayangnya dilihat sebagai pemicu hilangnya “sopan-santun” pria kepada wanita.
ADVERTISEMENTS
Atau mungkin kamu hanya salah paham tentang apa yang dimaksud sebagai perlakuan “khusus” tersebut
“Kalau hak pria dan wanita memang sama, aku nggak perlu yang bayarin dia makan dong setiap kita kencan, aku juga nggak perlu ngasih jaketku ke dia ketika dia kedinginan dan sebagainya…”
Disini nih banyak cowok yang sering salah paham tentang aksi chivalry atau sopan santun. Kesannya, jika kita mendahulukan wanita, maka kita memberikan perlakuan khusus pada mereka. Tetapi, sopan santun itu kan sifatnya universal. common sense. Jika kamu merasa selalu dirugikan karena kamu harus membayar segala macam pengeluaran saat kencan atau sebagainya hanya karena dia adalah perempuan, coba saja ubah mindsetmu.
Pada dasarnya, kamu wajib membayar jika kamu mengundang seseorang untuk makan denganmu. Itu adalah etika yang berlaku nggak hanya ketika kamu mengajak keluar seorang wanita, tapi juga pria. Ketika kamu melihat wanita kedinginan, memberikan jaketmu yang hangat ke dia bukanlah bentuk perlakuan khusus kepada wanita. Coba gini deh, ketika kamu melihat seseorang yang kesannya kurang mampu darimu, terlepas dari gendernya, sewajarnya kamu membantu orang tersebut kan?
ADVERTISEMENTS
Hilangnya chivalry atau sopan-santun bisa dikembalikan ke pribadi masing-masing, karena kesetaraan hak wanita bukan berarti ketidaksetaraan hak pria
Jadi, jika ditanya apakah chivalry hilang karena hak wanita yang semakin setara dengan pria, jawabannya adalah kurang tepat. Tentunya sopan santun bisa dikembalikan ke orangnya masing-masing. Kalau kamu tipe pria yang komplain karena kamu harus bayarin cewekmu makan, mungkin kamu juga adalah tipe pria yang komplain ketika harus memberikan tempat dudukmu ketika melihat anak kecil yang berdiri di dalam transportasi publik. Mungkin kamu tipe pria yang komplain karena wanita digaji sama besar dengan pria meskipun posisinya sama. Mungkin kamu tipe pria yang akan marah ketika mendengar argumen bahwa catcalls itu sama buruknya dengan perkosaan.
Sebagai pria, yang harus kamu ingat adalah kesetaraan hak wanita itu bukanlah permainan kalah menang. Penyetaraan hak wanita tidak sama dengan pengurangan hak laki-laki. Meskipun tidak bisa dipungkiri prakteknya kedua belah pihak masih sering tidak adil, namun kesetaraan gender adalah sebuah hal yang secara moral memang harus dikejar.
Yang terbaik adalah saat cowok paham tentang nilai kesopanan yang mendasara dan cewek juga ngerti bagaimana memahami kesopanan itu bukan sebagai modus namun sebagai wujud dari kebaikan. Hal itu mungkin masih agak susah dilakukan karena cowok masih terlalu keras dan cewek masih terlalu negatif.
Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!
ADVERTISEMENTS