Belakangan ini, konten-konten yang beredar (bahkan trending) di YouTube justru mengecewakan. Mulai dari banyak tayangan yang cenderung nggak berbobot, sampai drama-drama yang seolah terlalu dibuat-buat demi memenuhi kebutuhan adsense yang nggak lain tujuannya adalah uang dan uang.
Fiersa Besari, seorang musikus yang juga dikenal sebagai penulis adalah satu dari sekian banyak pembuat konten yang juga berkecimpung di YouTube. Sayangnya, Fiersa juga nggak terlalu suka dengan YouTube saat ini. Mari kita kulik bareng Hipwee Hiburan!
ADVERTISEMENTS
Fiersa Besari mengatakan lewat unggahan Twitter-nya bahwa dia enggan disebut Youtuber. Meski dia juga berkarya di sana
Banyak orang, terutama beberapa pembuat konten di YouTube yang mengeluhkan bahwa iklim YouTube yang sekarang memang kurang kondusif. Termasuk Fiersa Besari, penulis sekaligus musisi yang juga mengunggah beberapa karyanya di YouTube ini merasa enggan disebut dengan Youtuber. Dia juga mengamini pernyataan VNGNC, dalam video WTF Indonesia: The Final Episode yang baru saja diunggah tadi malam di YouTube. Bahkan Fiersa mengibaratkan YouTube sebagai sebuah kantor di mana dia bekerja sebagai pegawai, namun dia juga nggak menyukai orang-orang di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
Sebelumnya, salah satu warganet Twitter sempat menyerang balik Fiersa dan menuduhnya sakit hati saja karena nggak diundang YouTube Rewind. Hmm, suuzan nggak baik …
Awalnya mungkin banyak yang salah sangka dengan pendapat Fiersa Besari. Sampai-sampai salah satu warganet ada yang ‘iseng’ dengan mengatakan kalau ini hanya dampak sakit hati Fiersa karena nggak diajak ikutan YouTube Rewind, sebuah video akhir tahun yang biasanya mengumpulkan banyak pembuat konten di YouTube. Sayangnya, warganet tersebut hanya asal sebut saja, yang sebenarnya Fiersa bahkan diundang untuk berpartisipasi dalam YouTube Rewind lo.
ADVERTISEMENTS
Tentu saja apa yang dikeluhkan Fiersa yang secara nggak langsung juga dijabarkan VNGNC, bikin kita bercermin. Kenapa sih kita lebih suka konten ‘sampah’ daripada yang berkualitas?
Diakui atau nggak, konten-konten di YouTube khususnya Indonesia memang belakangan ini kurang menyajikan tayangan berkualitas. Kebanyakan yang jadi tren justru video bernada provokatif. Selain itu, kebanyakan hanya vlog yang mungkin hanya muncul sekali dua kali dalam laman trending. Yang jadi pertanyaan, apakah video ini terus ada karena memang banyak penontonnya? Hal ini bikin kita berkaca kalau bisa jadi, karena iklim penonton yang lebih cenderung menyukai video nggak bermanfaat untuk dijadikan tayangan. Hmm, jadi kasihan, kan, sama pembuat konten yang benar-benar niat pakai studio dengan peralatan yang bagus dan editing yang nggak kalah epik.
Selama ini mungkin kita selalu menyalahkan pembuat konten, penyedia layanan, stasiun televisi, dan lembaga lainnya yang dianggap menyajikan tayangan nggak berkualitas. Namun di sisi lain, kita juga perlu berkaca, mengapa kita cenderung mengacuhkan tayangan tersebut dibanding mengabaikannya? Yuk, sama-sama perbaiki diri dan perbaiki tontonan kita sendiri.