Alasan sinetron tetap laris-manis, meski dibenci | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Sebelum kehebohan “Catatan Hati Seorang Istri”, sinetron Indonesia memang sudah dicap buruk oleh kebanyakan orang. Bukan hal mengejutkan, soalnya sinetron kerap sekali menayangkan adegan-adegan absurd sekaligus janggal yang bikin geleng-geleng kepala. Saking absurdnya, adegan sinetron benar-benar tidak terduga dan di luar nalar manusia. Ada saja keanehannya. Bahkan lebih dari hitungan jari, sinetron dilaporkan dan diprotes publik karena memuat adegan kurang mendidik.
Masih ingatkah soal adegan boneka Hello Kitty direbus? Ya, itu cuma secuil adegan saja. Sekelas sinetron populer “Ikatan Cinta” yang katanya membawa angin segar dalam pertelevisian Indonesia saja, masih menayangkan adegan medis dengan asal dan mengabaikan aturan kesehatan yang berlaku. Sinetron tentang ibu yang koma, lalu tiba-tiba sadar berkat TikTok pun tak kalah aneh dan ajaib.
Namun, sinetron tetap laris-manis hingga kini. Padahal kita sama-sama tahu, berapa banyak orang yang mengeluh karena kualitas sinetron yang rendah sekali. Kendati demikian, sinetron terus diproduksi dan jadi salah satu tayangan yang digemari di televisi dan mencetak rating tinggi. Jangan-jangan selama ini, diam-diam kita memang menyukai sinetron yang minim nilai positif, tapi dramatis sampai nyaris tak masuk akal?
ADVERTISEMENTS
Deretan sinetron Indonesia yang pernah diprotes publik dan ditegus Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Tidak layak ditonton dan kurang edukatif untuk anak-anak, sinetron sering banjir cemoohan. Publik memprotesnya dan ramai-ramai melaporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Masalah kualitas sinetron seperti ini sebenarnya masalah lama yang sampai sekarang belum terselesaikan. Walaupun KPI memberi sanksi pada pihak produksi sinetron yang dinilai tak layak, publik meminta dan mendesak kebijakan yang lebih konkret. Apalagi KPI selama ini lebih sering muncul belakangan setelah sinetron viral dan banyak aduan yang masuk.
Apa saja sinetron yang pernah diprotes publik dan ditegur KPI? Nah, ini daftarnya:
Di tengah jalan, sinetron “Kau yang Berasal dari Bintang” sempat dihentikan karena menjiplak drama Korea “Man from the Stars”. Padahal pihak produksi SBS belum menjual lisensi drama ke pihak mana pun
Memuat adegan tak senonoh, sinetron “Siapa Takut Jatuh Cinta” menerima teguran dan kritikan
Sinetron remaja “Ganteng-Ganteng Serigala” pernah mendapatkan kitikan pedas dari publik karena dianggap tidak mendidik, tahun 2014 lalu. Hampir setiap episode, sinetron ini diwarnai kisah cinta remaja dengan iringan adegan perisakan dan perkelahian
Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” pun tak luput dari kritikan publik dan teguran KPI. Gara-gara menampilkan dialog kurang pantas yang dinilai memunculkan persepsi buruk pada agama Islam
Selain 4 sinetron tersebut, masih banyak sinetron lain yang kena teguran dan kritikan. Mulai dari sinetron “Diam-diam Suka”, “Pashmina dan Aisha”, “Cuma di Sini”, sampai “Catatan Hati Seorang Istri” yang menuai kontrovesi beberapa bulan silam. Lantaran memakai pemeran anak di bawah umur dan mempromosikan isu poligami yang masih sensitif di mata masyarakat, pihak produksi diprotes habis-habisan sampai viral di dunia maya.
ADVERTISEMENTS
Kalau ditelisik lebih dalam, sinetron super dramatis bukan cuma ada di Indonesia. Negara lain pun memiliki tayangan soap opera yang mirip-mirip dengan sinetron
Jika Indonesia punya sinetron, maka Korea Selatan punya drama makjang. Penggemar drakor pasti nggak asing lagi dengan istilah ini. Dengan menonjolkan jalan cerita rumit dan mengandalkan plot twist, drama makjang membuat penonton emosi sampai ke ubun-ubun. Sepanjang episode, plot twist bertebaran di mana-mana sampai penonton nggak menyangka dengan alur ceritanya. “The Penthouse”, drama makjang paling populer akhir-akhir ini yang membuat penonton geram. Pasalnya banyak tokoh yang mati, tapi kemudian tiba-tiba hidup lagi.
India pun tak mau ketinggalan. Industri hiburannya memproduksi tayangan yang mirip dengan sinetron. Pernahkah kamu melihat adegan orang tersandung koper, lalu terjatuh dan masuk ke dalamnya? Entah apa yang dipikirkan pihak produksi, sampai-sampai bikin ide cerita super tidak masuk akal itu. Apalagi pemeran digambarkan terjebak di dalam koper dan terbawa oleh orang lain. Kok bisa, ya?
“Atau kamu pernah menonton adegan perempuan terdorong, lantas lehernya sampai terlilit kain? Parahnya nih, pemeran-pemeran yang lain cuma bengong saja.”
Kekonyolan-kekonyolan itu dengan mudah ditemukan dalam drama India. Baik drama Korea Selatan mauapun drama India, punya kesamaan dengan sinetron Indonesia. Tayangan tersebut lekat dengan cerita yang rumit dan kompleks. Karena jalan ceritanya terus berbelit-belit, episodenya pun sangat panjang sampai ribuan. Belum lagi plot twist yang mengejutkan dan sering kali menjengkelkan. Di negaranya, drama India dan Korea Selatan juga sering bikin penonton emosi. Tapi, sama dengan sinetron, tayangan itu tetap jadi favorit dan terus merajai tayangan di televisi.
ADVERTISEMENTS
Sinetron memang sering dicemooh, tapi kenapa terus diproduksi dan dinikmati?
Di balik ‘kebencian’ banyak orang, terutama anak muda pada sinetron, tayangan semacam ini tetap menghiasi layar kaca. Sampai detik ini, walaupun ceritanya dianggap buruk dan tidak berkualitas, sinetron tetap diproduksi. Anehnya lagi, penonton sinetron masih setia. Iklannya juga tetap ada, tanda industri masih membutuhkannya.
Apa sih yang menyebabkan keruwetan kualitas sinetron yang tetap digandrungi sampai hari ini? Apakah memang kita yang (diam-diam) suka jalan ceritanya atau ada penyebab yang sulit diurai?
Sistem kejar tayang menyebabkan kualitas sinetron yang buruk
Harus diakui, sinetron masih jadi tayangan yang populer. Demi memenuhi kepuasan penonton dan tentunya rating, pihak produksi dituntut untuk menghasilkan sinetron dalam waktu singkat. Dalam waktu 24 jam, penulis skenario, sutradara, dan semua orang yang terlibat, harus melakukan syuting untuk adegan yang tayang keesokan harinya. Tidak ada brainstroming yang matang, aktor yang mendalami karakter, atau pengembangan plot. Alhasil, pihak produksi membuat sinetron yang ala kadarnya, cerita yang luar biasa nyeleneh, tapi ampuh meningkatkan rating.
Beragam alasan di balik populernya sinetron | Illustration by Hipwee
Ceritanya yang bikin emosi justru jadi hiburan tersendiri
“Kenapa sih suka sinetron? Padahal udah jelas-jelas bikin emosi?”
Pertanyaan serupa juga kerap dilemparkan orang Korea Selatan dalam forum online mereka. Drama makjang dan sinetron punya tipikal yang sama; cerita pembunuhan, balas dendam, misteri kematian, sampai rahasia kelahiran. Semua itu ‘dibungkus’ dengan konyol, aneh, dan penuh plot twist yang sering bikin penonton naik darah. Meski dibuat emosi, mereka nyatanya tetap menonton setiap episodenya. Ternyata, efek setelah menonton yang menjadi penyebabnya. Saat menonton, mereka memang kesal dan marah karena terbawa jalan cerita. Tapi, mereka merasakan kelegaan dan rasa senang usai menontonnya. Efek relaksasi dan hiburan inilah yang mmebuta mereka terus menonton drama atau sinetron.
Klise, tapi cerminan realitas yang berisi pesan moral
Menukil Edira Putri dalam the Culture Trip, nilai-nilai yang diangkat dalam sinetron cenderung biasa, klise, dan bukan hal baru. Misalnya, nilai penghormatan pada orang yang lebih tua. Walaupun klise, nilai-nilai bermuatan pesan moral tersebut dekat dengan masyarakat. Isu-isu soal keluarga masih menjadi daya pemikat yang efektif. Apalagi di tengah masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi peran keluarga.
Sama halnya dengan sinetron religi. Walaupun dipenuhi adegan azab yang tak masuk akal, sinetron tetap menempati hati sebagian besar orang. Nilai-nilai agama yang dimaut pun sebenarnya klise, tapi nilai itulah yang jadi magnet. Sehingga orang tetap menontonnya.
Menggambarkan perjuangan kelas sosial yang dekat dengan kehidupan banyak orang
Perjuangan kelas sosial menjadi tema sentral dalam kebanyakan sinetron. Kisah sederhana tukang bubur atau tukang ojek menjadi pemikat. Ketika melihat sinetron, penonton seolah dekat dengan cerita tersebut. Realitas yang diangkat dalam layar kaca itu tak jauh beda dengan pengalaman sehari-hari para penonton. Secara tak langsung, mereka merasa terhibur.
Pada akhirnya, sinetron diprediksi masih akan jadi tonton yang digemari. Meski dibenci banyak orang, sinetron tetap belum kehilangan magnetnya untuk tetap disukai. Kalau kamu gimana, diam-diam masih suka nonton sinetron atau tidak?