Genre film horor sedang digandrungi oleh pencinta film Indonesia. Capaian jumlah penonton film Jailangkung, Danur, dan Pengabdi Setan dapat kita jadikan tolok ukurnya. Selain adegan seram yang sanggup membuat kita menutup mata, film horor juga identik dengan lagu pengiring yang membuat bulu kuduk merinding.
Kesuksesan film horor kerap menularkan lagu yang terus diingat oleh penontonnya. Seperti beberapa lagu ikonis berikut ini yang tentu saja sudah sangat familiar di telinga kita. Namun, ada beberapa cerita di baliknya yang belum banyak orang tahu loh. Berikut kisah di balik 5 lagu ikonis film horor Indonesia yang perlu kamu ketahui.
ADVERTISEMENTS
Sinetron tahun 2000-an yang wajib jadi tontonan selepas Maghrib. Meskipun nada dan lirik pembuka terkesan horor, namun sebenarnya ini lagu galau loh
Tembang milik Utopia ini merupakan pengiring untuk serial Di Sini Ada Setan yang hits pada 2003 lalu. Kesuksesan serial horor ini membuat Di Sini Ada Setan diangkat ke layar lebar. Namun, apabila dicermati lirik lagunya, lagu ini adalah kisah percintaan yang nggak berbalas. Jauh dari hal-hal mistis. Kalau masih nggak percaya, tonton saja video klip aslinya. Kalaupun ada hal yang seram, boleh jadi itu adalah komposisi pembuka lagu yang terkesan “horor”.
ADVERTISEMENTS
Lagu Jelangkung yang selalu berubah di tiap filmnya. Alasan perubahannya cukup membuat kita merinding!
Jelangkung, Jelangkung, di sini ada pesta, pestanya kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar~
Lagu tersebut dipopulerkan pada film Jelangkung karya Rizal Mantovani tahun 2000. Kalau dicermati, lagu yang sekaligus mantra pemanggil arwah ini terjadi perubahan di sekuel film Jailangkung (2017). Ya, perubahan itu ada dua bait akhir lagu tersebut. Menurut Jose Poernomo (Sutradara Jailangkung bersama Rizal Mantovani), perubahan tersebut berangkat dari cerita salah satu orang yang datang menemui mereka dua tahun setelah film Jelangkung ditayangkan.
“Akhirnya ada satu orang yang spesifik cerita, bahwa mantra ‘datang tak dijemput, pulang tak diantar’ itu hasil revisi supaya main jelangkung nggak perlu mengantar pulang. Jadi mantranya diamankan,”
Dalam film Jailangkung (2017), mantra berbunyi, ‘datang gendong, pulang bopong’.
“Dulu (sebelum revisi) bagaimana? Datang gendong, pulang bopong. Pasti datang katanya. Dicoba (dan berhasil). Itu pertama kali saya lihat jelangkung gerak sendiri nggak dipegang. (Kenangan) itu nggak bisa ilang. Datang gendong, pulang bopong,” ungkap Jose.
ADVERTISEMENTS
Lagu ini dikenal dapat memanggil “mbak berbaju putih” dengan ketawanya yang khas. Konon, lagu ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, namun bukan untuk memanggil arwah
Lingsir Wengi (Menjelang Tengah Malam) – Versi Sunan Kalijaga
Lingsir wengi (saat menjelang tengah malam)
Sepi durung biso nendro (sepi tidak bisa tidur)
Kagodho mring wewayang (tergoda bayanganmu)
Kang ngreridhu ati (di dalam hatiku)Kawitane (permulaanya)
Mung sembrono njur kulino (hanya bercanda kemudian terjadi)
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno (tidak mengira akan jadi cinta)Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi (kalau sudah saatnya akan terjadi pada diriku)
Nandang bronto (menderita sakit cinta)
Kadung loro (terlanjur sakit cinta)
Sambat-sambat sopo (aku harus mengeluh kepada siapa)
Rino wengi (siang dan malam)
Sing tak puji ojo lali (yang saya cinta jangan lupakan ku)
Janjine mugo biso tak ugemi (janjinya kuharap tak diingkari)
Sebenarnya, Lingsir Wengi merupakan syair yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan digunakan untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, di mana lagu ini sering dibawakannya saat pagelaran wayang kulit. Selain itu, lagu ini juga memberikan nasihat agar manusia mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Lagu ini secara tersirat, merupakan sebuah doa yang bertujuan untuk meminta keselamatan dari segala penyakit dan penolak bala dari gangguan makhluk halus.
Tapi seiring berjalannya waktu, lagu Lingsir Wengi sering digunakan sebagai lagu pengantar tidur oleh ibu-ibu zaman dulu untuk anak mereka. Sayangnya, entah ini penafsiran dari mana, hingga yang berkembang sekarang (lirik dan makna berubah) menjadi pengundang mahkluk halus.
ADVERTISEMENTS
Siapa yang masih ingat dengan Asih dan Peter dalam film Danur? Ada cerita di balik lagunya yang bisa membuatmu merinding loh!
Boneka Abdi – Danur: I Can See Ghosts
Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka
Teu kinten saena sareng lucuna
Ku abdi di erokan, erokna sae pisan
Cing mangga tingali boneka abdi
Lagu band Sarasvati ini diciptakan oleh Risa Saraswati, sang vokalis. Ia punya kemampuan berkomunikasi dengan makhluk gaib dan bersahabat dengan hantu anak-anak di zaman kolonial. Menurut Risa, lirik dalam lagu ini digemari oleh anak-anak Belanda yang dulu tinggal di Indonesia. Oleh karena itu, Risa dan ‘kawannya’ sepakat menggunakan lagu Boneka Abdi sebagai kode kalau pengen bermain bersama. Kisah pertemanan Risa itu diangkat dalam film Danur: I Can See Ghosts.
ADVERTISEMENTS
“Di Kesunyian Malam” bumbu horor dalam film Pengabdi Setan. Namun banyak yang salah kaprah dengan lagu ini, apakah itu?
“Di kesunyian malam ini. Ku datang menghampiri…”. Itulah sepenggal lirik Kelam Malam, salah satu lagu tema atau soundtrack film Pengabdi Setan. Namun banyak yang salah kaprah tentang lagu ini. Joko Anwar mengungkap bahwa lagu itu bukanlah daur ulang dari salah satu hits era 1960-an berjudul Di Keheningan Malam yang dipopulerkan penyanyi lawas, Anna Mathovani.
Mulanya ia sempat terpikir untuk menggunakan Di Keheningan Malam sebagai soundtrack Pengabdi Setan, namun karena beberapa hal, akhirnya Joko pun memutuskan membuat lagu sendiri dengan inspirasi lagu milik Anna itu. Lalu digandenglah pasangan musisi Tony Merle dan Aimee Saras yang tergabung dalam duo The Spouse.
Lagu-lagu yang selama ini terus terngiang di kepala kita ini ternyata menyimpan banyak cerita, yang nggak melulu berkaitan dengan hal-hal mistis.