Meladeni tamu ialah kewajiban tuan rumah. Budaya baik yang telah turun-temurun dipercaya akan mendatangkan rezeki ke dalam rumah. Pelaksanaannya pun nggak susah, pemilik rumah hanya perlu menyuguhi minum dan camilan sembari ngobrol. Kalau kebetulan tamu dari jauh, tawarkan tempat untuk beristirahat atau menginap sekalian.
Tapi semua itu juga tergantung tamunya, sebab kadang ada tamu yang nyebelin; dikasih hati, malah minta ampela alias ngelunjak. Ya, siapa lagi kalau bukan teman kita sendiri? Boleh jadi semua ini berawal dari kebiasaan mengucap kalimat sakti, “Anggap saja rumah sendiri.” 🙁
ADVERTISEMENTS
“Anggap saja rumah sendiri” biasanya menjadi basa-basi saat menerima tamu. Budaya yang menurun dari orang tua zaman dulu
Basa-basi “anggap saja seperti rumah sendiri” sudah ada sejak dulu. Kita pertama kali mendengar kalimat itu dari orang tua saat ada tamu. Ucapan itu adalah kiasan untuk memberi perlakuan istimewa kepada tamu. Awalnya kita nggak ngerti, namun setelah melihat perlakuan orang tua pada tamu kita jadi tahu. Nggak peduli kondisi keuangan sedang sulit, suguhan yang diberikan kepada tamu harus yang spesial. Kadang sampai dibela-belain ngutang ke warung demi bisa menyuguhi tamu dengan makanan yang enak.
ADVERTISEMENTS
Sialnya, kalimat basa-basi ini sering disalahartikan oleh teman. Kelakuan mereka kayak di rumah sendiri beneran dong! 🙁
Dari orang tua kita belajar kalau memperlakukan tamu itu harus spesial. Ketika teman datang kita memberi suguhan seperti yang dilakukan orang tua kepada tamunya. Minuman dan camilan yang enak kita keluarin semua. Niat baik sering nggak berujung baik. Perlakuan baik kita justru menjadi awal petaka.
Gara-gara tahu rumah kita suguhannya enak-enak, mereka jadi sering main bahkan menginap. Segala macam camilan kita diambil dari kulkas, baju kita jadi sering dipijam, dan kamar jadi berantakan. Hadeeeeh, yang awalnya senang didatangi teman, lama-lama jadi males karena nyusahin!!!1
ADVERTISEMENTS
Loyal sama tamu itu khusus tamu jauh aja. Kalau sama teman, ladeni seperlunya
Kelakuan teman yang nggak tahu diri ini bikin kita jadi suuzan dengan konsep “meladeni tamu mendatangkan banyak rezeki”, sebab yang kita rasakan justru sebaliknya, makanan jadi cepat habis dan kita jadi repot bersih-bersih kamar karena mereka sering nginep. Akhirnya kita jadi selektif dalam meladeni teman. Mereka yang nggak tahu diri kita perlakukan seperlunya saja. Beda cerita dengan mereka yang tahu diri, ladeni dengan spesial. Terutama orang-orang jauh, tamu-tamu dari luar kota dan lain sebagainya.
“Anggap saja seperti rumah sendiri” telah dimaknai lain oleh sebagian teman. Bias pemaknaan ini bikin kita jadi sebel sama kalau dia datang. Posisinya serba sulit, kalau nggak kita ladeni kita yang salah, kalau kita ladeni dianya ngelunjak. Salah satu teman kita pasti ada yang gini. Coba pada berani nggak nge-tag orang itu di kolom komentar? 🙂