Hari ini, 26 Desember, menjadi hari peringatan terjadinya bencana besar yang melanda Aceh dan pesisir barat Sumatera Utara serta beberapa negara lainnya. 14 tahun lalu. Setelah gempa berkekuatan 9 SR mengguncang, Aceh diterjang oleh gelombang tsunami yang sangat besar. Saking masifnya bencana tersebut, hingga saat ini masih teringat jelas di ingatan kita bagaimana detik-detik tsunami menerjang dan memorak-porandakan Aceh dan sekitarnya.
Ingatan tentang bencana ini juga timbul ketika kita mendengarkan lagu-lagu yang saat itu menjadi pengiring atau theme song video dan pemberitaan tsunami yang ada di media. Bahkan hingga kini, ketika lagu tersebut diputar, ingatan kita juga otomatis memutar kembali tentang tsunami Aceh 2004 silam.
ADVERTISEMENTS
Lagu Sherina yang berjudul “Indonesia Menangis” menjadi salah satu lagu yang paling populer saat itu, bahkan selalu diputar setiap berita tsunami muncul di media
Tuhan marahkah kau padaku, inikah akhir duniaku
Kau empaskan jarimu di ujung Banda, tercenganglah seluruh dunia
Tuhan mungkin Kau abaikan, tak kudengarkan peringatan
Kusakiti Engkai sampai perut bumi, maafkan kami ya, Robbi
Engkau yang perkasa pemilik semesta, biarkanlah kami songsong matahari
Engkau yang pengasih ampunilah dosa, memang semua ini kesalahan kami
Oh, Tuhan, ampuni kami. Oh, Tuhan tolonglah kami
Tuhan ampuni kamu, Tuhan tolonglah kami
Masih ingat lirik lagu di atas? Lagu yang berjudul “Indonesia Menangis” yang dinyanyikan oleh Sherina ini seakan menjadi theme song bencana tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Lirik lagu yang sangat menyentuh tersebut menjadi lagu paling populer saat itu. Bahkan, hingga saat ini, di setiap peringatan bencana tsunami Aceh, lagu ini kembali diputar. Oleh karena itulah ketika mendengar lagu ini, kenangan memilukan yang terjadi 14 tahun silam itu kembali teringat di ingatan dan nggak jarang kita kembali meneteskan air mata.
Bukan cuma itu, lagu daerah berjudul “Aneuk Yatim” yang dinyanyikan oleh Rafly juga memilukan, bahkan mengundang air mata tiap kali mendengarnya
Selain lagu tersebut, lagu yang berjudul “Aneuk Yatim” juga nggak kalah memilukan. Lagu yang dibawakan menggunakan bahasa daerah (Aceh) ini menceritakan tentang bagaimana seorang anak yang menangis terus di pangkuan ibunya dan menanyakan keberadaan sang ayah setelah bencana tersebut menghantam. Jika masih hidup, dia akan mendatangi sang ayah ketika lebaran. Namun jika telah tiada, dia meminta ditunjukkan kuburan sang ayah agar bisa melantunkan doa.
Lagu yang menjadi pengiring di setiap video atau pemberitaan tentang tsunami Aceh ini membuat perasaan kita kembali terhanyut dengan kesedihan dan kepiluan akibat tsunami dan gempat Aceh 2004 lalu. Bahkan hingga saat ini, lagu “Aneuk Yatim” tetap membuat orang yang mendengarkannya merasa merinding.
Meski 14 tahun sudah bencana besar tersebut melanda, tapi rasanya baru kemarin kita mendengar kabar memilukan itu. Bahkan saat ini kita masih menitikkan air mata ketika melihat video atau foto-foto saat tsunami terjadi
Rasanya baru kemarin bencana gempa dan tsunami yang meluluh lantakkan Aceh dan sebagian pesisir barat Sumatera Utara terjadi. Tercatat, gempa sebesar 9 SR tersebut merupakan gempa terbesar di abada ke-21. Sekitar 170 ribu masyarakat Aceh tewas dalam bencana dahsyat ini, dan detik-detik yang sempat terekam saat tsunami menerjang masih meninggalkan perasaan ngeri setiap kali kita melihatnya. Mayat bergelimpangan di mana-mana, bangunan yang rata dengan tanah, hingga mesjid Raya Baiturrahman yang masih berdiri kokoh menjadi ingatan yang sulit dilupakan di benak kita.
Tsunami yang juga terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) kemarin juga kembali mengingatkan peristiwa tsunami yang telah beberapa kali melanda Indonesia. Lebih dari 400 orang tewas dan ribuan orang terluka, termasuk grup band Seventeen yang pada saat itu tengah mengisi sebuah acara di Pantai Tanjung Lesung. 🙁