Dalam demonstrasi massa yang berlangsung beberapa hari belakangan ini, rupanya anak SMA dan STM pun juga nggak mau ketinggalan. Seperti halnya tahun lalu, keberadaan mereka disambut dan bak diberi karpet merah oleh para mahasiswa. Namun pro dan kontra pun tentunya nggak bisa dihindarkan. Banyak masyarakat yang menganggap kehadiran pelajar ini hanya membuat keadaan semakin runyam. Apalagi di beberapa kota di Indonesia hampir semua unjuk rasa berakhir dengan ricuh secara besar-besaran.
Sentimen sebagian orang terhadap kehadiran anak-anak SMA/STM di panggung demokrasi ini pun akhirnya mendadak jadi negatif. Beberapa pihak menyayangkan keberadaan mereka dan melabeli anak-anak SMA/STM tersebut hanya sebatas ikut-ikutan tanpa mengetahui substansi yang sedang diperjuangkan. Padahal juga nggak ada salahnya lo jika mereka ingin bersuara, toh mereka juga salah satu elemen masyarakat.
ADVERTISEMENTS
1. Siapa tahu orang tua mereka buruh dan nggak bisa turun ke jalan, atau mungkin mereka merasa masa depan mereka juga terancam
Tudingan bahwa anak SMA yang cuma ikut-ikutan aksi langsung tersebut rupanya juga dibantah oleh berbagai pihak. Kita juga nggak tahu kan jika ternyata orang tua mereka adalah seorang buruh dan memang sedang nggak bisa turun ke jalan bergabung dengan massa lainnya. Lebih dari itu, gimana coba kalau mereka juga udah merasa jika masa depan mereka terancam nasibnya. Sebenarnya untuk memahami kemarahan publik kayak gini nggak perlu ribet-ribet lo.
ADVERTISEMENTS
2. Memangnya yang boleh merasakan marah itu cuma mahasiswa dan kaum pekerja? Pelajar juga boleh kok 😀
Kemarahan publik yang diakibatkan oleh kelakuan pemerintah yang dari hari ke hari semakin nggak jelas itu tentu dirasakan oleh banyak pihak. Nggak cuma dari kaum mahasiswa dan kaum pekerja aja yang bisa merasakan emosi tersebut, bahkan kaum pelajar pun juga boleh dan sah-sah aja. Lucu nggak sih rasanya, kalau kita melarang anak SMA merasa marah dengan kebijakan pemerintah cuma dengan alasan, “Memangnya kamu tahu apa!?” Toh, kita dulu juga belajar~
ADVERTISEMENTS
3. Terkadang kemarahan pelajar itu malah didasari oleh hati nurani lo
Kamu harus tahu jika emosi dan kemarahan pelajar itu terkadang muncul secara nggak spontan dan didasari hati nurani. Ketika mereka merasa ada sesuatu yang mengusik rasa tenangnya, mereka nggak akan kebanyakan mikir untuk melawan sesuatu tersebut. Apalagi anak SMA dan STM dari dulu memang udah terkenal solidaritasnya. Ibaratnya ada satu yang terjatuh, yang lain bakal lari untuk menolong temannya. Makanya nggak heran sih jika arus demonstrasi kali ini banyak banget diikuti sama kaum pelajar.
ADVERTISEMENTS
4. Kemampuan anak SMA dan STM melakukan back up kepada mahasiswa patut diacungi jempol, meski memang harus lebih dikontrol biar nggak terpancing provokasi
Banyak anak kuliahan yang megakui bahwa kemampuan anak SMA dan STM ketika melakukan taktik turun langsung di jalanan ini lebih baik dibandingkan dengan mereka. Apalagi jika situasi udah mulai semakin nggak kalem. Bukan masalah membenarkan tindak kekacuan lo ya, tapi memang pada faktanya seperti itu. Mereka ini pinter banget melindungi satu sama lain. Walaupun sebenarnya harus dikontrol lagi sih, karena nggak dimungkiri lagi di beberapa daerah situasi semakin rusuh gara-gara adanya pelajar yang ngotot banget buat di garda depan. Jiwa muda sih, ya~
ADVERTISEMENTS
5. Setidaknya juga biar mereka paham kalau negara ini nggak baik baik aja
Demonstrasi massa yang dilakukan berhari-hari ini seharusnya juga bisa menjadi ajang bagi banyak pihak. Jika mungkin kaum mahasiswa dan pekerja udah benar-benar tahu masalah apa yang sedang dihadapi di negara ini, apa salahnya sih jika pelajar juga ingin belajar tentang hal tersebut? Dengan turun langsung ke jalanan, setidaknya pelajar di seluruh Indonesia paham jika situasi negaranya sedang nggak baik-baik aja.
Mulai dari sekarang kalau ada anak SMA atau STM yang pada turun ke jalan ikut demonstrasi jangan pada dinyinyirin ya. Daripada kamu nyinyir, mending kasih arahan ke mereka gimana cara protes yang baik dan nggak merugikan orang lain. Yakin deh, meski kesannya garang, mereka juga bisa dan mau untuk dibimbing kok. 😀