Hari raya adalah kesempatan langka untuk berkumpul bersama keluarga besar. Uniknya, kadang kamu justru merasa malas dan ogah-ogahan menyambut kesempatan langka ini. Bukan berarti kamu sombong, hanya saja ada banyak alasan yang membuatmu lebih memilih berdiam dalam kamar dan ditinggal sendirian di rumah.
Nah, apa saja sih alasan-alasan itu? Kira-kira apa yang selalu bikin kamu malas dateng ke acara-acara kumpul keluarga?
ADVERTISEMENTS
1. Sama Oom dan Tante yang jarang ketemu, kamu nggak akan membangun percakapan. Cuma latihan ngejawab pertanyaan yang diulang-ulang…
Kamu : “Halo, Om, Tante, apa kabar?”
Om : “Ini Ari? Ya ampun, kamu udah gede banget sekarang. Tambah tinggi ya kamu.”
Kamu : “Hehe iya…”
Tante : “Udah semester berapa kamu sekarang?”
Kamu : “Hehe… Semester 8 Tante.”
Om : “Pacarnya enggak diajak?”
Kamu : “Hehe… Enggak Om…”
Om : “Nah, bentar lagi ‘kan kuliahmu selesai. Udah ada rencana mau lebih serius sama pacarmu?”
Kamu : “Hmmmmmm…. Eh itu Mama, Om, bentar ya Om-Tante, saya permisi mau ke Mama dulu.”
*Kamu kabur sejauh-jauhnya, berterimakasih dalam hati karena mamamu sudah jadi penyelamat*
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Ada juga pertanyaan-pertanyaan yang bikin kamu jadi pecinta alam, ingin belok ke pantai dan lari ke hutan~~~
Mas Jeje, skripsinya udah sampe mana? Udah mau seminar proposal? Udah sidang?
Mbak Niken, udah kerja dimana sekarang? Kok pindah dari kantornya yang dulu?
Mas Heru, kapan nikahnya ini? Tante nunggu undangannya lho!
Ah, inilah pertanyaan-pertanyaan yang bakal bikin kamu jadi pecinta alam. Ingin belok ke pantai, dan kabur ke hutan~~
ADVERTISEMENTS
3. Kamu juga bakal harus dengar berbagai joke orang tua yang entah di mana lucunya
Om : “Eh, Ari, pacarnya gak dibawa Ri?”
Kamu : “Enggak, hehe.”
Om : “Loh, dianggurin dong dia di rumahnya… Jangan dong Ri, ntar dia mabok!”
Kamu : “Ha? Maksudnya Om?”
Om : “Iya, kalau punya pacar jangan dianggurin, nanti pacarnya mabok!”
Kamu : “HAHAHAHAHAHHAHAHA!!!” *ketawa palsu, padahal hati ini meringiissssss…*
ADVERTISEMENTS
4. Sementara kalau harus jujur, kamu juga gak begitu kenal sama saudara-saudara jauhmu
Ini siapa?
Itu siapa?
Kalau mereka siapa?
Aku DIMANA??!
Kamu pingin banget segera pulang karena merasa asing di rumah keluarga sendiri. Aduuuh, ironi.
ADVERTISEMENTS
5. Kalaupun kamu tahu nama mereka, kamu nggak ngerti harus ngobrol apa…
“Nggg…. Hai Mas.”
“Eh, halo, apa kabar sekarang?”
“Yaaa, baik, baik.”
“Kuliah gimana?”
“Kesibukannya apa sekarang?”
“…”
“…”
*gak tau mesti ngomong apalagi*
*diem-dieman*
*mendadak sunyi*
“Eh rendangnya enak ya.”
JENG!! JENG!! Ini saatnya kamu ngeluarin gadget biar gak mati gaya. Heuheu~
6. Kamu pun gak tahu apa urusannya manggil anak bayi “Tante” dan nyebut saudara yang pantas jadi Om kamu “Adek”
Kenapa bayi harus kamu panggil “Om”? Sementara orang yang seumuran Om kamu malah harus kamu panggil “Dek”. Ketika dijelasin sama orangtua pun kamu masih tetep gak paham dan pilih ngeiyain aja. Iyain aja deh biar cepet!
#Aduh saya lelah, mungkin kurang piknik atau lebih tepatnya salah tempat piknik.
7. Sebenarnya kamu agak gengsi juga kalau saudara-saudaramu lebih pinter/lebih ganteng/lebih sukses/lebih keren dari kamu
Wiiii Kakak ini pacarnya ganteng lhoooo
Wiiiii Adek itu baru dapet beasiswa S-2 ke Australia lhooo
Wiiiii Mbak ini baru bangun rumah lhoooo
Wiiiii…
Wiiiii….
Wiiiii….
(sementara kamu masih sibuk jadi remah-remah bawang goreng…)
8. Ketika saudara-saudaramu ini punya prestasi yang wow, kamu akan dipaksa mengambil “hikmah” dan “inspirasi” dari mereka
Papa : “Tuh, dek, kaya Mas Rian nih, rajin kuliahnya, IPKnya cum laude.”
Kamu : (nyinyir dalam hati) Ya udah, Mas Rian aja yang jadi anaknya Papa.
Papa : “Loh, kok dibilangin malah cemberut? ‘Kan Mas Rian bisa kamu jadiin inspirasi!”
atau
Mama : “Tuh, Mbak Niken dicontoh, rajin banget langsung nyapu waktu ngeliat lantai kotor.”
Kamu : (Dalam hati) Yaa eyaalaaahhhh… orang tadi dia sendiri yang numpahin makanan!
9. Kamu juga paling males kalau keluargamu nggak move on, masiiih aja cerita hal memalukan yang pernah kamu lakukan waktu kecil
“Ya ampun, kamu sekarang tinggi banget ya mas, padahal dulu pendek banget lho.”
“Sekarang udah gantengan ya, padahal dulu waktu kecil giginya tonggos lho kaya kelinci.”
“Masih sering ngompol gak mas? Inget gak dulu Tante yang gantiin celana waktu kamu ngompol di PAUD?”
mungkin reaksimu akan seperti
Padahal sebenarnya dalam hati…
10. Kepribadianmu yang urakan harus dikompromikan saat kamu wajib jaga sopan santun dan berbicara dengan bahasa paling halus
“Mbak, duduknya yang sopan ah.”
“Dek, kalo mau ngomong jangan sambil makan.”
“Mas, kalo jalan di depan eyang badannya dibungkukin.”
“Dek, kalo ngomong sama orang yang lebih tua pake bahasa jawa halus.”
“Ih, jangan sendawa ah, gak sopan lho.”
Hahaha, ini sih kalo diterusin bakal lebih panjang dari aturan di kosanmu.
11. Bukan cuma bagian ngobrol dan basa-basinya yang menantang, jalan-jalannya pun juga. Apalagi kalau kamu yang disuruh jadi sopir keluarga!
Mama : “Mas, habis ini anterin Mama, Eyang, sama Tante nyekar ya.”
Tante : “Eh, habis nyekar mampir ke Mal Paragon dulu yuk.”
Eyang : “Iya, habis itu ke apotek ya, minyak angin Eyang habis.”
Kamu : *hanya bisa mengingat tumpukan komik yang belum terbaca*
12. Atau mungkin kamu tiba-tiba berubah jadi baby sitter, karena kakak atau anak saudaramu HAHA-HIHI SAMA TEMEN-TEMEN SENDIRI
Kakak : “Dek, jagain Aurel dulu ya, bentar.”
Kamu : “Lah… Entar kalo pup sama pipis gimana?”
Kakak : “Ya tinggal diganti aja, itu ada tisu basah sama popok di tas bagian depan, kakak cuma pergi bentar kok.”
Kamu : “Ya udah, cepetan balik ya.”
*2 jam kemudian kamu kalang kabut karena kakakmu belum pulang, padahal bayinya nangis minta ASI*
13. Kalo kamu anak bungsu, siap-siap aja jadi seksi yang disuruh-suruh alias Ka to the Cung. Kacung.
Mama : “Dek, tolong beliin es batu dong di warung sebelah.”
Papa : “Dek, minta tolong dong, dibikinin kopi buat Eyang sama Om.”
Kakak : “Makanan habis nih, beli di supermarket gih.”
Eyang : “Dek, pijitin punggung eyang dong, pegel nih.”
Kakak kedua : “Ini cucian piring banyak bangeeeeetttt… Kenapa kamu biariiiiinnnn?”
Kamu : “DIAM YOU SEMUA!” (tapi cuma dalam hati, kalo ngomong beneran gak berani)
14. Karena harus sibuk melayani pelanggan saudara, kamu jadi kehilangan kesempatan untuk santai di kamar dan menekuni hobi
Ohh… Vampire Diaries, Walking Dead, Komik Doraemon… BYE!
Tapi sebenarnya, ajang kumpul keluarga adalah momen yang berharga dan istimewa
13. Waktu luangmu memang akan habis, tapi bukannya terbuang sia-sia
Bagaimanapun, bukankah kamu ada karena keluarga? 🙂
Berada di tengah-tengah keluarga membuatmu merasa berarti. Kamu tidak akan merasa kesepian karena selalu ada celoteh riang adikmu, rengekan keponakanmu, hingga suara nyinyir tantemu.
Percayalah, mereka adalah gangguan termanis dalam hidupmu. Bahkan bisa jadi, setelah momen kumpul keluarga telah lewat, kamu akan rindu kebisingan dan keramaian serta atmosfer hangat itu.
14. Karena kamu tak pernah tahu, apakah tahun depan masih semeriah ini atmosfer kumpul keluargamu…
Syukurilah momen berkumpul bersama dengan keluarga karena gak semua orang punya keluarga besar yang bisa diajak berbagi kehangatan di hari raya. Kamu juga gak pernah tahu berapa panjang usia seseorang.
Oleh karena itu, berterimakasihlah kepada Sang Pemberi Hidup karena tahun ini kamu masih bisa berkumpul dengan orangtua, kakek, nenek, serta anggota keluargamu yang lainnya. Sayangi mereka dan habiskan waktumu bersama mereka… selama mereka masih ada.
15. Oleh sebab itu, cobalah nikmati momen-momen yang kamu punya bersama keluarga, ya! :’)
Sesungguhnya merekalah yang membuat libur hari rayamu makin seru dan ramai. Karena kamu tidak akan bisa merasakan kehangatan macam ini di tempat lain. Sayangi keluargamu semenyebalkan apapun tingkah mereka, karena mereka adalah gangguan paling menyenangkan yang akan pernah kamu dapatkan di dunia.
Selamat berlibur dan selamat menghabiskan waktu bersama keluarga! Semoga liburanmu berjalan lancar dan tak terlupakan! 😀