ADVERTISEMENTS
7. Orang zaman sekarang, kata cewek Jakarta ini, sudah lebih pintar dalam memilih pemimpin. Nggak pandang tampang
Egy Citraresmi menolak mentah-mentah ihwal kriteria tampilan fisik untuk calon pemimpin di daerahnya. Cewek asal Jakarta ini bahkan menyuruh tim pemenangan untuk mulai memilih strategi lain. “Good looking atau nggak itu nggak menjamin bisa mendapatkan suara terbanyak,” tegas Egy.
“Lagian zaman sekarang orang Indonesia udah pada pinter kok dalam memilih calon pemimpin daerahnya. Sikap, kepribadian sampai track record dari calon pemimpinlah yang jadi pertimbangan,” tambahnya,
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
8. “Jangan nilai calon pemimpinmu cuma dari sampulnya doang!”
Nurul Tirsa dengan tegas menolak faktor fisik. Kompetensi adalah faktor utama kenapa seseorang harus dipilih olehnya untuk jadi calon pemimpin.
Cewek yang sering dipanggil Tirsa tersebut berkata, “Kalau aku pribadi sih jelas enggak. Nggak banget kalau mesti ngandalin tampang. Sebab, tampang itu nggak jamin dan tampang aja nggak cukup. Jadi, kalau emang kemampuan bisa cukup dilihat dari yang good looking, nggak adil dong sama mereka yang memang berkompeten dan cerdas, tapi nggak good looking. Jangan nilai dari sampulnya aja yak!”
ADVERTISEMENTS
9. Calon harusnya bisa memanfaatkan tampang untuk dilengkapi dengan faktor-faktor baik lainnya
Menurut Julian Fikri, ketika seseorang punya penampilan fisik, terutama tampang yang bagus, si calon harusnya bisa memanfaatkan hal tersebut untuk mengundang impresi baik lainnya di luar faktor fisik.
“Secara umum, cewek bakal kasih poin lebih untuk calon yang punya tampilan fisik bagus, terutama tampang. Penampilan fisik memang memberikan impresi pertama yang bagus dari cewek, tapi harusnya calon tersebut bisa menumbuhkan dan memunculkan kepercayaan orang terhadapnya dari faktor lain selain fisik,” ucap Julian.
ADVERTISEMENTS
10. Kata Meily, tampang itu memang penting, tapi…
Masalah good looking, kata Meily Rohmatun, jadi nomor dua. Penting itu kompetensinya. Walaupun dia nggak menampik good looking punya pengaruhnya besar, tapi baginya itu nomor dua. “Namanya juga tokoh masyarakat, bakal lebih oke kalau penampilannya baik, at least terlihat berwibawa,” kata Meily.
“Tapi kalau ditanya aku akan memilih Agus atau nggak dilihat dari penampilannya, aku sih pribadi nggak bakal memilihnya. Aku cukup ngikutin cerita di balik pencalonannya, terutama soal andil ayahnya. Itu justru bikin aku enggan, meskipun secara penampilan dia cukup meyakinkan,” lanjut cewek lulusan UNS tersebut.
ADVERTISEMENTS
11. “Banyak ibu-ibu punya mindset tampang itu modal penting. Kalau aku sih nggak.”
Menurut Ardha Fadhilla, nggak bisa dipungkiri kalau mindset orang Indonesia banyak yang menjadikan tampang sebagai salah satu indikator dalam memilih pemimpin. Dia menjadikan ibu sebagai contohnya.
“Beliau masih berpikiran kalau pemimpin itu harus ganteng dan gagah. Kasarnya biar nggak malu-maluin. Ibu-ibu biasanya cenderung berpikiran kayak gitu. Berpikir, calon pemimpin ganteng itu terlihat lebih bonafide dibanding yang mukanya pas-pasan,” kata Ardha.
“Kalau aku pribadi, aku nggak melihat tampang itu penting. Bagiku yang terpenting kinerjanya bagus, track record baik dan punya attitude yang menunjukkan dia bisa jadi pemimpin bagi orang banyak,” tegas cewek asal Jakarta tersebut.
12. Cewek bernama Mustika ini ambil sikap, mending golput dibanding milih karena tampang
Mustika Karindra mengatakan, mending golput daripada menjadikan tampang sebagai faktor memilih calon pemimpin.
Mutika berkata, “Nggak bangetlah milih berdasar fisik. Kalau cakep tapi bloon, masa mau dipilih? Kalau nggak ada yang mumpuni dari segi kualitas, aku pribadi bakal memilih untuk nggak memilih salah satu dari mereka,”
Gimana? Sudah terbuktikan? Beberapa cewek di atas memang susah buat nggak mengakui tampang sebagai poin plus. Namun mayoritas mereka nggak mempermasalahkan penampilan fisik untuk menjadikannya calon pemimpin. Kompetensi hingga jejak rekam justru jadi yang utama.