Malam Anugerah Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2017 kembali digelar pada 31 Agustus. Bertempat di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, ruang minimalis itu dipenuhi oleh para kritikus, penulis, serta sastrawan yang ingin mendengarkan langsung pengumuman juara Sayembara Kritik Sastra DKJ tahun ini. Namun, sebelum memasuki sesi utama, grup musik @backingsoda_ membuka acara dengan menyuguhkan dua lagu bersimfoni indah yang mengundang decak kagum para pasang mata yang melihatnya.
Ketegangan pun mulai dirasakan ketika kedua juri, yakni Ari Jogaiswara Adipurwawidjana dan Martin Suryajaya naik ke atas panggung untuk membacakan Pertanggungjawaban Dewan Juri. Walaupun salah satu juri, A.S. Laksana berhalangan hadir, pembacaan serta pengumuman juara pun tetap berlangsung dengan suasana penuh ketegangan bagi para peserta.
Sayembara Kritik Sastra DKJ 2017 ini telah dibuka pada bulan Maret lalu oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta yang terdiri atas Yusi Avianto Pareanom, Yahya Andi Saputra, Linda Christianty, dan Aini Sani Hutasoit. Panita berhasil mengumpulkan 93 naskah yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Keseluruhan naskah tersebut telah lolos persyaratan administrasi.
Dunia sastra di Indonesia sendiri pun hingga saat ini masih banyak peminatnya. Hal ini terbukti dari antusiasme para peserta untuk mengikuti Sayembara Kritik Sastra. Dalam penilaian dan pemilihan pemenang, ketiga dewan juri memiliki empat kriteria yang dijadikan patokan dalam mengevaluasi semua naskah kritik yang diterima. Keempat kriteria tersebut ialah ketajaman dalam menelaah karya, kritik yang inspiratif dan orisinil, argumentasi yang meyakinkan, dan yang terakhir adalah keberanian menafsir dan kesegaran perspektif.
Dengan segala pertimbangan, ketiga dewan juri pun memutuskan bahwa pada Sayembara tahun ini tidak ada yang layak menjadi juara pertama. Hanya ada juara II, Juara III dan empat Juara Harapan yang keluar sebagai pemenang. Raut kecewa pun terlihat di wajah para peserta tapi mereka memaklumi karena keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat.
Juara II atau juara tertinggi dalam Sayembara Kritik Sastra tahun ini jatuh pada naskah nomor 33 berjudul “Memandang Seperti Penjajah: Membedah Pascakolonialitas Puya ke Puya Karya Faisal Oddang”. Adapun dua peserta yang berhasil mendapat juara III, yakni Naskah nomor 1 berjudul “Puisi, Ideologi, dan Pembaca yang Terkalahkan: Bahasa sebagai Reaksi Neurotik dalam Kumpulan Puisi Berlin Proposal Karya Afrizal Malna”, dan askah nomor 68 berjudul “Memahami Jagat Jungkir-Balik Triyanto Triwikromo dalam Surga Sungsang”.
Beragamnya karya tulisan dari penulis-penulis hebat Tanah Air memang menjadikan negara kita kaya akan sastra, sebut saja Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Widji Thukul, W.S. Rendra dan sastrawan hebat lainnya dengan karya mereka yang luar biasa. Kita sebagai generasi muda harus bangga dan tetap mengapresiasi serta mencintai karya-karya sastra di Indonesia.