“Kamu punya apa kok udah berani ngajakin aku nikah?”
“Ih, bebeb kok gitu sih? Sejak kapan kamu jadi mata duitan gitu?”
“Aku bukan mata duitan. Aku realistis!”
Soal cinta dan duit memang serba salah. Kalau mengulik-ngulik soal modal masa depan, dibilangnya perhitungan. Katanya kalau cinta, ya cinta, jangan memandang harta benda. Kalau kamu mempertimbangkan harta benda, ya berarti udah fix, kamu cewek mata duitan! Padahal kamu cuma sedang realistis.
Cinta memang perasaan agung nan suci yang bisa mengikat dua manusia. Tapi kalau dua manusia itu kebetulan lapar lalu makan di rumah makan Padang, apa bisa kira-kira bilang:
“Bayarnya pakai cinta ya, Uda?”
Jadi, bukannya soal mata duitan atau bukan. Soalnya, meski cinta nggak pernah salah, kenyataannya cinta nggak pernah bisa dimakan. Nggak percaya?
ADVERTISEMENTS
1. Nggak perlu menipu diri sendiri. Harus diakui kalau hidup itu butuh uang. Tuh, kencing saja bayar …
*di warteg*
Bang, nasi setengah, tempe orek, sama sayur toge dibungkus, yak.
Oke! Ini, Neng, ceban, ya.
Ah, si Abang nih bisa aja. Sebagai manusia kan kita harus mencintai dan mengasihi. Gratis, ya?
Gila lu, Ndro!
Mau nggak mau kita harus terima kenyataan kalau kita hidup di tahun 2016, bukan 400 tahun sebelum masehi. Dulu butuh beras tinggal ditukar sama kopi. Barter masih diperbolehkan. Kalau sekarang, makan di warung, ya, harus bayar. Beli baju di mal, ya pakai uang. Bahkan pipis di toilet umum pun harus bayar. Nggak usah malu-malu mengakuinya. Semuanya memang butuh uang. Masih mau bilang uang bukan segalanya?
ADVERTISEMENTS
2. Hidup berdua dengan cinta yang membara memang bisa bikin bahagia. Tapi tanpa asap di dapur, rumah tanggamu juga nggak sempurna
Neng, nikah, yuk!
Hah? Emang Abang udah bisa bahagiain neng?”
Neng, kiranya nyala cinta dalam hati Abang yang meletup-letup ini bisa membuat hidup kita bahagia, Neng. Percayalah!
Aiiih, si Abang … nyala cinta yang meletup-letup di hati Abang bisa buat nyalain kompor dapur kita kelak nggak, Bang?
Iya sih, cinta bisa bikin hati berbunga-bunga. Yang tadinya malas-malasan menjalani hidup karena nggak ada sosok yang menyambut di rumah, jadi lebih semangat bangun pagi hanya supaya bisa melihat wajah kekasih pujaan hati. Tapi saudaraku, kita semua tahu hidup ini tak hanya butuh cinta.
Kita butuh makan, butuh pakaian, dan butuh tempat tinggal. Meski cinta akan menghangatkan hidup kalian berdua, tapi tungku di dapur juga harus bisa dihangatkan. Dan menyalakan tungku itu perlu uang buat beli arang atau kayu bakar, beli bahan makanan, bayar air pam, dan sebagainya dan sebagainya. Ah, lagi-lagi uang!
ADVERTISEMENTS
3. Cinta memang bisa memberikan rasa bahagia. Tapi saat sedang sakit, kamu nggak hanya butuh cinta, tapi juga obat
Bang, Neng demam. Kayaknya muntaber karena kemarin kita jajan sembarangan.
Astaga, Nengku sayang atit, sini sini … kan Aang peluk Neng sampai pagi, supaya hati Neng hangat dan lekas sehat …
Hati yang bahagia mungkin akan terlindung dari rasa stres yang merupakan sumber penyakit mematikan di dunia ini. Tapi yang namanya tubuh manusia juga bisa apa. Meski pacarmu berjanji akan melindungimu selamanya, kalau sakit, ya sakit aja. Cuaca alam yang berubah sembarangan, atau kuman-kuman kotor di sekeliling kita bisa bikin tumbang juga. Nah, kalau sudah sakit begini, kamu butuhnya apa? Cinta?
ADVERTISEMENTS
4. Saat kelak punya anak, pendidikan mereka juga nggak bisa dibayar dengan cinta. Buku dan pulpen semuanya harus dibeli dengan uang
Okelah, sekarang kalian masih berdua. Makan seadanya cuma dengan kecap manis dan bon cabe pun nggak apa. Toh, asal makannya barang sama dia, semuanya jadi seromantis candle light dinner di hotel bintang lima. Tapi nanti ada kalanya rumah kalian mendapat penghuni baru.
Anak-anak kecil yang lucu dan menjadi tanggung jawab berdua. Mereka butuh baju, butuh gizi yang cukup, butuh pendidikan tinggi supaya bisa meraih masa depan yang gemilang nanti. Sekolah mungkin ada yang gratis karena subsidi biaya dari pemerintah. Tapi buku, pulpen, seragam? Dibelinya pakai apa? Tentu saja uang, Cinta.
ADVERTISEMENTS
5. Meski sudah menikah, bukan berarti tanggung jawab pada orangtua sudah purna. Kesehatan dan kebahagiaan mereka jadi urusanmu juga
Menikah bukan hanya antara dua orang. Tapi juga antara dua keluarga. Orang tuamu kini bertambah sepasang, ayah dan ibu mertua. Dan meski sudah menikah, bukan berarti kamu bisa lepas tangan begitu saja dengan kondisi keluarga. Orang tua tetap menjadi tanggung jawabmu sebagai anak.
Toh, dulu mereka juga berjuang keras banting tulang untuk memenuhi kebutuhanmu. Orang tua yang semakin menua, dengan kondisi kesehatan semakin menurun, biaya pengobatan yang semakin hari semakin bertambah, belum lagi anakmu waktunya bayar SPP. Hal-hal semacam ini harus dipikirkan juga sejak dini.
ADVERTISEMENTS
6. Di masa depan, banyak kebutuhan keluarga yang harus terpenuhi. Sejak dini, hal-hal seperti ini harus dipikirkan
Awalnya memang sudah cukup dengan cinta saja. Tapi semakin ke depan, kebutuhan keluarga semakin banyak dan mau nggak mau harus dipenuhi. Mulai dari bagaimana caranya dapur supaya bisa tetap ngebul, renovasi rumah, biaya asuransi kesehatan keluarga, biaya untuk kesehatan orang tua dan mertua, pendidikan anak, dana untuk liburan keluarga, dan lain-lain, dan lain-lain. Hal-hal seperti ini mutlak ada dan akan kalian temui setelah menikah nanti. Jadi mulai dari sekarang, jangan lupa dipikirkan.
7. Jika kamu memang mencintai dia yang menjadi pasanganmu, bukankah melihatnya kekurangan dan menderita juga akan membuatmu nelangsa?
Katanya cinta, tapi kok tega melihat orang yang dicintai menderita? Makan nggak kenyang, hujan kehujanan, panas kepanasan, sakit juga cuma dikerok biar anginnya keluar, pendidikan anak juga telantar. Dan kamu masih dengan pedenya bilang cinta? Ini aneh. Bukannya kalau cinta, melihat dia yang dicintai menderita akan membuatnya menderita juga?
8. Orang bijak mengatakan bahwa uang bukan segalanya, tapi orang yang lebih bijak akan menyadari juga kalau segalanya butuh uang
Uang memang mematikan. Kebanyakan uang bisa membuat orang keblinger dan lupa pada kemanusiaan. Tapi kekurangan uang juga bisa menimbulkan kejahatan-kejahatan. Nggak percaya? Coba sesekali baca koran atau menonton berita. Orang bijak, yang tahu bahwa hidup ini nggak melulu soal uang, mengatakan bahwa uang bukanlah segalanya. Tapi orang yang lebih bijak lagi, tahu bahwa meski hidup ini nggak melulu soal uang, tapi segalanya memang butuh uang.
Bukannya mata duitan, Abang, Kakak, Adek, Bapak, Ibu. Tapi di hidup yang serba kejam ini, kita harus pandai-pandai realistis dalam menghadapi realitas. Karena itu, marilah kita berusaha lebih keras lagi. Berjuang masing-masing untuk saling memantaskan diri. Dan saat semua sudah siap nanti, kita nggak hanya punya cinta yang membara, tapi modal yang kuat untuk membangun rumah tangga. Karena meski cinta bisa menghangatkan hati ini, tapi cinta nggak bisa mengenyangkan perut kita. Setuju, ya?