Cowok Harus Belajar Banyak Soal Kesetiaan dari Binatang Ini. Malu Kalau Sampai Kalah

“Berguru pada kenyataan. Pada makhluk Tuhan yang katanya tak berakal.”

Begitulah petikan lirik milik Iwan Fals dalam lagu berjudul ‘Kupu-Kupu Hitam Putih’. Hal itu mengacu pada kenyataan bahwasanya kita harus mau belajar dari makhluk-makhluk lain, seperti binatang atau bahkan tumbuhan, yang memiliki perilaku positif yang kadang ditanggalkan banyak manusia.

Dalam hal ini, Hipwee Boys mau ngajak para cowok belajar dari hewan primata yang kadang suka dianggap tak paham tentang tata krama. Ternyata mereka kadang bisa lebih baik dari kita lho. Entah dalam masalah kesetiaan, rasa cinta pada anak, dan pengaruhnya pada lingkungan sekitar. Yuk langsung aja!

Pejantan Owa Jawa itu tipe makhluk yang setia pada satu pasangan dalam hidupnya. Kamu bisa?

Setia seumur hidup

Setia seumur hidup via www.conservation.org

Owa Jawa kini jadi hewan yang dilindungi dan terancam punah. Mereka dijadikan buruan manusia-manusia yang tak bertanggung jawab untuk dijadikan hewan peliharaan atau dibunuh yang kemudian bagian tubuhnya jadi pajangan. Ketimbang jenis kera lain, tubuh Owa Jawa yang kecil langsing dan seksi dianggap sebagai hewan eksotis yang ingin dimilik para kolektor.

Namun di balik keseksiannya tersebut, Owa Jawa bukan hewan yang ganjen lho. Apalagi para pejantannya. Mereka adalah tipe hewan monogami yang setia pada satu betina selama hidupnya. Semasa hidupnya, mereka hanya hidup dalam kelompok kecil. Hanya ada pejantan, induk dan anaknya.

Dari perilaku itu, apa nggak malu tuh cowok-cowok playboy sama owa jawa. Masa sama binatang aja kalah setia.

ADVERTISEMENTS

Nggak cuma karena cinta mati sama pasangannya, Owa Jawa juga setia karena tipe ayah yang sayang anak

Sayang anak :3

Sayang anak :3 via i.guim.co.uk

Pada sebuah penelitian yang dilakukan University College London, perilaku monogami yang jadi karakteristik para primata tersebut nggak cuma sebagai tanda romantisme semata. Owa Jawa menjalin hubungan monogami juga dilandasi oleh kecintaan mereka pada sang anak. Satu jantan dan satu betina dianggap jadi langkah terbaik untuk melindungi anaknya agar tak dibunuh pejantan lain. Dalam hal ini, tentunya, pelindung utama sang anak adalah ayahnya.

Christopher “Kit” Opie, seorang peneliti dari University College London, telah melakukan analisis perilaku 230 spesies primata. Dia mendapati fakta bahwa sebelum munculnya perilaku monogami, jumlah bayi yang terbunuh oleh pejantan lain (semacam cowok perebut pasangan) sangat tinggi.

Alasannya pembunuhan yang dilakukan pun nggak tanggung-tanggung. Mereka benci karena sang betina harus menyusui bayinya dalam waktu yang lama. Ini jelas bikin repot pejantan yang ingin mendekati betina. Nah sebelum ada tren monogami, ketika ada bayi nggak berayah, pejantan lain akan membunuh bayi-bayinya. Maka dari itu, perilaku monogami kini muncul supaya si ayah bisa melindungi anak dan ibunya dari ancaman pejantan-pejantan jalang lainnya.

Keren ‘kan? Primata saja bisa sampai mempertaruhkan nyawa dan waktunya buat melindungi anaknya. Orang mungkin akan banyak yang tidak mengaku dan menyangkal, namun kenyataan di lapangan adalah bahwa banyak orang tua tidak punya waktu untuk anaknya. Jangankan melindungi, waktu buat bertemu dan berbicara aja nggak ada. Tentu saja nggak semua, namun ada banyak orang tua saat ini yang sangat tidak bisa disebut sebagai orang tua yang bertanggung jawab.

ADVERTISEMENTS

Owa Jawa jantan adalah tipe hewan penebar nilai positif pada lingkungan sekitarnya. Kamu udah gitu belum?

Keberadaan Owa Jawa sangat dibutuhkan oleh lingkungan demi keseimbangan alam. Owa Jawa merupakan tipe hewan penjelajah. Kadang dia melakukannya nggak cuma karena memperluas teritorinya, tapi juga untuk menebar benih-benih yang tak mereka sadari berpengaruh positif pada lingkungan yang mereka duduki.

Contohnya, ketika dia menuju wilayah B dari wilayah A, mereka pasti membawa buah-buahan yang jadi makanannya. Dan ketika tiba di wilayah B, dia akan membuang buah-buahan tersebut. Benih-benih buah pun nggak sengaja telah dia sebar dan bisa membuat pohon baru di wilayah B.

Sedikit atau banyak, kita pasti sepakat kalau perilaku-perilaku Owa Jawa di atas bisa nyentil banget bagi banyak yang agak kurang bertanggung jawab. Kasarnya sih, kera aja bisa, masa manusia nggak? Pokoknya jangan pernah malu belajar dari hewan. Jangan pernah merasa paling bener. Nyatanya, mereka juga punya nilai-nilai positif.

Oiya, kita jaga juga yuk populasi Owa Jawa. Mereka ikut menyeimbangkan alam kita. Kalau ada orang yang kamu temui memelihara dan mengerangkeng Owan Jawa di rumahnya, laporkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terdekat.

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A brocoli person.