Account Executive kini menjadi begitu populer dalam setiap bursa tenaga kerja. Dalam industri media dan komunikasi, Account Executive (AE) biasa bertugas menawarkan dan negoisasi iklan pada cara calon pengiklan. Sedangkan pada perusahaan lain, account executive mempunyai fungsi yang setara dengan marketing yaitu melakukan penawaran dan kerjasama pada klien.
Bagi seorang Account Executive, banyak bekerja dengan klien membuahkan banyak suka duka. Baik itu dari awal mula ia bekerja, hingga ia telah malah melintang di dunia itu. Lalu bagaimana suka duka terjadi? 12 poin berikut bisa kamu simak.
ADVERTISEMENTS
1. Saat menjadi jobseeker, kamu merasa pekerjaan back office membosankan. AE jadi favorit karena lebih banyak di luar kantor.
Banyak fresh graduate berjiwa bebas dan suka berpetualang, biasanya tak akan ragu memilih posisi ini. Maklum, anak muda masih menyukai kebebasan dan ingin lebih fleksibel mengatur waktunya. Dengan jobdesk yang mengharuskan sering ke luar kantor, kamu bisa sedikit-sedikit mencuri waktu untuk ketemu dan menjemput pacar, mampir ke toko, dan urusan lainnya. Target yang bejibun pun tak akan jadi pikiran.
ADVERTISEMENTS
2. Awalnya kamu sempat heran, kenapa persyaratan rekrutmennya harus berpenampilan menarik. Tapi ya sudahlah, coba aja dulu…
Menjadi AE sebuah perusahaan ternama memanglah membanggakan. Kelihatannya rapi, keren, dan bergaji besar. Tapi begitu melihat rekrutmen yang mengharuskan kamu berpenampilan menarik, kamu agak pikir-pikir. “Aku cantik gak ya?” “Aku ganteng gak ya?”
Tapi yang namanya cari kerja, nothing to loose. Lamar aja, siapa tahu beruntung. Nggak diterima, juga gak papa. Untuk kamu yang beruntung dan terpilih jadi AE, lambat laun akan paham kalau menjadi AE tidaklah harus ganteng dan cantik. Kamu hanya perlu berpakaian rapi, bersih, dan berperilaku baik.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu yang introvert, tiba-tiba shock. Tapi sebagai AE, mana ada waktu untuk linglung menghadapi klien yang masih asing?
Bekerja sebagai AE bukanlah perkara mudah untuk kamu-kamu yang terbiasa di zona nyaman. Setiap harinya, kamu harus menghadapi orang-orang asing di perusahaan penting untuk penawaran atau kerjasama. Kamu yang introvert atau belum berpengalaman menghadapi orang baru, pun dibuat linglung. Beberapa klien mungkin bisa membaca bahasa tubuhmu dan menanyakan padamu. Tapi, practice makes perfect. Sejalan waktu, jam terbangmu bertambah dan kamu semakin mahir menghadapi orang-orang penting itu.
ADVERTISEMENTS
4. Meski harus pertemuan dengan klien di tempat yang begitu terpencil, kamu tak perlu peta. Kepalamu adalah GPS!
Seiring jam terbangmu yang tinggi, kamu sudah terbiasa melakukan kegiatan lapangan ke mana saja. Hampir seluruh kota sudah kamu jelajahi demi mencapai target. Ketika ditanyai di mana letak kantor A, kamu sigap menjawab. Kemampuan otakmu menghapal arah dan jalan, bahkan sudah tidak dapat disamakan dengan peta. Otakmu sudah menjadi GPS tercanggih.
ADVERTISEMENTS
5. Ketika komplain dari klien menghampiri, berkelit dan menjelaskan alasan adalah keahlian kamu.
“Dengan adanya penawaran ini, kami tidak bermaksud untuk mengajak orang beramai-ramai merokok. Kami hanya memberikan pilihan terbaik bagi mereka-mereka yang memilih untuk merokok”
Salah satu tugas penting AE adalah presentasi produk atau layanan perusahaan kamu ke klien. Dalam pengalaman kamu menjadi AE, mungkin tak jarang klien meragukanmu karena melihat kompetitor kamu lebih unggul. Namun, bukan AE namanya jika tak mempunyai kemampuan membujuk yang mumpuni. Ketika komplain hadir pun, kamu mampu berkelit dan memberikan alasan-alasan yang kiranya masuk akal.
ADVERTISEMENTS
6. Apesnya, bos memunculkan program baru yang tak cocok dengan fakta di lapangan. Namanya bawahan, kebijakan macam apa pun akan kamu mainkan dan siasati secerdik kancil.
Selain melakukan penawaran dan kerjasama, AE juga menjadi mata-mata perusahaan untuk melihat kondisi pasar di lapangan. Apapun yang terjadi di lapangan, akan dipahami AE secara lebih peka. Selanjutnya, yang dilihatnya di lapangan akan disampaikan dalam forum. Dari situ, kamu berharap bos kamu memperhatikan masukan-masukan kamu untuk program yang lebih sesuai.
Sayang, si bos punya pertimbangan lain. Program yang kelihatannya tidak berhasil pun dicanangkan. Tapi AE sejati selalu menjalankannya dengan siasat cerdik, sehingga membuahkan hasil yang memuaskan.
7. Analisis mengenai untung rugi dan positif negatif itu sudah tertanam di luar otak AE. Saat menjalankan sebuah kerjasama, AE tidak akan pernah membiarkan perusahaannya merugi.
Barangkali ini sudah menjadi watak semua AE. Di tiap penawaran kerjasama yang datang kepadanya, otaknya langsung berputar hebat menimbang-nimbang setiap penawaran. Setiap detil kerjasama pun tak boleh ada yang luput untuk dipertanyakan hingga jelas. Setiap poin perjanjian kerjasama, dipastikan matang-matang agar tidak berat sebelah dan merugi.
8. Meskipun harus tiba sebelum kantor klien buka, AE itu paling sabar menunggu kliennya.
Target datang silih berganti. Kompetitor pun tak mau kalah saing. Demi mengatur target dan kompetitor, seorang AE pun paling rela menunggu kliennya. Entah menunggu klien selesai rapat, bertemu tamu, atau mandi. Bahkan jangan heran kalau seorang AE rela menunggu klien ketika usahanya belum buka. Itu sudah biasa.
9. Kamu iri dengan kawanmu yang bisa santai pada akhir pekan. Buat AE, Sabtu Minggu libur itu mitos!
“Halo, Pak. Saya Bejo dari perusahaan kontraktor yang kemarin datang. Untuk deal kerjasamanya, kita bisa ketemu kapan ya?”
“Duh, jangan hari ini. Hari ini sampai jumat, saya ke Jakarta. Sabtu atau Minggu aja, ya Mas. Senin saya balik Jakarta lagi”
Karena AE berkewajiban mencari klien, tak mengherankan ia harus mengikuti jadwal klien. Meski tak semua dan tak selalu, banyak di antara para AE yang pernah bekerja di luar jam kerja. Tak terkecuali akhir pekan. Mereka harus melakukan janji pertemuan dengan klien tersebut karena sibuk atau sulit ditemui di waktu dan hari kerja. Jika tidak, target tak tercapai, bonus pun tak teraih. Waktu dengan keluarga tak pelak dikorbankan demi profesionalitas.
10. Meski terkadang melelahkan, kamu sadar kalau pekerjaanmu membawa channel-channel bermanfaat untuk masa depan kamu.
Banyak melakukan penawaran dan kerjasama ke perusahaan-perusahaan, AE dipaksa untuk mengenal bagian-bagian penting dalam perusahaan. Misalnya bagian marketing, PR, supervisor, bahkan owner. Berhubungan dengan mereka pasti membuatmu grogi pada awalnya. Namun jika sudah terbiasa, jalinan kamu dengan orang-orang penting tersebut pasti akan tercipta. Kamu pun mendapatkan channel-channel penting yang suatu hari bisa dimanfaatkan. Siapa tahu kamu kemudian akan direkrut dalam perusahaan milik artis ternama, jika kinerjamu optimal?
11. Menjadi AE secara gak langsung melatih kamu untuk melatih kesabaran dan mengontrol emosi.
Semakin waktu, semakin banyak pula tantangan yang kamu hadapi ketika bekerja sebagai AE. Tentunya komplain yang kamu terima dari klien atau kengeyelan dari bos sudah terbilang lumrah. Kamu pun terlatih menjadi orang penyabar. Ketika bos kamu marah, kamu hanya akan diam. Ketika klienmu komplain, kamu akan tersenyum sambil menjelaskan dengan nada yang rendah. Semua tantanganmu membawa kamu dalam kematangan pribadi.
12. Meski waktu, pikiran, tenaga tercurah banyak, bayaran yang kamu terima setara dengan pengorbananmu.
Bukan rahasia lagi jika marketing (termasuk AE) merupakan pekerjaan yang menguntungkan. Ini karena AE merupakan ujung tombak masuknya dana ke perusahaan. Sumber pembiayaan perusahaan pun berasal dari kerja keras AE. Oleh karenanya, AE sering mendapatkan bonus menarik di luar gaji pokoknya. Tentu saja bonus ini memberikan kepuasan sendiri. Pekerjaanmu yang memakan banyak pengorbanan pun terasa setara.
Demikianlah suka duka yang kerap dialami seorang Account Executive. Meski sulit pada awalnya, bagi yang tekun pun akan memetik buah kesuksesannya di suatu waktu. Semangat terus untuk para Account Executive!