Ngomongin soal Descendant of The Sun emang nggak ada habisnya. Serial Korea yang satu ini bikin beberapa penikmatnya gagal move on. Perpaduan gantengnya Oppa Song Joongki dan cerita yang menghanyutkan memang susah disangkal pesonanya.
Setelah serial ini habis kita pun mulai galau mencari tontonan yang sama kerennya. Mantengin drama Korea lain kok ya rasanya belum sreg. Lihat serial Barat atau film Indonesia juga kurang greget rasanya. Hidupku, mau dibawa ke mana hidupku?
Seandainya saja sutradara-sutradara di luar sana mau melirik untuk memfilmkan novel-novel ini, sesungguhnya kesuksesan Descendant of The Sun bisa diulang lagi. Menyentuh buat para tuna asmara, bikin kita baper dan susah lupa.
ADVERTISEMENTS
1. Dilan (Pidi Baiq). Bagai Song Joong Ki, kamu akan dibuat jatuh cinta berkali-kali
“Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja.”
Jangan ngaku kekinian kalau belum baca Dilan! Tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan novel karya Pidi Baiq yang bercerita tentang kisah anak SMA di tahun 90-an ini. Yang jelas setelah kamu mengenal sosok Dilan kamu akan jatuh cinta mati padanya dan membaca novel ini sambil super baper senang, sedih, gemes, campur aduk. Seandainya Dilan difilmkan oleh aktor yang sesuai dan jalan ceritanya sama pasti kamu akan lebih baper dibandingkan menonton Descendant of The Sun deh! Serius!
ADVERTISEMENTS
2. Memfilmkan Critical eleven (Ika Natassa) akan membuatmu lega karena cinta yang sempurna tak pernah ada
“Waktu adalah satu-satunya hal di dunia ini yang terukur dengan skala sama bagi semua orang, tetapi memiliki nilai berbeda bagi setiap orang.”
Menceritakan tentang dua sosok yang cukup sempurna dalam berbagai sisi kehidupannya yang kemudian tiba-tiba mendapatkan sisi gelap yang sulit mereka selesaikan. Cinta yang tiba-tiba menjadi hambar tanpa rasa akan membuat novel ini menjadi film bergenre romantis yang siap menyusul kesuksesan Ada Apa dengan Cinta, sebelum difilmkan siap-siap baca novelnya dulu yuk!
ADVERTISEMENTS
3. Film cerita cinta yang cerdas dan romantis di saat yang sama jelas bisa didapat dari Bumi Manusia, Pramoedya
“Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh laki-laki untuk aku Cintai.”
Siapa yang tak mengenal Pram, satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah menjadi kandidat pemenang nobel sastra. Karyanya sudah diterjemankan ke puluhan bahasa di dunia dan Bumi Manusia adalah salah satu karya terbesarnya. Kisah cinta Annelis dan Minke bukan hanya sarat akan makna dan nasehat tapi juga akan membuat kamu resmi baper selama membacanya. Rumor novel ini akan difilmkan sudah berhembus sejak tahun lalu, tapi hingga kini belum ada gaungnya lagi.
ADVERTISEMENTS
4. Film tentang jarak yang tak membunuh. Bisa banget diambil dari novel Pulang
“Aku tak ingin berakhir seperti mereka, saling mencintai. Lantas kehilangan dan kini mereka hanya mengenang dan merenung dari jauh.”
Tak hanya best seller, novel ini juga sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa asing. Walaupun mengambil latar yang sangat dekat dengan sejarah bangsa yang masih abu-abu hingga kini yaitu G 30S PKI, Pulang juga menyuguhkan cerita cinta yang luar biasa. Tentang masa muda yang penuh gairah hingga begitu menyakitkan hadir dalam berbagai karakter tokoh. Kamu akan larut dalam karakter tiap tokoh, ah seandainya saja Pulang difilmkan, pasti makin baper!
ADVERTISEMENTS
5. Perpaduan romantis dan cerdasnya kisah non fiksi bisa didapat dari Gelombang-nya Dee
“Engkau membuatku putus asa dan mencinta pada saat yang sama”
Jika sebelumnya film Supernova tergolong tidak sekuat novelnya, sepertinya serial lain dari Supernova terutama novel Gelombang patut dicoba kembali untuk menjajaki dunia perfilman. Tulisan-tulisan Dee yang selalu berbasis riset mendalam cukup kuat untuk dijadikan skenario film. Salah satu yang sukses tentu kita belum melupakannya, yaitu filosofi kopi. Kalau Dee ikut turun langsung membuat skenarionya sepertinya serial Supernova lain bisa berhasil.
ADVERTISEMENTS
6. Paduan cerita cinta penuh intrik, rumit, dan menegangkan bisa didapat dari Saman
“Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong. Tapi yang terjadi disini adalah asmara, yang mengosongkan sesuatu yang semula ceper. Dengan rindu. Belum tentu nafsu.”
Saman, lakon utama dalam novel ini memang cukup rumit kisah cintanya. Selain itu novel ini agak “tingkat tinggi” karena mencampuradukkan berbagai sisi kehidupan baik politik, budaya, dan cinta dalam satu cerita yang kompleks. Tapi justru kerumitan inilah yang akan membuatmu terus berpikir selama membacanya. Seandainya novel ini difilmkan, penulis skenarionnya harus benar-benar nggak boleh kecolongan satu dialog pun dari kalimat-kalimat luar biasa di novel ini.
7. Seandainya novel Jodoh Fahd Pahdepie difilmkan, pasti kita-kita ini merasa terwakili
“Siapa yang bisa menahan takdir cinta yang mendatangi hidupnya dengan cara yang tak pernah direncanakan”
Fahd Pahdepie dikenal sebagai novelis yang tulisan-tulisannya cenderung ringan dan mengena, begitu pula dengan novel Jodoh ini. Ceritanya riingan tapi penuh perjuangan dan perjalanannya membuat kalian membayangkan jika itu terjadi dalam hidup kalian. Fahd memang paling pandai membuat quote-quote yang bisa banget dibuat status facebook.
Film dari novel ini tentunya akan sangat menarik apalagi buat jomblo-jomblo yang tak kunjung berjodoh dengan tulang rusuknya. Sabar ya, semoga segera ada produser yang membuatnya.