Jika ada film yang berhasil memengaruhi tren di dunia nyata, “Filosofi Kopi” adalah salah satunya. Mengisahkan dua sahabat bernama Ben dan Jody yang membangun impian dari sebuah kedai kopi, film garapan Angga Dwimas Sasongko ini secara nggak langsung ikut menyemarakkan budaya ngopi dan tren kedai kopi di masyarakat.
Enam tahun berselang sejak film “Filosofi Kopi” pertama dirilis, tren yang tercipta masih bertahan hingga kini. Namun, rumah produksi Visinema agaknya ingin menciptakan tren dan kesadaran baru melalui sempalan atau spin-off “Ben & Jody” yang dipastikan tayang dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENTS
“Ben & Jody” usung genre action dengan tema besar tentang konflik agraria
View this post on Instagram
Berbeda dari film “Filosofi Kopi” pertama maupun kedua, film “Ben & Jody” digarap dengan genre action atau laga. Dalam teaser resmi yang dirilis pada tanggal 6 Juni 2021 di kanal YouTube Visinema Pictures, bisa dilihat kalau cerita berfokus kepada Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) serta segala hal yang harus mereka hadapi.
Isu besar yang diangkat dalam film “Ben & Jody” juga berbeda dari “Filosofi Kopi”. Kalau dalam “Filosofi Kopi” persoalan agraria hanya disinggung sedikit, Angga selaku sutradara menyampaikan dalam film ini isu tentang konflik agraria akan menjadi pondasi perjalanan dua sahabat tersebut. Isu ini juga yang membuat action menjadi genre terpilih.
Diceritakan pada film ini, Ben dan Jody menghadapi konflik tatkala berhadapan dengan sejumlah mafia dan masyarakat adat yang merasa terganggu dengan kehadiran korporasi di lahan mereka. Adegan perkelahian dan baku tembak akan menjadi suguhan menarik berdasarkan konflik tersebut.
“Di sini agraria jadi pondasi utama, yang membuat semua action yang dalam film ini terjadi. Kita bicara tentang suatu kelompok masyarakat adat yang kita buat, ini representasi masyarakat adat lalu Ben dan Jody adalah representasi dari kelas menengah,” kata Angga seperti dilansir dari DetikHot, Kamis (3/6/2021).
Ide untuk mengangkat isu tentang konflik agraria ke dalam film, kata Angga, sebenarnya sudah hadir sejak “Filosofi Kopi” pertama. Namun, pertimbangan untuk menjadikan isu tersebut hanya sebagai bingkai adalah agar penonton punya keterikatan terlebih dahulu dengan karakter Ben dan Jody.
“Kita ingin orang nggak langsung disuguhkan, tapi menikmati dulu tentang mereka (Ben dan Jody),” ujarnya masih dari DetikHot.
ADVERTISEMENTS
Ide menggarap film action “Ben & Jody” datang dari hobi belanja online Rio Dewanto
View this post on Instagram
Selain karena kebutuhan cerita, pemilihan genre action kata Angga juga disebabkan hobi belanja Rio Dewanto. Melansir CNN Indonesia, Angga mengatakan selama dua tahun terakhir mereka di Visinema sering main tembak-tembakan karena Rio punya banyak senapan yang ia beli secara daring.
“Dua tahun terakhir di kantor kita sering main tembak-tembakan. Itu semua gara-gara si Dewanto sering belanja online beli-beli senapan banyak,” ujarnya.
Dari kebiasaan main tembak-tembakan tersebut ide untuk menggarap “Ben & Jody” menjadi film dengan genre action muncul. Ide tersebut dikembangkan oleh Angga dibantu Chicco dan Rio yang dalam film “Filosofi Kopi” berperan sebagai produser. Mereka bertiga juga mengaku jenuh dengan mood film “Filosofi Kopi” kendati laris manis ditonton.
“Dua cowok, berantem, jualan kopi, berantem lagi, jualan kopi lagi, enggak ada yang waro,” terang Angga tentang “Filosofi Kopi”.
Oleh karena itu film “Ben & Jody” diharapkan dapat menjadi angin segar bagi pecinta film Indonesia, khususnya pecinta “Filosofi Kopi”. Apalagi dalam film ini dua aktor laga kawakan, Yayan Ruhian dan Hana Malasan juga turut ambil peran. Wah, akan jadi salah satu film laga Indonesia layak tunggu, nih. Bikin penasaran!
Kisah Ben, Jodi, dan Filosofi Kopi sejatinya merupakan pengembangan dari cerita karya Dewi ‘Dee’ Lestari yang terhimpun pada buku kumpulan cerita berjudul Filosofi Kopi (2006).
Ikuti Instagram @wolesjon, biar nggak ketinggalan informasi seputar cowok dan dunia hiburan lainnya, kuy!