“Era 90-an itu jaman gue SD. Pas gue masih unyu dan nge-fans banget sama Westlife” – Kiki, 25 tahun.
Yup, kenangan tentang dekade 90-an jelas tak bisa dipisahkan dari kemunculan boyband. Ketika itu, boyband tampil dalam format grup vokal yang mengandalkan koreografi untuk mendukung penampilan panggungnya. Mereka memang nggak memainkan alat musik, tapi personil-personil yang biasanya direkrut dari proses audisi itu hampir pasti punya kualitas yang mumpuni.
Setelah sempat redup, boyband kembali muncul seiring demam budaya Korea yang industri musiknya memang didominasi boyband. Tapi, apa kabar boyband di era ini? Kenapa mereka yang baru muncul justru membuat kita mengerutkan dahi? Kenapa sampai hari ini kita nggak bisa move-on dari boyband era 90-an? Di artikel kali ini Hipwee akan mengupas alasannya!
ADVERTISEMENTS
1. Boyband era 90-an itu seperti mantan terindah yang membuatmu susah move-on. Meski yang baru bermunculan, posisi mereka di hatimu tetap tak bisa digantikan.
“So I say a little prayer
And hope my dreams will take me there
Where the skies are blue to see you once again, my love.
Over seas from coast to coast
To find the place I love the most
Where the fields are green to see you once again, my love.”
Siapa sih yang tak awam dengan lirik lagu di atas? Yup, lagu berjudul “My Love” ini milik boyband Westlife. Nicky, Kian, Mark, Shane, Brian; 5 anak muda asal Irlandia ini sempat begitu digilai remaja di era 90-an. Westlife pertama kali tampil sebagai band pembuka konser Boyzone dan Backstreet Boys di tahun 1998. Tepatnya pada April 1999, mereka merilis single pertama bertajuk “Swear it Again”. Lagu ini kemudian berhasil menduduki puncak tangga lagu di Inggris selama 2 pekan berturut-turut.
Sekitar 12 tahun setelah munculnya Westlife, kita pun menyaksikan kelahiran boyband baru. One Direction, satu-satunya artis yang empat albumnya secara sekaligus bisa masuk jajaran Billboard 200 dan dicatatkan sebagai artis terlaris di tahun 2014.
Prestasi penjualan album One-D jelas jauh melampaui Westlife. Tapi, jika ditanya tentang siapa yang punya tempat paling spesial di hatimu? Bukankah Westlife yang jadi juaranya? Seperti cinta yang selalu datang dengan rasa dan aroma yang berbeda, kenangan dengan boyband era 90-an pun tak akan ada yang bisa menyamainya ‘kan?
ADVERTISEMENTS
2. Kenangan tentang mereka masih hangat dalam ingatan.Kotak televisi dan MTV jadi saksi betapa khusyuknya kamu pernah menunggu-nunggu berbagai penampilan.
Perkembangan teknologi digital dan internet di era ini jelas membawa banyak kemudahan. Ingin menonton klip terbaru dari band favoritmu? Cukup buka laptop, pasangan modem, buka laman YouTube, dan lunas lah rasa penasaranmu. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan apa yang kita alami di era 90-an.
Ketika itu, tren boyband memang sedang marak-maraknya. Bak jamur di musim hujan, deretan nama-nama boyband lahir dengan ciri khas mereka masing-masing. Sebelum Backstreet Boys dan Westlife, Take That dan Boyzone sudah muncul sebagai pendahulu.
Tanpa YouTube dan DVD Player, kita hanya bisa menikmati penampilan mereka lewat video klip yang diputar di televisi. MTV ketika itu jadi satu-satunya yang bisa diandalkan. Mungkin, kamu termasuk salah satu yang menikmati waktu pulang sekolah dengan menonton MTV. Seperti hendak bertemu pacar, kamu harap-harap cemas menunggu klip dari boyband favoritmu diputar.
ADVERTISEMENTS
3. Mereka jelas punya tampang, tapi bukan itu satu-satunya andalan. Ketika mendengar mereka bernyanyi, kamu tahu bahwa suara mereka tak bisa diremehkan.
Personil-personil boyband memang rata-rata punya tampang yang oke. Rumus ini tak hanya berlaku bagi boyband di era sekarang, kadar kegantengan boyband era 90-an pun tak perlu diragukan. Tiap-tiap boyband biasanya punya 1 personil andalan. Mereka yang punya fans lebih banyak daripada personil lain lantaran punya tampang yang paling “bersinar”.
“Westlife punya Brian McFadden, Backstreet Boys punya Nick Carter, Boyzone punya Ronan Keating, dan Blue pun punya Lee Ryan. Nah lho, nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?”
Bedanya, personil ganteng bukan satu-satunya yang diandalkan oleh boyband di era 90-an. Ibarat masakan, ganteng itu sekadar bumbu penyedap. Modal utama mereka pastilah suara dan kemampuan olah vokal. Selain itu, mereka akan mempercantik penampilan panggungnya dengan gerakan tari dalam beragam koreografi.
Sayangnya, rumus yang digunakan boyband di era sekarang justru serba kebalikan. Yang penting punya wajah ganteng dan penampilan keren, kalau soal suara sih urusan belakangan. Waduh…
ADVERTISEMENTS
4. Meski dijejali lagu cinta, toh kita tak pernah bosan. Boyband era 90-an memang paling piawai menerjemahkan perasaan lewat musik yang enak di dengar dan lirik yang mudah dinyanyikan.
Hampir semua band era 90-an mengusung musik pop dan R&B. Lagu-lagu mereka pun lebih banyak mengusung tema cinta dan segala remeh temeh soal perasaan. Backstreet Boys membuat pendengarnya ikut merasakan perihnya patah hati lewat “Show Me The Meaning Of Being Lonely” atau “Incomplete”. Tapi, mereka juga bisa membawakan kisah cinta khas anak muda di lagu “As Long As You Love Me”.
“I don’t care who you are
Where you’re from
What you did
As long as you love me
Who you are
Where you’re from
Don’t care what you did
As long as you love me”
Meski dijejali lagu-lagu bertema cinta, kamu tak merasa bosan mendengar mereka. Pasalnya, setiap boyband pasti didampingi satu tim khusus yang menangani segala urusan di belakang panggung, termasuk soal lagu yang mereka bawakan. Biasanya, ada penulis lagu dan produser yang jeli melihat selera pasar. Mereka pun piawai menciptakan musik yang gampang diingat dan lirik yang mudah dihafal pendengar.
ADVERTISEMENTS
5. Lagu “I Swear” atau “I Lay My Love On You” bisa jadi masih kamu hafal hingga sekarang, keduanya adalah bukti bahwa karya yang dibawakan sepenuh hati akan selamanya di kenang.
Masih ingat dengan potongan lirik berikut ini?
“and I swear by the moon
and the stars in the sky I’ll be there”
atau, yang ini?
“I lay my love on you
It’s all I wanna do
Everytime I breathe I feel brand new
You open up my heart
Show me all your love, and walk right through
As I lay my love on you”
“I Swear” milik boyband ALL 4 One dan “I Lay My Love On You” dari Westlife adalah lagu-lagu yang masuk kategori stuck in my head. Yup, lagu-lagu yang masih diingat dan dinyanyikan meski sudah melewati eranya. Bayangkan, lagu-lagu ini populer sejak 19 – 22 tahun yang lalu, lho!
“I Swear” sebenarnya adalah lagu miliki penyanyi country asal America, John Michael. Setelah sempat sukses, lagu ini pun semakin meledak setelah di daur ulang oleh ALL 4 One. Yup, boyband era 90-an memang kerap membawakan lagu-lagu lawas yang di daur ulang, “Season In The Son” atau “More Than Word” misalnya. Namun, saking kentalnya karakter mereka dalam lagu tersebut, kadang kita tak menyadari bahwa lagu yang mereka bawakan adalah lagu lawas yang di daur ulang.
ADVERTISEMENTS
6. Lirik lagu mereka sempat jadi jembatan penolong dalam kecakapan berbahasa. Dari lirik yang mengena namun tetap sederhana– Bahasa Inggris terasa tak menakutkan sebelumnya.
Bagi kamu yang sekarang usia 20-an, era 90-an adalah masa-masamu menikmati bangku sekolah. Dan di antara sekian mata pelajaran yang didapat, Bahasa Inggris mungkin jadi salah satu yang tak kamu minati. Jangankan menghafal nama-nama benda dalam Bahasa Inggris, mengucapkan satu kata dengan benar saja butuh perjuangan.
Nah, demam boyband impor ternyata memberi manfaat tersendiri. Terbiasa mendengarkan lagu-lagu mereka sambil membaca lirik yang tertulis dalam cover kaset terbukti melatih kemampuan Bahasa Inggris-mu. Meskipun tak langsung paham maknanya, setidaknya lidahmu jadi terbiasa mengucap kata-kata dalam Bahasa Inggris, kan?
7. Menyisihkan uang jajan sengaja kamu lakukan setiap hari. Di era itu kamu mengerti, karya idola memang layak dihargai dengan cara membeli album asli.
Jauh berbeda dengan era sekarang, ketika menikmati atau membeli lagu bisa jadi sangat dimudahkan. Ada YouTube, 4shared, iTunes, atau aplikasi-aplikasi pemutar musik seperti Deezer dan Spotify. Semua serba mudah, serba digital meskipun entah dengan cara legal atau tidak.
Sementara, kaset yang diputar dengan tape atau walkman adalah cara paling umum untuk menikmati musik di era 90-an. Ketika itu, harga sebuah kaset asli masih berkisar antara 18 – 25 ribu rupiah. Harga ini pun tak bisa dibilang murah, apalagi bagi kamu yang masih duduk di bangku SD atau SMP.
Akhirnya, strategi menyisihkan uang jajan pun diterapkan demi bisa membeli sebuah kaset dari boyband idola. Menabung jadi bentuk perjuangan sekaligus bukti cintamu pada sang pujaan. Di sisi lain, keterbatasan teknologi era 90-an justru membuat kita mengerti, bagaimana seharusnya menghargai hasil karya musisi yang memang disukai.
8. Hidup itu penuh cobaan, mengidolai boyband 90-an pun banyak ujian. Masih ingat betapa kamu kelimpungan ketika pita kasetmu kusut lantaran terlalu sering diputar?
“Gue pernah nangis gara-gara kaset BSB gue rusak. Pita kasetnya nyangkut di walkman dan harus digunting. Sedih banget!” – Eka, 24 tahun.
Setelah perjuangan menahan hasrat jajan hingga berhasil membeli kaset boyband idola, masih ada cobaan selanjutnya. Yup, saking sukanya mendengarkan lagu-lagu mereka, kamu pun akan memutar kaset itu berulang-ulang. Padahal, pita kaset terbilang sangat ringkih, terlalu sering diputar akan membuat pita kaset kusut sehingga suara yang dihasilkan jadi tidak maksimal.
“Pernah denger ‘kan suara Mark atau Brian Westlife berubah kayak orang masuk angin gara-gara pita kasetmu kusut?”
Jika sudah kusut atau rusak, kaset akan sulit diperbaiki. Dan satu-satunya solusi adalah membeli kaset yang baru. Tapi, jika diingat-ingat, hal-hal semacam ini justru jadi kenangan tersendiri. Kenangan tentang boyband 90-an memang terlalu manis dilupakan.
9. Tanpa punya kesempatan menyapa lewat Fans Page atau Twitter, keintimanmu dengan mereka terjalin lewat poster yang terpajang di kamar dan koleksi tentang mereka yang sengaja kamu simpan.
Era 90-an belum mengenal media sosial seperti sekarang. Facebook atau Twitter belum diciptakan sehingga tak ada media yang bisa membuatmu lebih dekat dengan boyband idolamu. Sementara, di era sekarang kamu bisa dengan leluasa mengekspresikan perasaan ketika mengagumi sebuah band atau artis, seperti ini misalnya;
Anak-anak era 90-an punya cara yang berbeda. Jauh lebih romantis daripada sekadar mention di Twitter atau menyapa lewat Facebook. Membeli majalah yang ada bonus poster mereka lalu menempelkannya di dinding kamar jadi cara sederhana yang justru terasa berkesan. Setidaknya, setiap akan pergi tidur dan saat bangun di pagi hari, kamu bisa melihat mereka sedang tersenyum padamu.
10. Hubungan yang dekat antar personil dalam sebuah boyband membuatmu mengerti bahwa di balik hingar bingar ketenaran, mereka juga manusia biasa yang butuh teman.
Dalam berbagai penampilan, personil-personil boyband era 90-an terlihat punya hubungan yang dekat satu sama lain. Namun, bukan semata-mata dekat lantaran urusan pekerjaan atau demi terlihat rukun di depan penggemar. Hubungan yang dekat benar-benar terjalin karena sehari-hari mereka pun menghabiskan waktu bersama; latihan vokal, menghafal koreografi, atau tour keliling dunia misalnya.
AJ dari Backstreet Boys pernah kecanduan narkoda dan teman-teman satu grup lah yang membantunya untuk sembuh. Ketika Stephen Gately meninggal pada 2009, Ronan Keating dan teman-teman satu grupnya di Boyzone pun mengusung peti jenazah Gately sebelum dikuburkan. Jauh dari hingar bingar panggung konser atau jepretan kamera para pewarta, boyband juga manusia biasa. Yang menyatukan mereka dalam sebuah grup bukan sekadar urusan pekerjaan, tapi ikatan sebagai sahabat dan saudara.
11. Boyband yang muncul belakangan justru sering jadi bulan-bulanan, dianggap cuma modal tampang dan minim skill bernyanyi. Melongok lagi ke boyband era 90-an, kini kamu mengerti kenapa mereka tetap membuatmu jatuh hati…
Nama-nama boyband baru bermunculan sejak 2000-an hingga sekarang. Berbagai cara mereka lakukan demi bisa mendapat hati para penggemar. Tapi, masa kejayaan boyband di era 90-an belum bisa diulang. Saat ini belum ada boyband yang bisa mencetak prestasi besar seperti para pendahulunya.
Prestasi itu bukan perkara jumlah penjualan kaset atau CD. Bukan pula seberapa sering mereka tour keliling dunia. Prestasi itu tentang bagaimana mereka bisa memenangkan hati penggemarnya. Mereka yang tak akan pernah dilupakan keberadaannya. Mereka yang masih dan akan terus dikenang karya-karyanya sampai kapan pun.
Apa kabarmu para penggemar boyband era 90-an? Setuju ‘kan kalau mereka memang pantas dirindukan? 🙂
activate javascript