Ingat nggak saat kita masih harus menabung buat membeli album kaset di toko musik? Sekarang, cara orang mendengar musik sudah berubah. Remaja sekarang mungkin nggak pernah membeli album berbentuk kaset atau CD (mereka juga mungkin nggak ngerti korelasi antara pita kaset dan pulpen Pilot). Hilang juga rasa penasaran saat membaca lirik di sleeve album sebelum memutar kaset atau CD-nya di rumah. Daripada membeli satu album utuh, masyarakat sekarang lebih memilih mengunduh 1-2 hits single di internet.
Dampaknya, banyak artis yang jadi malas mengerjakan album mereka dengan serius. “Lebih praktis bikin 1-2 lagu yang udah pasti jadi hits — sisanya sih tergantung inspirasi…” Mungkin itu cara berpikir mereka kini. Tapi, masih ada juga kok musisi yang peduli pada kesempurnaan mutu sebuah album. Layaknya The Rolling Stones dengan Exile on Main St. (1972) atau The Beatles dengan Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band (1967), musikus-musikus ini menumpahkan seluruh hasrat, ide, dan ego mereka saat itu dalam pengerjaan album mereka.
Hasilnya? Album-album terbaik dari abad ke-21 yang seharusnya sudah kamu dengar sejauh ini.
ADVERTISEMENTS
1. U2 – All You Can’t Leave Behind (2000)
Setelah bertahun-tahun terjebak dalam postmoderinisme, elektronika, dan kacamata warna-warni di era 90-an, U2 kembali ke jati dirinya: band rock yang bisa menghentakkan arena dan stadion di seluruh dunia. Lagu-lagu seperti “Elevation” dan “Beautiful Day” jadi buktinya. “Kami melamar kembali pekerjaan sebagai band terbesar di dunia,” ungkap Bono ketika dimintai komentarnya atas album ini.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Dewa – Bintang Lima (2000)
Setelah perpecahan band tersebut di tahun 1997, banyak yang mengira Dewa sudah tamat. Namun, membuat lagu cinta kelas wahid memang tak pernah jadi masalah bagi band ini (baca: Ahmad Dhani). Terbukti album ini menjadi kebangkitan Dewa dengan lagu-lagu cinta yang terpengaruh dari karya-karya Khalil Gibran. Fakta bahwa album ini juga adalah debut bagi dua personil baru Dewa — yaitu Once dan Tyo Nugros — tidak menjadi masalah bagi kualitasnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Daft Punk – Discovery (2001)
Jauh sebelum ada istilah Electronic Dance Music (EDM), techno, house dan segala tetek bengeknya, duo robot asal Perancis ini udah membawa musik dari ‘masa depan’ ke telinga kita — lengkap dengan beat konstan, suara robot, dan helm. Mulai dari Kanye West, Pharrell Williams hingga Skrillex terpengaruh oleh musik yang mereka mainkan.
4. The Strokes – Is This It? (2001)
Tahun 2000 baru dimulai ketika MTV dan stasiun radio sepakat bilang kalau rock ‘n’ roll udah mati. Lalu muncullah 5 pemuda ini dengan lagu yang didukung fondasi distorsi gitar. Mungkin ini berlebihan, tapi mungkinkah ini album yang menyelamatkan rock ‘n’ roll abad ini?
5. Padi – Sesuatu Yang Tertunda (2001)
Album yang direkam secara analog di Surabaya ini menjelma menjadi salah satu album rock terlaris di Indonesia. Selain sukses secara komersil (terjual 2 juta kopi), Padi juga mendapat aliran pujian dari berbagai pengamat musik. Album ini pun meraih penghargaan di AMI 2001, Anugerah Industri Muzik Malaysia 2001 dan MTV Asia Awards 2002.
6. Coldplay – A Rush of Blood To The Head (2002)
Di awal 2000-an, pengusung musik britpop cuma bisa menjiplak apa yang udah dilakukan Radiohead. Tapi album kedua Coldplay ini benar-benar beda dari musik britpop sebelumnya. Lagu “God Put A Smile Upon Your Face”, misalnya, seperti menantang “Ok-Computer” milik Radiohead. Namun Coldplay gak berkutat di tema-tema gelap aja. Buktinya ada pada melodi “The Scientist”, yang membawa kita mengingat “Yellow” sekali lagi.
7. Beck – Sea Change (2002)
Sea Change adalah momen dimana penyanyi ini patah hati dan menggali emosi gelap dari dalam dirinya. Beck bikin istilah ‘galau’ menjadi gak punya arti dihadapan lagunya yang berjudul “Lost Cause”. Dengan deretan gubahan yang lambat, gelap, dan berorientasi akustik, kita hampir sulit percaya kalau dia dulu pernah menyanyikan “Loser” dan “Where It’s At” yang melodinya riang.
8. Superman Is Dead – Kuta Rock City (2002)
Superman Is Dead (SID) menepis anggapan bahwa mereka udah selling out ketika bergabung dengan label besar Sony BMG. Terbukti di album ini mereka tetap raw, lantang dan lugas mengkritik MTV. Lewat album ini, SID mulai didengar oleh penikmat musik di seluruh Indonesia. Album ini juga berjasa menciptakan fanbase yang sangat kuat dan bertahan hingga hari ini.
9. The White Stripes – Elephant (2003)
Jack dan Meg mungkin memulai karirnya dengan tiga album garage rock yang minimalis: hanya diisi oleh vokal, gitar, dan drum. Tapi mereka membawa band ini ke level yang lebih tinggi ketika merilis Elephant. Dengan sound baru menggabungkan unsur blues, punk, dan folk, album ini menjadi komplit dengan nada yang mudah diterima.
10. Jay Z – The Black Album (2003)
Album ini sempat disebut-sebut sebagai album “pengunduran diri” Jay-Z dari dunia musik. Ternyata, hingga sekarang pecinta hip-hop bisa bernafas lega karena rapper ini terus berkarya. The Black Album diisi oleh lagu-lagu yang gak hanya bisa dinikmati penggemar hip-hop, namun juga pecinta musik secara luas. Kamu pasti siap berteriak “I’ve got 99 problems but b*tch ain’t one” tiap kali “99 Problems” diputar di radio, ‘kan?
11. Green Day – American Idiot (2004)
Green Day nggak mau selamanya terjebak dalam buaian kesuksesan album Dookie (1994). Mereka pun meninggalkan jurus lama punk 90-an dan beralih menjadi anak punk yang dewasa. Salah satu cirinya adalah ketidakseganan mereka dalam bicara soal politik.
Album ini bersifat epik: lagu-lagu yang dikumpulkan di dalamnya sebenarnya menceritakan satu narasi utuh. Beberapa lagu pun digarap tak main-main — misalnya saja “Jesus of Surburbia” yang berdurasi hingga 9 menit. Wajar jika album ini sering disebut sebagai salah satu album terbaik di era-nya.
12. Sore – Centralismo (2005)
Centralismo dalah album debut dari band indie asal Jakarta ini. Sambutannya pun gemilang: majalah TIME Asia bahkan mengakui album ini sebagai salah satu album musik dari Asia yang patut dibeli. Penggunaan vibraphone, mellotron dan terumpet membawa kita ke era pop 50-an hingga 60-an ketika mendengarkan album ini.
13. Amy Winehouse – Back To Black (2006)
Ada yang lebih dalam daripada suara serak penyanyi ini: perasaan yang dia coba suarakan lewat musik. Kemunculannya membangkitkan lagi scene musik R&B tradisional. Attitude dan gaya nyelenehnya membuka jalan bagi bintang pop ‘aneh’ seperti Lady Gaga dan Lilly Allen untuk masuk ke arus utama.
14. LCD Soundsystem – Sound of Silver (2007)
Album ini menangkap ketidakjelasan dan segala disorientasi yang dihadapi anak muda yang sedang dalam tahap menuju kedewasaan. Sangat cocok untuk menemani kamu ketika lagi termenung memikirkan hidup di dalam kamar kos sempit yang baru kamu tempati.
15. Metallica – Death Magnetic (2008)
Ini bukan album terbaik mereka, namun akan selalu menjadi salah satu yang dicintai fans. Mungkin karena album ini jauh lebih baik daripada usaha latah mereka menyikapi nu-metal pada St. Anger (2003). Distorsi tetap membahana dan hey…gitar solo kembali pada tempatnya.
Banyak yang bilang album ini terlalu keras, mungkin karena mereka belum khatam Kill ‘em All (1983).
16. The xx – The xx (2009)
Pada album debutnya, band asal London ini membuat musik elektronik yang bertempo lambat, dingin, dan berbicara lugas soal seks. Walaupun begitu, majalah Rolling Stone tetap memasukkan album ini ke dalam daftar ‘100 Album Debut Terbaik’ mereka. Lumayan buat band yang menggunakan mesin untuk mengisi bebunyian drum-nya.
17. Kanye West – My Beautiful Dark Twisted Fantasy (2010)
Kanye telah menelurkan 7-8 album sejak debutnya, namun album yang satu ini yang pantas diberi perhatian lebih. Kesuksesan, cinta, kehilangan, dan kehidupan sebagai selebriti ternama: seluruhnya dimasukkan ke dalam satu album yang menggambarkan hasil kerja keras Kanye ini. Bagi kamu yang berniat sukses di jalur hip hop, ini adalah salah satu album yang wajib kamu dengarkan.
18. PJ Harvey – Let England Shake (2011)
Penyanyi dan penulis lagu Polly Jean Harvey menyikapi boroknya kondisi sosiopolitik modern yang terjadi di Inggris. Dengan lirik yang puitis dan melodi yang nikmat, hasilnya adalah sebuah album yang bisa ‘mengguncang’ negerinya.
19. Jack White – Blunderbuss (2012)
Setelah membubarkan dua band-nya yang terdahulu, akhirnya Jack White maju ke depan dan mendapat sorotan yang sepantasnya ia dapat sejak dulu. Masih mengandalkan paduan blues dan punk, Jack mengemukakan pendapatnya soal dunia:
“When they tell you they just can’t live without you/They ain’t lying, they’ll take pieces of you/
And they’ll stand above you/And walk away.”
Terdengar pahit? Emang begitulah adanya.
20. Daft Punk – Random Access Memories (2013)
Ketika para DJ di seluruh dunia lagi keranjingan dubstep dan drum ‘n’ bass, Daft Punk mencoba kembali ke akar disko. Mereka menggandeng beberapa legenda lantai dansa seperti Giorgio Moroder dan Nile Rodgers. Hasilnya? Kita kembali diajak berdansa dengan paduan antara disko, prog-pop, dan soft rock. Dengan menggunakan instrumen yang benar-benar dimainkan, duo ini mengembalikan ruh ke dalam musik yang mereka ciptakan.
21. Lana Del Rey – Ultraviolence (2014)
Pamungkas dari daftar ini adalah album terbaru penyanyi solo Amerika, Lizzie Grant alias Lana Del Rey. Jika film James Bond disutradarai oleh Quentin Tarantino, maka Lana Del Rey adalah orang yang paling pantas menyanyikan lagu temanya. Ultraviolence adalah raungan melankolis, hubungan asmara yang hancur dan American dreams yang patah.
Lana menyanyi betapa sederhananya rumus hidup bahagia: “Money. Power, Glory”. Well, setidaknya dia mendapatkan tiga-tiganya dari album ini…