Pernah nggak sih kamu mendengar celotehan-celotehan “Ah, paling keperjakaan kamu sudah hilang karena tangan sendiri” dalam sebuah percakapan bersama teman-temanmu di sebuah forum atau tongkrongan? Sebagian besar mungkin pernah mendengar atau bahkan yang mengatakannya.
Bodohnya, kita yang mendengar pun percaya-percaya aja dengan istilah yang menyindir aktivitas onani atau masturbasi tersebut. Ya, meskipun obrolan itu bernada guyon, tapi tetap saja banyak dari kita yang pada akhirnya percaya dengan celotehan tersebut. Padahal nyatanya, kamu nggak tahu ‘kan persisnya kebenaran tersebut?
Perjaka hilang karena onani adalah opini yang sok tahu dan tak berdasar. Sayangnya sudah menyebar di masyarakat yang dikenal tabu terhadap bahasan seks
Inilah bahayanya sok tahu dan jadi bukti bahwa pendidikan seks itu penting. Keluarga, ditambah sekolah, harusnya jadi pihak yang paling utama dalam urusan pendidikan seks terhadap anak. Sebab, orangtua dan guru pasti akan tahu mana yang salah dan mana yang benar untuk ditanamkan dalam pikiran anak.
Salahnya masyarakat kita, terlalu menjadikan seks sebagai hal yang tabu. Orangtua jarang ada yang berbicara tentang seks kepada anak-anaknya dalam rangka memberikan pendidikan seks. Mereka lebih memilih bungkam daripada membicarakan tentang seks pada anak-anaknya. Kalau pikiran kita lebih terbuka, kita pasti mikir seks itu bukan soal seks saja. Bukan soal penetrasi penis pada vagina saja.
Nah akibat minimnya pendidikan seks, anak akhirnya mencari tahu tentang seks pada teman-temannya. Dan sangat mungkin itu keliru. Mereka berbicara berdasar mitos-mitos atau hal-hal hang berbau katanya. Sebab mereka pun korban sama dari orangtua yang tabu untuk membicarakan seks pada anak-anaknya. Sehingga, ketika ada obrolan dari teman (yang sangat mungkin jauh dari kebenaran) yang beredar di pergaulan sang anak, itulah yang kemudian dipercaya sebagai kebenaran oleh sang anak.
Syukur kalau apa yang dikata orang di pergaulannya itu benar, tapi kalau salah? Bisa jadi salah pemahaman juga ‘kan?
Nggak ada satu pun pakar di bidang medis membenarkan bahwa keperjakaan hilang karena onani
“Masturbasi atau onani itu bukan hubungan seksual.”
Kembali lagi soal hilangnya keperjakaan. Fenomena ‘sotoy’ masyarakat seperti ini bisa kita temukan di setiap bahasan tentang keperawanan atau keperjakaan. Salah satunya ketika Hipwee mengangkat artikel ‘Pendapat Cowok Tentang Keperawanan di Malam Pertama’. Puluhan komentar menghiasi fan page kami di Facebook. Dan beberapa orang menyampaikan celotehan persis dengan apa yang kami sampaikan di awal artikel.
Lalu apa buktinya kalau onani nggak membuat seseorang kehilangan keperjakaan? Oke Hipwee Boys bantu menjawabnya. Pertama, nggak ada pakar yang mengatakan keperjakaan laki-laki bisa hilang akibat onani. Kedua, nggak ada gejala ataupun pemeriksaan tertentu untuk mengetahui apakah seorang pria masih perjaka atau tidak.
Seorang dokter yang jadi konsultan masalah seks dari Win Klinik Jakarta, Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, SpRM, Mkes (MMR), menegaskan hal tersebut. “Ya, nggaklah. Masturbasi itu bukan hubungan seksual. Yang disebut hubungan seksual hanya kalau penis masuk ke dalam vagina. Kalau masturbasi, itu namanya aktivitas seksual,” ujar Dr. Ferryal Loetan dikutip dari Majalah Hai.
Nggak ada standar atau pemeriksaan tentang keperjakaan. Jadi nggak usah gampang percaya sama mitos
Hipwee juga telah mengumpulkan penegasan lain dari seorang dokter bernama dr. Yan William. Kali ini soal pengkerutan ujung penis akibat onani yang dinilai banyak orang sebagai tanda hilangnya keperjakaan.
“Dari sisi medis, tidak ada cara, pemeriksaan atau standar seorang cowok dikatakan masih perjaka atau tidak. Ujung penis yang berkerut dapat terjadi merupakan variasi bentuk dari tiap individu. Onani atau masturbasi tidak menyebabkan kelainan bentuk apapun pada penis, kecuali melakukan dengan kasar sampai terjadinya luka pada penis,” tutur dr. Yan William.
Onani, kata dokter yang juga menerima konsultasi lewat situs AloDokter.com tersebut, nggak bakal bikin seorang cowok terlihat perjaka atau tidak. Maka ketika ada yang resah bagaimana mengembalikan keperjakaan akibat onani, nggak usah dipikir. Toh, onani nggak berarti kehilangan keperjakaan.
“Jadi, nggak usah repot memikirkan cara mengembalikan keperjakaan. Onani adalah kegiatan merangsang diri sendiri untuk mencapai kepuasan seksual. Sebenarnya onani merupakan kegiatan yang wajar dan normal dilakukan asalkan tidak berlebihan,” jelasnya.
Lalu, bagaimana cara mengetahui seseorang masih perjaka atau tidak?
Untuk menegaskan masalah ini, sekali lagi, tak ada cara, pemeriksaan atau standar seorang cowok dikatakan masih perjaka atau tidak. Salah satu cara mengetahui seseorang perjaka atau tidak, ya, menanyakannya langsung pada yang bersangkutan. Nggak bisa hanya melihat seseorang dari tanda-tanda. Sebab bisa saja melenceng jauh.
Jadi sudah tahu ‘kan? Onani atau masturbasi nggak berarti kehilangan keperjakaan. Keperjakaan hilang terjadi ketika penis melakukan penetrasi pada vagina. Ini pun berlaku untuk cewek. Seorang cewek bisa kehilangan keperawanan apabila vaginanya mendapat penetrasi dari penis.
Ihwal selaput dara pun perlu kamu pahami.
Selaput dara memang erat kaitannya dengan keperawanan. Dan ketika ada seseorang suami mengatakan bahwa istrinya nggak berdarah saat malam pertama, nggak selalu benar kalau istrinya sudah nggak perawan. Ingatlah, ada banyak kegiatan yang bisa bikin selaput dara nggak berdarah ketika malam pertama. Misal, karena si cewek suka bersepeda, olahraga berkuda, kegiatan yang bikin cewek banyak gerak lainnya. Mungkin sang istri dulunya pernah mengalami kerobekan selaput dara saat menjalani aktivitas tersebut.
Kalau pun kamu terlalu percaya kalau selaput dara atau darah yang keluar adalah patokan perawan atau tidaknya seorang cewek, lalu bagaimana dengan si cewek yang pernah berulang kali berhubungan badan tapi kemudian operasi selaput dara. Sekarang ada lho operasi itu, banyak dan bahkan terjangkau.
Okelah, keperjakaan atau keperawanan dijadikan beberapa pihak sebagai salah satu faktor penilaian moralitas seseorang. Tapi belum tentu mereka yang telah hilang keperjakaan atau keperawanannya memiliki moral yang jelek. Mari kita lebih bijak lagi dalam menyikapinya.