Apakah kamu punya alat kelamin?
Ups, terlalu vulgarkah pertanyaannya?
Tidak juga, ya. Nyatanya ada lho wanita yang terlahir tanpa alat kelamin. Hal seperti ini memang tergolong langka dan dikenal dengan sebutan mullerian. Eits, tetapi yang akan dibahas kali ini bukan soal alat kelamin. Melainkan ungkapan tentang bagaimana menjaga agama juga bisa dipandang seperti menjaga alat kelamin.
Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu deh sebelum membaca artikel Hipwee kali ini sampai selesai. Yuk lebih baik simak dengan teliti penjelasan berikut ini!
ADVERTISEMENTS
1. Punya alat kelamin sempurna bikin kamu patut bangga, begitu pula dengan agama. Sah-sah aja kok kalau kamu membanggakan agamamu.
Ada lho orang yang dilahirkan dengan kondisi alat kelamin yang kurang sempurna. Bahkan tak jarang pula ditemukan kasus anak-anak yang berkelamin ganda. Kasihan sekali kan mereka yang sejak lahir tak berkesempatan punya alat kelamin secara lengkap. Alat kelamin yang kurang sempurna bisa direkonstruksi agar menjadi lebih fungsional seiring dengan berjalannya waktu.
Seperti layaknya alat kelamin, agama juga menjadi anugerah yang diberikan Sang Pencipta pada manusia. Kamu pun boleh saja berbangga jika merasa agama yang kamu punya itu sempurna. Yang penting, ini tak dijadikan alasan untuk merendahkan agama yang orang lain punya.
ADVERTISEMENTS
2. Agama (dan alat kelamin) adalah anugerah untuk membantu mendefinisikan jati diri.
Kamu lelaki atau perempuan?
Tak perlu membuka celana atau rokmu dulu untuk menjawab pertanyaan seperti itu. Lagi pula orang kurang kerjaan mana yang akan menanyakan hal seperti itu, ya. Memang sih dari penampilanmu orang sudah bisa menafsirkan jenis kelaminmu. Biasanya, yang wanita akan berdandan secara feminin dengan rambut panjang, wajah penuh makeup, dan pakaian yang cantik. Sedangkan lelaki lebih memilih gaya maskulin untuk menunjang paras yang tampan.
Alat kelamin adalah salah satu identitas diri. Ketika orangtuamu mengenal jenis kelaminmu sejak lahir, barulah mereka akan mulai mendandanimu. Mereka akan mengajarimu tentang cara memantaskan diri sejak kecil.
Nah, identitas diri lainnya yang kamu miliki adalah agama. Sebagai sebuah bentuk identitas, agama akan menjadi salah satu hal yang terpampang nyata di kolom KTP serta digunakan ketika kamu mendaftar masuk sekolah atau sejumlah keperluan administrasi lainnya.
ADVERTISEMENTS
3. Sama seperti agama, kamu gak hanya bisa bergaul dengan orang-orang yang berkelamin sama seperti kamu. Carilah teman sebanyak dan seberagam mungkin.
Jenis kelamin memang bukan hanya satu. Setiap hari kamu bisa bertemu dengan lawan jenismu secara bebas. Ada kakak atau adik, teman sekolah, sahabat, tukang batagor di sekolah, atau tukang pulsa langgananmu. Mereka tentu tak hanya perempuan atau laki-laki saja.
Berteman dengan mereka yang jenis kelaminnya berbeda denganmu akan membuatmu bisa memelajari banyak hal baru. Demikian pula jika kamu bergaul dengan yang agamanya berbeda darimu. Sebab hubungan sosial dan persahabatan tidak mengenal perbedaan agama. Justru dari hubungan dengan mereka yang agamanya berbeda denganmu, kamu akan mempelajari banyak hal tentang tenggang rasa dan nilai-nilai kebajikan.
ADVERTISEMENTS
4. Kelamin bukanlah alat vital namun bukan berarti gak penting bagi kehidupan.
Alat kelamin itu bukan alat vital. Serius, deh. Menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, kata vital diartikan sebagai sesuatu yang sangat penting (untuk kehidupan, dsb). Jadi yang lebih pantas disebut sebagai alat vital itu ya jantung, paru-paru, dan ginjal. Tidak punya alat kelamin yang lengkap tak akan membuat kamu mati seketika. Tetapi pasti ada sesuatu yang terasa kurang. Karena tanpa alat kelamin, kamu tak bisa bereproduksi.
Agama juga begini. Saat kamu memutuskan untuk tidak memiliki agama, kamu pasti tidak akan mati karenanya. Kamu tetap hidup, namun hidupmu akan berbeda. Banyak orang hanya bisa bahagia jika mereka memiliki agama. Tanpa agama, hidup mereka akan terasa hampa.
ADVERTISEMENTS
5. Ingat, tak perlulah teriak-teriak di jalan sambil mengumbar-umbar alat kelaminmu.
Hati ini kalut rasanya kala melihat sesosok orang yang terguncang jiwanya melintas di hadapan. Lebih kacau lagi jika dia yang melintas tiba-tiba memeloroti celananya di depan kamu. Ih, kamu pasti jijik dan langsung menjauhkan diri dari orang tersebut.
Ya, orang yang menunjukkan kelaminnya di tengah keramaian dengan perasaan bangga memang aneh. Sama anehnya dengan orang yang sering berbuat onar di jalan atas nama agama. Kalau demonstrasi sih wajar, tapi apa perlu kalau sampai berbuat onar? Sampaikan saja aspirasimu secara santun dan terpelajar. Jangan sampai kamu disamakan dengan sosok tak waras yang menunjukkan alat kelaminnya sambil berteriak-teriak di keramaian.
ADVERTISEMENTS
6. Dan yang terpenting lagi, jangan memaksa orang lain untuk memeluk alat kelaminmu
Alat kelamin merupakan salah satu organ tubuh yang sifatnya privasi. Tidak ada yang diperbolehkan untuk memegangnya, kecuali dirimu sendiri. Atau mungkin dokter yang memang harus melakukannya untuk tujuan diagnosis kesehatan. Anak kecil saja sekarang sudah mulai diberikan pendidikan seks sesuai usianya. Bahwa tidak ada orang yang boleh memegang alat kelaminnya untuk kepentingan apa pun.
Alat kelamin memang menjadi lambang kehormatan bagi manusia. Sama halnya seperti memiliki agama. Hendaknya tak kamu paksakan orang lain untuk memeluk agamamu. Karena setiap orang punya hak dan kebebasannya sendiri untuk memilih agamanya. Biarkan kehidupan orang lain berjalan secara natural tanpa maksud untuk memaksakan sesuatu kepada mereka.
Tuhan memang satu, hanya kita saja yang tak sama. Sesungguhnya semua agama punya nilai kebaikan masing-masing. Hanya terkadang perilaku para penganutnya saja yang agak keliru dan wajib untuk dibenahi kembali. Hal ini yang sering menyebabkan munculnya stereotip negatif pada agama tertentu. Jadi, lakukanlah yang terbaik untuk agamamu. Sama seperti kamu merawat alat kelaminmu. Selamat mencoba!