Jika harus mengelompokkan solois pria Indonesia yang masih berusia muda, populer, punya musik yang bagus dan punya masa depan yang cerah di industri musik Indonesia, nama Afgan dan Tulus semestinya berada pada urutan teratas. Mereka berdua sama-sama muda, sangat populer bagi penikmat musik (terutama perempuan) dan benar-benar punya ‘misi’ dalam musik yang mereka usung.
Namun, jika harus disandingkan penyanyi mana yang berhasil mencuri hati kamu? Afgan atau Tulus? Biar gak bingung, Hipwee udah jabarin beberapa (dari sekian banyak) daya tarik mereka di sini.
ADVERTISEMENTS
Meski tidak debut pada era yang sama, kedua biduan pop ini mampu menarik perhatian penikmat musik sejak awal kemunculannya masing-masing.
Afgan memulai debutnya pada 2008 dengan lagu Terima Kasih Cinta yang langsung menjadi hits di Indonesia. Pada masa jayanya, hampir tiap hari lagu tersebut diputar di radio. Lagu ballad dengan tempo lambat tersebut pelan-pelan menempel di telinga kita, bahkan jika diputar hari ini kamu pasti ingat bagian refrainnya seperti apa. Setelah hits tersebut, cerita selanjutnya menjadi sejarah. Afgan langsung jadi bintang pop Indonesia.
Sementara awal kemunculan Tulus terbilang lebih ‘kalem’ jika dibandingkan Afgan. Sebelum album Gajah (2014) menduduki posisi tertinggi sebagai album paing laris di iTunes pada Februari tahun lalu, mungkin hanya segelintir orang yang akrab dengan nama Tulus. Padahal solois bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi ini sudah pernah merilis album berjudul Tulus (yang dikerjakan secara independen, by the way) di tahun 2011.
ADVERTISEMENTS
Wajar jika penyanyi solo memiliki suara yang memukau telinga orang, namun kemampuan vokal yang dimiliki Afgan dan Tulus membedakan mereka dari penyanyi kebanyakan.
Sejak awal kemunculannya Afgan sudah menarik perhatian dengan karakter vokal bariton yang ‘empuk’ berpadu secara sempurna dengan lagu-lagu balada yang ia nyanyikan. Namun jangan tertipu. Menyanyi dengan suara lembut itu tidak mudah, dibutuhkan teknik yang tepat untuk mempertahankan kualitas suara seperti ini di sepanjang peampilan live. Dan tentunya butuh latihan agar kualitasnya sama seperti yang direkam pada album. Harus diakui, Afgan bukanlah Judika – apalagi Ari Lasso – tapi komposer sebesar Erwin Gutawa berani menyebut kalau penyanyi berusia 25 tahun ini bisa jadi the next Chrisye.
Sementara kalau kamu mendengarkan Tulus, dengan sendirinya kamu akan sadar kalau dia punya vokal yang spesial. Mengalun begitu saja tanpa dibuat-buat. Dia gak berusaha untuk tampil luar biasa namun tetap saja suaranya mengena di hati siapa saja yang mendengar. Memang benar setiap penyanyi punya karakter dan warna suara masing-masing. Tapi tanpa banyak usaha, kita sendiri langsung tahu kalau Tulus punya vokal yang unik. Tanpa umbar power di sepanjang lagu, dia memberi kekuatan pada tiap jengkal lagunya.
ADVERTISEMENTS
Dalam mengekspresikan perasaan kedua penyanyi ini melakukan pendekatan yang agak berlainan. Tulus menulis sendiri lagu yang dia nyanyikan, sementara Afgan membiarkan lagu yang memilih dirinya.
Sepatu, benda yang sederhana dan kata yang sangat lumrah untuk telinga. Namun Tulus mampu menyulap sepatu menjadi sebuah bentuk hubungan antar dua manusia yang selalu bersama tapi gak bisa bersatu. Tulus adalah penulis lagu yang piawai. Sebelumnya kita gak pernah menyangka kalau kata sesederhana “sepatu” bisa menganalogikan perasaan antara dua kekasih. Tanpa diksi yang sok puitis atau sok pintar, lirik yang ditulis oleh Tulus mampu kita mengangguk paham sambil bergumam “Oh benar juga, ya.” Dan beruntungnya, kepiawaian Tulus menulis lagu gak hanya tercermin di satu lagu, tapi tersebar di semua lagu dalam albumnya.
Lain dengan Tulus, lain pula dengan Afgan. Di album terakhirnya, L1ve to Love, Afgan sebenarnya menulis dua buah lagu yakni Pesan Cinta dan Without You. Tapi agaknya Afgan belum merasa bahwa ini kekuatan utamanya. Dengan banyaknya lagu ciptaan orang lain dalam tiap albumnya, kita bisa mengerti bahwa Afgan lebih memilih untuk memberikan ‘nyawa’ pada lagu tersebut lewat suaranya. Pendekatan seperti itu terbukti sukses sebab Afgan bisa mengumpulkan beberapa songwriter handal untuk menulis lagu baginya. Dengan begitu, semua lagu dalam albumnya punya potensi untuk jadi hits.
ADVERTISEMENTS
Baik Afgan maupun Tulus menyuarakan perasaan para pria. Perasaan yang setidaknya pernah dirasakan satu kali dalam hidup mereka.
Cowok mana sih yang belum pernah merasakan pedihnya sakit hati? Kamu? Yakin sekali pun gak pernah? Di lagu Sadis, Afgan menggali perasaan sakit hati yang pernah kamu rasakan agar terdengar nyambung dengan lirik lagu. Meski pada dasarnya ini lagu cinta, tapi dari liriknya saja kita udah paham kalau ini cerita cinta yang kandas.
Terlalu sadis caramu menjadikan diriku
Pelampiasan cintamu agar dia kembali padamu
Sadis – Afgan
Bagi cowok yang juga mau memahami lirik-lirik yang ditulis Tulus, kamu akan menemukan bahwa dia adalah sohib dekat kamu. Seorang cowok yang tahu perasaan teman cowoknya, sebuah contoh nyata dari bromance. Dia tahu bagaimana perasaan kamu saat di-bully ketika masih kecil, cek saja penggalan lirik dari Gajah:
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, (ku marah) ku marah
Kini baru ku tahu puji di dalam olokan
Mereka ingat ku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah…Gajah – Tulus
Dia juga paham bagaimana semangatmu berkobar ketika menemukan kepercayaan diri kembali sehabis terpuruk dengan bernyanyi “Nikmatilah rasa rindu, tak lagi di kuasamu” pada lagu Baru.
ADVERTISEMENTS
Dengan lagu cinta, Tulus dan Afgan sama-sama menyanyikan kata dan nada yang selalu ingin didengar oleh tiap perempuan dari pujaan hatinya.
Jika ada satu senjata utama pada diri Afgan hal itu pastilah lagu-lagu cinta yang ia nyanyikan. Kebanyakan lagu yang dipopulerkan Afgan bisa bikin remaja putri Indonesia terbang ke awang-awang. Yang belum punya pacar berasa dinyanyikan sama pacar, yang udah punya pacar serasa lagi dilamar oleh pujaan hatinya:
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu
Jodoh Pasti Bertemu – Afgan
People hear what they wanted to hear dan bagi kebanyakan perempuan-perempuan muda di Indonesia, apa yang ingin mereka dengar dari seorang lelaki bisa tercermin dari lirik yang dinyanyikan Tulus. Pujian yang jujur dan jauh dari kesan gombal, itulah ingin didengar oleh perempuan. Alih-alih janji-janji kosong soal cinta, Tulus menulis lirik yang mengajak perempuan melangkah bersama dalam hubungan bukan jalan sendiri-sendiri untuk membuktikan siapa yang paling romantis.
Jangan cintai aku
Apa adanya
JanganTuntutlah sesuatu
Biar kita jalan
ke depanJangan Cintai Aku Apa Adanya – Tulus
Jika kedua lagu ditafsirkan sebagai perkataan seorang kekasih pada pasangannya, maka lutut perempuan mana yang gak gemetar mendengarnya?
ADVERTISEMENTS
Walaupun sama-sama berhasil membius pendengar dengan lirik cinta, warna musik yang mereka bawakan gak bisa dikatakan sama persis, lho.
Sedari dulu Afgan udah dikenal sebagai balladeer, penyanyi yang membawakan lagu pop bertempo lambat dengan kord minor di sana-sini untuk menambah kesan dramatis pada tiap lagu. Sangat mudah dinikmati dan mudah banget di terima pasar. Namun di album terakhirnya Afgan mulai berani bereksperimen, seperti pada lagu Katakan Tidak yang jauh lebih up-beat ditambah unsur kocokan gitar funk namun tetap kental dengan pop modern, mengingatkan kita pada Justin Timberlake gitu, deh. Jadi kalau nonton Afgan secara live tanpa sadar kita bakal terbawa suasana buat bergoyang.
Sementara Tulus sudah memasukkan unsur soul sejak album pertamanya, namun tetap berada dalam jalur pop yang mudah dinikmati. Pada album kedua kamu akan mendengar pengaruh motown lengkap dengan bebunyian drum dan bas yang terdengat ‘tua’. Gak cukup sampai di sana, Tulus mengekplorasi lagi musiknya hingga menyentuh genre doo-wop yang bikin kamu pengen berdansa seperti di acara prom night. Tapi ingat, dansa harus sama pasangan ya…
Nonton mereka tampil live di panggung bakal memberi kamu pengalaman yang berbeda dari sekadar mendengar mereka di album.
Dengan pembawaannya yang kharismatik, Tulus akan memperlihatkan bagaimana cara menguasai panggung meski tanpa koreografi atau berlarian dari ujung ke ujung. Dia santai, menikmati musiknya dan groove dengan band pengiring. Bergoyang-goyang kecil, sesuai tempo lagu. Namun yang paling spesial dari menyaksikan Tulus live adalah kita seakan sedang menonton seorang pendongeng, a story teller. Karena lagu-lagunya terinspirasi dari pengalaman pribadi, dia akan menceritakan kisahnya padamu. Seperti bagaimana dia menganalogikan sakit hati dengan bumerang atau dari mana dia mendapat inspirasi untuk tembang Satu Hari di Bulan Juni.
Pengalaman bertahun-tahun sebagai bintang pop Indonesia mengajarkan Afgan untuk gak cuma jadi penyanyi tapi juga menjadi seorang penghibur yang komplit. Penampilannya selalu jadi perhatian, rapi dengan setelan jas dan dasi. Di beberapa tembang Afgan gak akan ragu untuk menunjukkan kebolehannya mengikuti koreografi yang udah dipersiapkan matang. Pokoknya, melihat dua orang ini nampil di atas panggung gak akan bikin kamu menyesal. Karena beda banget dari yang kamu dengar di radio atau yang kamu lihat di YouTube.
Bingung ‘kan menentukan penyanyi favoritmu? Kamu harus lihat sendiri penampilan mereka di MNC Channels Sunsilk Lively Concert.
Keduanya sama-sama bagus, sama-sama penyanyi top di Indonesia, dengan warna suara dan musik masing-masing. Tapi siapa yang jadi favorit kamu, Afgan atau Tulus? Kalau masih bingung, cara terbaik untuk menentukannya adalah dengan melihat langsung performa mereka di atas panggung. Kebetulan keduanya bakal tampil di event MNC Channels Sunsilk Lively Concert pada 13 Maret 2015 di Balai Sarbini Plaza Semanggi.
Gak cuma Afgan dan Tulus aja, di Sunsilk Lively Concert persembahan MNC Channels kamu juga bakal dihibur oleh Kahitna, Angel Pieters, Indah Nevertari, dan Karina Salim. Bayangkan dalam satu kesempatan kamu bisa menikmati musik berkualitas dan bisa melihat langsung Afgan dan Tulus, pastinya.
Kalau mau tahu info lebih lanjut cek aja tagar #MNCChannelsSunsilkLivelyConcert di akun media sosial kamu. Sampai jumpa di Balai Sarbini, ya!