Ada sebuah tradisi atau kebiasaan dalam masyarakat kita tentang anak cowok, apalagi yang paling tua, untuk keluar dari rumah alias merantau. Banyak alasan untuk mereka keluar dari rumah. Dari alasan untuk menimba ilmu, membantu finansial keluarga, hingga kesadaran diri sendiri untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka melakukan itu karena percaya jika di tanah rantau banyak peluang atau potensi yang bagus untuk mengubah nasib mereka.
Nah, kali ini Hipwee Boys mengumpulkan berbagai curahan hati para cowok yang berjuang di tanah rantau. Banyak suka duka yang mereka rasakan. Dari shock culture yang mereka rasakan di perantauan, hingga beratnya menahan rindu pada keluarga. Ya, kurang lebih beginilah yang tentunya juga kalian rasakan. Yang berniat untuk merantau, coba pahami hal ini dulu deh!
ADVERTISEMENTS
Kali pertama merantau, tentu segalanya berbeda dengan kebiasaan di rumah bersama keluarga. Awal yang berat untuk beradaptasi
Awal gue merantau keadaan hidup gue berubah sudah kaya Power Ranger serba mandiri, paling susah kalau sudah cucian numpuk, dan nggak ada waktu buat nyuci, akhirnya sempak harus rela dijadiin macem kaset Nike Ardila, side A side B. – Dhea Yusuf, 26 tahun, Palembang
ADVERTISEMENTS
Masalah perut memang nggak bisa bohong. Masakan khas tangan ibu adalah juara yang selalu dirindukan!
Yang jelas sih masalah makan sih. Sering kangen masakan ibu yang mana di rantau nggak ada yang jual. Kayak oseng teri, sambel panggang. – Endi Rizal, 25 tahun, dari Blora.
ADVERTISEMENTS
Menurut perantau dari Banten ini, ada empat poin yang selalu bikin kangen selama di tanah rantau. Sepertinya cuma tiga poin yang bener deh
Empat hal yang paling dirindukan dari rumah ketika di perantauan adalah: kamar yang dibantu rapiin orang rumah, pelukan mamah, uang jajan, dan pacar orang. – Angga Arief, 26 tahun, dari Banten.
ADVERTISEMENTS
Kangen sudah pasti sepaket dengan kesepian. Cowok merantau juga menyimpan iri dengan teman-temannya di kampung yang bisa kumpul semau mereka
Kadang ngerasa kesepian di tanah rantauan. Ngeliat temen-temen di kota kelahiran pada ngumpul, tapi kitanya ngga bisa ikutan, nyesek juga ternyata. – Bima Laya, 28 tahun, dari Jombang
ADVERTISEMENTS
Paling susah sih memang pas sudah memasuki akhir bulan. Semua kehidupan menjadi terlihat rumit
Paling ribet kalau sudah akhir bulan keuangan sudah menipis. Pinjam sana sini sampe bikin rantai hutang yang ngejelimet. Mau bayar A, si A punya utang ke B terus nyuruh bayarin ke B. Eh, si B punya utang ke C. Gitu aja terus muter-muter, sampe Donald Trump jadi WNI. – Guntur Ario, 25 tahun, dari Indramayu
ADVERTISEMENTS
Kunci sukses dalam merantau adalah belajar tentang manajemen finansial. Kalau nggak bisa, kacau deh!
Tanah rantau for me is like a battle ground. Masing-masing orang punya battle ground-nya sendiri-sendiri. Nah, buat para anak perantauan, tanah rantau itu kayak medan perang. Kalau nggak berjuang dan punya banyak amunisi, ya, tewas. Ya, maksudnya kalau nggak bisa atur-atur keuangan dan pergaulan pasti kesusahan dan nyerah. Ujung-ujungnya, yaa, balik kampung. – Al-Batani, 26 tahun, dari Lampung.
Nggak ada kata manja dalam merantau. Cowok harus belajar untuk mandiri, menghidupi diri sendiri, bagaimanapun caranya
Masing-masing orang punya beda tujuan untuk merantau. Tapi, apapun tujuannya, pasti, PASTI BANGET di dalamnya ada PERJUANGAN. Misal, yang tujuannya untuk pendidikan. Mereka pasti berjuang habis-habisan untuk menyelesaikan studinya. Misalnya gue, untuk bisa kelarin S1 di PTN, gue mesti ngajar privat sana-sini. Kadang-kadang jualan apa aja yang biasanya laku di kalangan anak sekolah atau kampus. Hahahaha. – Hendri Ripa’i, 25 tahun, dari Lampung.
Merantau itu nggak berat. Selama kamu yakin dan niat yang teguh, semua pasti ada jalan
Apa pun yang dilakukan, yakin dan niatkan, pasti ada jalan. Kalau nggak ada, mungkin emang kamu lagi merantau di laut. Hahahaha – Jokoyawo, 22 tahun, dari Bekasi.
Kuncinya hanya satu, kamu nggak akan menderita kalau kamu mau berjuang. Enjoy aja!
Enjoy banget, gue mematahkan teori bahwa merantau itu susah. Nggak sama sekali, yang penting lo mau fight. – Widhy, 25 tahun, dari Lampung
Apapun yang kamu harapkan dan citakan, semua kembali pada keluarga. Orangtualah yang akan terus melahirkan rindu
Sebelas tahun lebih gue merantau, nggak kerasa hampir selusin tahun dan masih belom ketemu jodoh juga di sini. Hahaha. Suka duka sudah pasti banyak dilewatin. Yang paling ngangenin cuma satu sih, ya, orangtua. – Tota, 26 tahun, Bandung
Dengan merantau, seseorang tentu berharap bisa mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik. Paling nggak, mereka bisa membantu meringankan beban keluarganya, bagi mereka yang merantau untuk bekerja. Apapun yang dilakukan di tanah rantau, tentu semua orang berharap bisa menggapai cita-citanya. Dari berbagai nelangsa, menahan rindulah yang menjadi hal paling berat untuk dilalui. Tapi dengan begitu, kamu akan paham, makna dari merantau itu sendiri. Semangat, para perantau!