Pernah nggak sih, lagi asyik menonton televisi tiba-tiba fokusmu bubar karena melihat upaya sensor televisi yang berlebihan? Bukannya jadi aman dari pikiran macam-macam, kamu justru berpikiran terlalu jauh dan semakin penasaran dengan gambaran visual tayangan tersebut seandainya ditampilkan tanpa sensor. Kalau kamu memiliki pemikiran yang demikian, tenang, kamu nggak sendirian. 😀
Banyak sekali kasus upaya sensor televisi yang berupa blur malah bikin banyak orang semakin salah paham. Nggak jarang ada yang protes soal urgensi suatu televisi melakukan blurring terhadap tayangan. Ingat nggak sama atlet renang di PON yang malah disensor hampir seluruh tubuhnya? Tindakan ini kemudian jadi sorotan dan memunculkan kontroversi lho. Nggak semua sensor yang dilakukan oleh televisi berdasarkan kewenangan atau perintah KPI, justru kebanyakan upaya blurring merupakan inisiatif yang dilakukan oleh siaran televisi. Wah, tapi kalau berlebihan, apa perlu?
Coba deh kamu simak uraian Hipwee Hiburan berikut tentang sensor atau blur dari stasiun televisi yang seringnya dinilai berlebihan. Kamu bisa menilai sendiri, sebenarnya perlu nggak sih blur berlebihan ini? Karena seringnya, adegan yang bikin berpikiran macam-macam malah lolos dan ditayangkan secara bebas lho.
1. Ketika berita cabang olahraga air tapi seluruh badan atletnya diblur, jadi pada ribut skala nasional nih
2. Acara Putri Indonesia 2016 juga sempat jadi buah bibir, karena penonton disajikan tayangan penuh sensor. Sampai sensornya menutupi busana dan sebagian wajah peserta sih
3. Terkadang sensor yang dilakukan oleh siaran televisi juga nggak tepat. Kalau gambar yang mengedukasi malah diblur semua, kita jadi belajar apa? -__-
4. Bahkan tokoh kartun Sandy Chicks yang tampak mengenakan bikini juga disensor. Memang seseksi itu, ya, sampai bikin orang jadi ingin berbuat mesum? -_-
5. Bukannya terhindar dari pikiran yang aneh-aneh, lihat Sizuka di kartun Doraemon diblur justru mengundang rasa penasaran. Semakin ambigu jadinya …
6. Suatu tayangan yang bisa mengedukasi anak-anak malah semakin membuat penasaran dan bertanya kepada orang tua, “Mengapa bagian tubuh hewan bisa kena sensor?”
7. Niatnya sih mau protektif dan memperbaiki kualitas tayangan buat semua umur, tapi kalau mesin atau robot juga disensor, kan, bikin nggak habis pikir …
8. Ngaco nggak sih kalau tayangan tentang situs budaya malah disensor begini? Padahal cuma patung lo …
9. Kalau setiap senjata jadi bahan sensor dan diblur, nggak ada gunanya deh nonton film action dan kartun yang banyak berantemnya di televisi
10. Bahkan dada cowok juga diblur, padahal nggak ada belahannya sama sekali. Gimana cara orang tua menjelaskan ke anak-anak, ya, kalau objek tersebut harus disamarkan?
Rasanya memang nggak semua tindakan preventif buat memperbaiki kualitas tayangan itu berjalan mulus layaknya yang diharapkan masyarakat. Sensor tayangan saja kadang menimbulkan kesalahpahaman yang berujung rasa penasaran. Sebaliknya adegan-adegan sinetron yang kerap kali mengandung unsur 17+ justru banyak yang lolos lho. Ketika sinetron memberikan contoh yang kurang baik, justru makin rawan ditiru oleh generasi penerus bangsa ini. Jadi baiknya gimana nih?!